Klothekan berhadiah smartphone Xiaomi Mi 4i

SEBUT saya beruntung. Cuma bermodal klothekan bersama anak-anak dan istri di halaman belakang, sebuah smartphone kece Xiaomi Mi 4i sukses didapat. Ini merupakan hadiah terakhir, sekaligus penutup tahun 2016 yang manis bagi kami sekeluarga. Alhamdulillah…
Bagi yang tidak tahu klothekan, ini adalah istilah Jawa. Maknanya, menabuh berbagai macam benda untuk menimbulkan bebunyian. Apa saja bisa dipukul atau ditabuh, yang penting mengeluarkan bunyi. Tapi yang umum ditabuh sih meja, piring dan mangkok, sendok, atau kaleng.
Nah, begitu tahu kontes video SingAlong Pertalite yang diadakan oleh Kaskus, saya langsung merancang-rancang konsep video untuk diikut-sertakan dalam lomba ini. Ada 2-3 ide yang keluar dari kepala saya saat itu. Setelah ditimbang-timbang, menurut saya konsep klothekan lebih menarik digarap.
Pertimbangan lain yang tak kalah penting, saya kembali bisa melibatkan anak-anak. Saya memang sebisa mungkin mengikut-sertakan anak-anak dalam kompetisi, seperti saat mengikuti Tantangan Joget Cokelat yang diselenggarakan PT Frisian Flag Indonesia tahun lalu. Menang-kalah tidak soal, yang terpenting anak-anak terbiasa berkompetisi.
Persyaratan SingAlong Pertalite terhitung mudah. Peserta cukup membuat video singkat minimal 30 detik, menyanyikan refrain jingle Pertalite. Tapi saya paham betul, kreativitas dan originalitas konsep video jadi pertimbangan utama dalam kontes ini. Itulah sebabnya saya mantap memilih konsep klothekan.
Jadilah kami membawakan refrain jingle Pertalite dengan iringan musik yang dihasilkan dari menabuh berbagai barang tak terpakai. Saya memukul kaleng bekas hair spray, anak perempuan saya menabuh botol bekas sirup Marjan sisa Lebaran, lalu kakaknya menabuh dua alat sekaligus: kaleng bekas biskuit dan bak mandi yang dulu dipakai sewaktu ia masih bayi.
Istri? Tak ada posisi yang lebih pas baginya selain menyanyi alias sebagai vokalis. Istri dulu pernah bekerja di Radio EMC Yogyakarta, dan sering tampil live dalam acara yang diadakan radio tersebut. Meski sejak kembali ke Pemalang di tahun 2006 ia jarang menyanyi, kemampuan olah vokalnya tetap membuat saya kagum.

Ditonton Tetangga
Setelah menetapkan siapa menabuh siapa, kami lantas berlatih di halaman belakang. Tujuannya untuk menghindari suara-suara kendaraan bermotor yang ramai berlalu lalang di jalan depan rumah. Tapi karena tempat itu sepi, suara klothekan kami malah jadi terdengar jelas kemana-mana. Jadilah beberapa tetangga datang melongok. Hihihihi.
Sampai saat itu istri belum hapal refrain yang harus dinyanyikan. Saya mengakalinya dengan menuliskan lirik besar-besar di kertas bekas kalender, dan menempelnya di sebelah kamera. Seperti teleprompter yang biasa dipakai penyiar televisi.
Setelah berlatih beberapa kali mencocokkan irama tabuhan masing-masing, juga memantapkan hapalan istri, rekaman dimulai. Dengan bantuan tripod murah meriah Excell Promo, kamera Canon Powershot SX610 HS di hadapan kami mulai mengabadikan take demi take.
Take pertama sebenarnya sudah bagus, namun istri menyarankan untuk mengambil beberapa kali take. Baru nanti saat editing dipilih mana yang terbaik. Ide bagus. Jadilah kami mengulang sebanyak 7-8 kali secara simultan. Diselingi istirahat, buang air kecil, minum, dan anak-anak bertengkar kecil, total waktu yang kami habiskan untuk proses perekaman sekitar satu jam.
Jika dihitung dari persiapan mulai dari mencari kaleng, botol, dan peralatan untuk menabuh, total waktunya lebih dari dua jam. Kami mulai bersiap sekitar jam satu siang, dan tepat sebelum adzan Ashar rekaman selesai. Malamnya saya melihat-lihat footage dan menjatuhkan pilihan pada take kedua. Bukan performa yang sempurna, tapi itulah aksi kami yang paling kompak.
Editing-nya sederhana saja. Saya cuma memotong footage dan menambahkan tulisan. Panjang video finalnya hanya 39 detik lebih sekian milidetik. Setelah diunggah ke akun YouTube, saya daftarkan video tersebut ke Kaskus, lalu dibagikan ke sosial media memakai tagar yang ditentukan.
Dan, inilah dia videonya! Simpel sekali ya?
Selesai. Usaha sudah dilakukan, saatnya berdoa dan menyerahkan hasil kepada Sang Pembagi Rejeki. Jujur saya menginginkan hadiah utama sepeda motor, sebab Kymco saya sudah sangat ringkih. Tapi andai cuma dapat hadiah hiburan tidak jadi masalah. Tidak menang pun tidak apa-apa. Nothing to lose.
Seperti biasa, setelah itu saya lupakan kontes tersebut. Saya bahkan lupa kapan tanggal pengumumannya. Sampai suatu ketika ada mention di Facebook. Rupanya ada kawan blogger menanyakan apakah username “bungeko” yang tertera di halaman pengumuman pemenang SingAlong Pertalite adalah saya. Jadi ia menge-tag saya dalam komentarnya di laman tersebut.
Saya langsung mengecek halaman tersebut. Benar saja, ada nama bungeko yang merupakan username saya di Kaskus dalam daftar 10 pemenang hiburan. Itu artinya saya dapat hadiah smartphone Xiaomi Mi 4i. Tak ada kata yang bisa saya ucapkan selain alhamdulillah. Anak-anak senang sekali sewaktu saya beri tahu kabar gembira ini.
Begitu hadiahnya sampai, sesuai janji saya berikan hape tersebut pada istri. Ia sudah sejak September tidak memegang ponsel setelah Acer Liquid 205 miliknya rusak. Tentu saja istri senang sekali, terlebih setelah ia tahu betapa kerennya Xiaomi Mi 4i dari deskripsi di laman resmi Mi Indonesia.
Anak-anak juga sangat bersemangat membuka paket tak lama setelah diantar kurir JNE. Lihat sendiri bagaimana tingkah mereka di video ini. Selamat menyaksikan!
Beri komentar