Highlight:

Yang gagal diraih dan yang tak terduga sepanjang 2020

SAYA memulai 2020 dengan gagah. Mencanangkan resolusi awal tahun dengan tiga target mentereng. Namun, hingga saya menulis post ini rupa-rupanya hanya satu yang dapat dipenuhi. Meski demikian saya sama sekali tidak berkecil hati, sebab ada banyak hal lain yang tidak terduga terjadi sepanjang tahun.

Tiga target yang saya canangkan di awal 2020 adalah: (1) membaca setidaknya satu buku per bulan, (2) menulis 10 post di blog ini per bulan, dan (3) menurunkan berat badan ke bobot ideal 65-70 kg. Baca selengkapnya di Resolusi 2020: baca satu buku sebulan, tulis 10 posting sebulan, dan berat badan turun 30kg.

Jujur saja, di antara ketiga target tersebut satu di antaranya lebih tepat disebut sebagai harapan. Ya, betul sekali. Saya sendiri ragu dapat menurunkan berat badan sebanyak 30kg dalam setahun, sehingga mencapai bobot ideal 65-70kg.

Mungkin saya baru bisa mencapainya tahun depan, atau malah dalam beberapa tahun ke depan. Yang jelas keadaan dan lingkungan saya berada sekarang masih belum memungkinkan untuk menjalankan langkah-langkah yang harus diambil demi tercapainya target tersebut. Tidak apa, yang penting selalu sehat saja dulu.

Adapun target menulis 10 post per bulan, saya juga sebetulnya ragu tapi sangat ingin mencoba. Keraguan muncul terutama karena saya sendiri masih bingung menentukan apa tema utama blog ini. Ini sudah saya pertanyakan sejak beberapa tahun terakhir, tapi masih belum yakin tema apa yang sebaiknya saya jadikan niche.

Sepanjang 11 tahun usia bungeko.com, isinya masih gado-gado alias campur aduk tidak karuan. Sebutan kerennya blog lifestyle, tapi menurut saya sih istilah yang paling tepat adalah blog nggak jelas. Ya, mau jelas bagaimana kalau isinya semodel toserba? Blog serba ada?

Di blog ini ada pembahasan tentang sepak bola, sedikit tulisan bertema politik, ada pula resensi buku dan dunia penulisan/penerbitan, review laptop dan smartphone (biasanya untuk keperluan lomba), tulisan-tulisan seputar serba-serbi dunia blog (hosting, nama domain, dll.), dan belakangan tema-tema wisata.

Mie Kopyok Pak Dhuwur Semarang

Mie Kopyok Pak Dhuwur, Semarang.

Awalnya saya sempat tertarik mengembangkan blog ini sebagai blog wisata, lalu belakangan blog kuliner. Misalnya saya pernah menuliskan tentang Mie Kopyok Pak Dhuwur di Semarang. Tapi, entah kenapa kok lama-lama saya merasa tidak nyaman ya. Lebih-lebih setelah terlibat satu obrolan santai tapi serius dengan karib saya di Pekalongan Peduli.

Cerita sedikit, saya pernah mengunggah video kami berdua tengah makan di satu warung bakmi terkenal di Pemalang. Video mentahnya saya unggah di Facebook, lalu hasil editannya saya unggah di YouTube. Ketika kemudian bertemu lagi, karib saya ini bercerita bahwa video kami makan tersebut rupanya bikin tidak nyaman beberapa orang.

Kok bisa? Ada kaitannya dengan organisasi tadi, yang dikenal sebagai pencetus kegiatan-kegiatan sosial. Untuk menjalankan program-programnya, pengurus masih mengandalkan donasi alias sumbangan. Kami kemudian sepakat, untuk menghindari kesalah-pahaman atau timbulnya pikiran negatif mengenai kami dan organisasi, tidak akan lagi mengunggah posting sejenis.

Bingung? Bingung nggak bingung, menurut saya itu keputusan terbaik. Toh, dalam diri saya sebetulnya ada sebentuk rasa tidak nyaman terlihat sedang makan makanan enak-enak, tidur di penginapan dan hotel nyaman, atau plesiran ke tempat-tempat jauh. Jadi, sepertinya tidak akan ada lagi konten sejenis di blog ini maupun kanal YouTube saya.

Membaca Jauh Lebih Banyak Buku

Kembali ke target, dari tiga resolusi hanya satu saja yang tercapai. Bahkan berkali-kali lipat jumlahnya dari yang ditargetkan semula. Dari target hanya satu buku sebulan, saya mungkin telah melahap setidaknya 50 judul buku sepanjang tahun ini.

Angka satu buku sebulan atau 12 buku setahun saya patok karena pada tahun-tahun sebelumnya saya nyaris tidak pernah membaca buku. Saya tetap membaca, tentu saja. Membaca beberapa jam setiap hari bahkan. Tapi bentuk bacaannya adalah artikel di web, tulisan di blog, atau ebook. Sangat sedikit sekali berupa buku.

Mengingat dalam koleksi saya masih banyak buku yang belum dibaca, beberapa bahkan buku yang saya beli 5-6 tahun lalu, maka saya pun berkeinginan menumbuhkan lagi kebiasaan membaca buku fisik. Target 12 buku setahun adalah rata-rata jumlah buku yang dibaca orang Amerika Serikat, menurut studi yang dilakukan Pew Research Center di tahun 2015. Jadi, angka itulah yang kemudian saya jadikan patokan.

buku

Pada awalnya memang sangat berat. Menghabiskan satu buku saja terasa sangat lama. Tapi memasuki bulan ketiga, saya mulai menemukan kembali keasyikan membaca buku. Dan berikutnya kebiasaan lama saya itu kembali. Memang, dari 12 buku yang akan saya baca di tahun 2020 ada yang belum disentuh. Namun saya membaca buku-buku lain sebagai pengganti.

Ketika mudik ke Jambi sepanjang Agustus-Oktober 2020 lalu, misalnya, saya membongkar lemari buku adik dan menemukan banyak sekali buku bagus untuk dibaca. Ada biografi Sir Alfred Wallace, biografi BJ Habibie, bukunya Malalai Joya (yang dulu saya sama sekali tidak tertarik membelinya), novel Ken Arok & Ken Dedes terbitan Grasindo, buku sejarah Batavia di abad 17 (ini buku saya sendiri, tapi belum pernah dibaca ketika dipinjam adik), beberapa buku lain yang tidak saya ingat judulnya, buku-buku pertanian dan perkebunan, serta banyak majalah.

Kembali ke Pemalang, saya membelikan anak sulung satu set buku Xi You yang menceritakan petualangan bhiksu Tang Shanzang alias Tong Samcong bersama ketiga muridnya: Sun Wukong, Zhu Bajie, dan Sha Wujing. Satu set berisi 5 buku, masing-masing setebal antara 450-500 halaman. Saya bergantian membaca buku-buku ini dengan anak sulung, dan kemudian bapak mertua ikut pula.

Lalu, dengan dalih belajar menulis novel karena ingin mencoba menjajaki novel daring (NovelToon, NovelMe, atau Storial), saya juga membeli novel-novel lama tapi baru terbitan Gramedia-Harlequin dan Elex Media Komputindo. Satu novel dapat saya lahap habis dalam tempo antara 2-3 hari.

Kalau cerita-cerita silat Wiro Sableng atau Pendekar Slebor yang saya baca juga dimasukkan, maka jumlahnya akan menggelembung lebih banyak. Jadi, dengan penuh percaya diri saya katakan target membaca buku ini jauh melampaui target.

Mengingat kembali betapa asyiknya membaca, saya sempat berpikiran untuk menjadikan blog ini sebagai blog buku. Sekalian jadi booktuber mungkin ya. Tapi, entahlah, saya masih belum yakin bakal bisa menikmati saat melakukannya seperti nikmat yang saya rasakan saat membaca buku.

Kalau berpatokan pada statistik, saya menemukan satu data menarik. Jumlah kunjungan ke blog ini meningkat tajam, dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan dimulai sejak kuartal kedua 2020, dan yang mendongkrak kenaikan itu adalah tulisan-tulisan tentang … investasi saham.

Pensiun dini dengan dividen saham

Pensiun dini dengan dividen saham? Kuylah!

Teman-teman dekat dan kontak WhatsApp saya rasanya sudah tahu kalau saya sedang mendalami dunia investasi saham sejak medio 2019. Dimaksudkan sebagai pengingat diri sendiri, saya menulis artikel-artikel mengenai cara pensiun dengan investasi saham. Contohnya Merancang program pensiun dengan dividen saham atau Berapa lembar saham yang dibutuhkan agar dapat dividen Rp 100 juta per tahun?. Artikel-artikel ini setidaknya berhasil meyakinkan seorang kenalan blogger ikut mencemplungkan diri ke bursa saham.

Ada juga yang mengupas sedikit tentang strategi investasi saham. Misalnya tulisan Day trading vs swing trading, manakah yang lebih baik dalam menghasilkan keuntungan dari saham? atau Dollar cost averaging vs swing trading, manakah yang lebih menguntungkan dalam investasi saham?. Ada pula yang ringan menjurus komedi-satir, misalnya Pengalaman (mau) ikut SPM Online dari pelosok desa transmigrasi.

Menurut statistik WordPress, post paling banyak dibaca sepanjang 2020 adalah Pengalaman buka rekening saham Sinarmas Sekuritas lewat Stockbit. Jumlah kunjungan post ini sangat dominan, nyaris empat kali lipat jumlah kunjungan post urutan kedua dalam daftar tersebut. Dan tulisan-tulisan tentang investasi saham mendapatkan angka bagus, saya melihat nyaris seluruhnya masuk dalam daftar artikel terlaris.

Apakah saya bakal menjadi blog investasi atau semacamnya? Boleh jadi, sedang saya pikirkan. Yang jelas saya bukanlah seorang ahli maupun praktisi keuangan dan investasi. Saya menamakan diri sebagai pemula, newbie. Kalau mau disebut investor ya yang paling tepat adalah investor jalanan. Investor ritel bermodal mini.

Jadi, kalaupun tema ini saya jadikan jagoan nanti, pendekatan saya adalah sebagai seorang investor ritel nan receh bermodal kecil. Tapi saya berani bersaing kalau sudah bicara mengenai target profit. Terjun sejak Agustus 2019, persentase keuntungan bersih tahunan yang saya raih selalu dua digit: 29,21% di 2019 dan 47,64% di 2020.

Dan itu saya raih tanpa ikut grup berbayar satu pun, maupun grup-grup saham lain kecuali agak aktif di forum Stockbit. Saya hanya mengandalkan stockpick sendiri, bermodal ilmu dan pengetahuan hasil belajar otodidak yang dibantu Google. Dari sisi ini, rasa-rasanya saya punya modal cukup untuk menulis tema-tema investasi saham.

Tapi, entahlah. Saya masih belum dapat memastikan. Yang pasti sudah terjadi adalah saya tengah asyik menulis cerita-cerita silat di NovelMe. Jadi, kalau kalian suka cerita silat, silakan mampir ke novel-novel silat karya saya ya 🙂

Itu saja. Mungkin ini tidak pas disebut sebagai renungan akhir tahun, tapi kira-kira begitulah maksudnya.

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (412 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

10 Comments on Yang gagal diraih dan yang tak terduga sepanjang 2020

  1. Bagus nih artikelnya.. sejak pandemi saya lebih banyak baca buku dan belajar online dari internet. Mungkin admin bisa juga kasih advise tambahan

    Suka

  2. Aku pernah di titik setahun hanya baca 1-2 buku mas. Rasanya sia-sia banget hidup secara tumpukan buku masih banyak. Dan bener, kalau udah nemu ritmenya, bakalan asyik baca lagi ^^ hanya memang kalo stuck di satu buku, wes tinggalkan. Soalnya di aku pengaruh banget ke mood baca ke depannya.

    Suka

  3. Mas Eko, tetap semangat berkarya, ya! Sehat selalu. Semoga bisa ketemu lagi di lain waktu 🙂

    Suka

  4. Asiikkk! Seneng juga ternyata ada yang meluangkan waktu untuk baca buku tahun 2020 lalu. Semoga tahun ini akan ada lebih banyak pencapaian-pencapaian baik, yaa. Selamat mengarungi 2021! 😀

    Disukai oleh 1 orang

Beri komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.