Highlight:

Persembahan Bumi Legenda Batik Nusantara untuk Petungkriyono

H. Failasuf dan Bupati Pekalongan Bapak Asip Kholbihi bersalaman

H. Failasuf (kiri) dan Bupati Pekalongan Bapak Asip Kholbihi bersalaman dalam peluncuran Batik Petungkriyono di Pendopo Batik Pesisir, Wiradesa, Ahad (6/8/2017). FOTO: Eko Nurhuda

PEKALONGAN sudah sangat identik dengan batik. Setiap kali menyebut nama Pekalongan, bayangan batik secara otomatis muncul dalam ingatan. Pekalongan adalah pusatnya batik, dan jika membicarakan batik kita harus menyebut nama Pekalongan. Batik dan Pekalongan bagaikan gula dan semut.

Bupati Pekalongan Bapak Asip Kholbihi SH, Msi. menyebut setidaknya ada tiga alasan kenapa Pekalongan layak menjadi “ibukota” batik Indonesia. Hal ini disampaikan ketika menyambut peserta Amazing Petung National Explore 2017 di ballroom Hotel Sahid Mandarin, Sabtu (5/8/2017) lalu.

Pertama, sampai hari ini masih bisa ditemui batik tiga generasi di Pekalongan,” sebut Pak Asip di hadapan peserta.

Batik tiga generasi yang dimaksud Pak Asip adalah perusahaan batik yang sudah berusia tiga keturunan. Jika generasi pertama mengawali usaha batiknya di usia 30-an tahun, maka hingga hari ini usaha tersebut telah bertahan selama setidaknya 90 tahun.

Pak Bupati tidak asal ucap. Di Kedungwuni terdapat satu gedung sebagai bukti bertahannya batik tiga generasi, Gedung Koperasi Batik Pekajangan. Gedung tua ini dibangun tahun 1930-an dan sempat memakai ejaan lama pada tulisan namanya: Gedoeng Koperasi Batik Pekadjangan.

Dari Kedungwuni pula lahir salah satu maestro batik Nusantara, Oey Soe Tjoen. Mewarisi usaha batik dari orang tuanya pada 1930, Oey Soe Tjoen memperkenalkan batik tulis halus. Sebuah batik dengan teknik pembuatan rumit, lama, serta membutuhkan kesabaran tinggi.

Batik hasil buatan Oey Soe Tjoen terkenal sangat halus, dengan motif khas, dan warna-warna prima berkat teknik pewarnaan berlapis. Usaha batik rumahan ini masih bertahan hingga sekarang. Dijalankan oleh Oey Kiem Lian atau Widianti Widjaja (Widya), cucu Oey Soe Tjoen.

Saking rumitnya proses pembuatan batik-batiknya, dalam setahun Widya hanya bisa memproduksi belasan lembar kain batik. Itupun langsung berpindah tangan ke beberapa kolektor yang sudah memesan 1-2 tahun sebelumnya. Harga selembar kain batik Oey Soe Tjoen berkisar di angka belasan hingga puluhan juta.

Pengrajin batik Pekalongan

Seorang pengrajin batik tengah menggambar pola di atas kain di workshop Batik Pesisir Haji Failasuf, Wiradesa, Kab. Pekalongan. FOTO: Eko Nurhuda

Produsen Batik Terbesar

Alasan kedua, sebagaimana disampaikan Pak Asip, di Pekalongan tersedia sumber daya yang lebih dari memadai untuk memproduksi batik dalam skala besar. Baik tenaga maupun bahan bakunya selalu siap melayani pesanan sebanyak apapun.

“Kalau daerah lain membuat batik ratusan ribu potong itu sulit. Pekalongan bisa melakukannya dengan mudah karena tenaga dan bahan bakunya tersedia,” terang Pak Bupati.

Pak Asip tentu berbicara berdasarkan data. Dari 44.000 UMKM yang ada di Kabupaten Pekalongan, 30.000-an di antaranya adalah pengrajin batik. Dengan jumlah produsen semasif ini, mudah saja bagi Pekalongan untuk memasok batik ke seluruh Indonesia.

Jadi, jangan heran kalau misal suatu saat menemui batik Pekalongan di Pasar Beringharjo Yogyakarta. Seperti pernah saya alami saat tengah mencari kemeja batik untuk oleh-oleh belasan tahun lalu.

Waktu itu saya masih kuliah di Kota Pelajar. Jelang mudik Lebaran ke Jambi saya sempatkan ke pasar untuk membeli batik sebagai buah tangan. Di dalam los pasar, di antara tumpukan kemeja, daster, dan kulot batik, saya pikir saya tengah memilih batik Jogja. Ternyata saya salah.

model batik pesisir Haji Failasuf

Seorang model tengah memamerkan Batik Pesisir H. Failasuf.

Di label merek tiap produk batik yang dijajakan di sana jelas tertulis, “Made in Pekalongan”, “Buatan Pekalongan”, atau “Batik Pekalongan.”

“Di sini batik ada dua, Mas. Batik Pekalongan sama batik Solo,” jelas seorang ibu penjual saat saya tanya kenapa banyak batik Pekalongan di Beringharjo.

Influencer Batik Nusantara

Tak cuma hasil produksinya yang tersebar di banyak kota, pembatik Pekalongan juga kerap menularkan ilmunya pada pengrajin di daerah lain. Sehingga batik-batik daerah lain secara tidak langsung dipengaruhi Pekalongan.

Sebut saja batik Banyuwangi sebagai contoh. Pak Asip bercerita, dirinya dimintai tolong oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas untuk mengirim pembatik-pembatik terbaik Pekalongan untuk mengajari pengrajin lokal Banyuwangi.

“Pak Anas itu teman baik saya. Jelang event Banyuwangi Festival beliau bilang, ‘Saya sudah siap semuanya, kecuali batik.’ Jadi kami kirim beberapa orang dari Pekalongan untuk mengajari membuat batik di sana,” tutur Pak Asip.

Selain menularkan ilmu membatik, Pekalongan memberi pengaruh pada batik-batik kota lain lewat coraknya yang khas.

“Ciri batik Pekalongan itu coraknya flora dan fauna, dengan kombinasi pewarnaan yang kaya, sebagai hasil proses transformasi budaya China, India, Jepang, dan Arab, bersinggungan dengan harmoni budaya pesisir pulau Jawa,” lanjutnya.

Saya jadi menduga-duga, jangan-jangan batik Jambi juga mendapat pengaruh dari Pekalongan. Sama halnya batik Pekalongan, corak batik Jambi seringkali berupa flora dan fauna dengan warna-warna cerah. Yang membedakan adalah pemilihan satwa dan tumbuhan sebagai motif yang disesuaikan dengan keberadaannya di Jambi.

Sebagai contoh, di Jambi banyak ditemui pohon durian. Maka ada motif bernama Duren Pecah. Beberapa nama motif lain yang khas Jambi misalnya Angso Duo Besayap, Candi Muaro Jambi, Bungo Pauh, dan Batanghari.

Kalau dugaan saya benar, maka sangat layak bila Pekalongan disemati julukan sebagai Bumi Legenda Batik Nusantara. Sebab, tak cuma di Pulau Jawa, pengaruh batik Pekalongan menyebar luas hingga ke Sumatera. Dan boleh jadi juga ke Sulawesi atau Kalimantan.

Batik Petungkriyono

Batik Petungkriyono, persembahan H. Failasuf untuk Bumi Legenda Batik Nusantara. FOTO: Eko Nurhuda

Angkat Petungkriyono dengan Batik

Berkaitan dengan event Amazing Petung National Explore 2017, batik turut dijadikan sebagai medium untuk mempromosikan Petungkriyono ke dunia luar. Salah satu pengusaha batik Pekalongan, Haji Ahmad Failasuf, secara khusus membuat kain batik bertema Petungkriyono.

Ahad (6/8/2017) siang, batik Petungkriyono tersebut dipertunjukkan pada peserta Amazing Petung National Explore 2017 di Pendopo Batik Pesisir, Wiradesa. Batik tersebut masih belum selesai. Saat dipertunjukkan, batik masih berupa kain putih dengan goresan-goresan dasar.

Meski demikian, saya sudah dapat melihat bahwa batik tersebut benar-benar menggambarkan Petungkriyono. Bukit-bukit menjulang dipenuhi pepohonan, petak-petak sawah bertingkat di kaki bukit, pohon-pohon besar tinggi menjulang, sungai-sungai dengan air berlimpah, curug, semuanya tergambar dalam lembaran kain tersebut.

Gambar gapura melengkung dengan tulisan “PETUNGKRIONO” pada salah satu bagian kian menegaskan kain batik tersebut khas dibuat untuk Petungkriyono.

Baca juga: Terpikat Sarang Penyamun di Petungkriyono

H. Failasuf menjanjikan pengerjaan batik Petungkriyono bakal selesai saat peringatan Hari Jadi Kabupaten Pekalongan pada 25 Agustus mendatang. Sedangkan Pak Bupati mengatakan kain batik tersebut akan dibawa ke New York saat menghadiri event PBB.

“Nanti batik Petungkriyono ini saya hadiahkan untuk pejabat PBB. Supaya dunia tahu Petungkriyono,” ujar Pak Asip, disambut tepuk tangan peserta Amazing Petung National Explore 2017.

Apa yang dilakukan H. Failasuf sungguh brilian. Selama ini orang hanya tahu Pekalongan sebagai sentra batik. Belum banyak yang tahu, nun, jauh di sisi selatan kabupaten ini terdapat satu tempat indah nan menyejukkan. Kawasan hutan hujan sekunder yang masih terjaga, dengan kekayaan vegetasi dan beragam satwa endemik di dalamnya.

Batik Petungkriyono garapan H. Failasuf akan jadi medium tepat memperkenalkan Petungkriyono kepada dunia. Sekaligus menegaskan Kabupaten Pekalongan sebagai Bumi Legenda Batik Nusantara.

Artikel ini merupakan catatan perjalanan saya mengikuti Amazing Petung National Explore 2017 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan dan Kajen Unique, dengan dukungan penuh dari Bank Jateng, Hotel Sahid Mandarin, PD BPR BKK Kab. Pekalongan, Batik Pesisir by Haji Failasuf, dan International Batik Center.

Referensi:
– tekno.kompas.com/read/2008/09/09/08042929/batik.oey.soe.tjoen.orang.yang.bekerja.dengan.ingatan.kuat
– news.liputan6.com/read/373461/widianti-widjaja-pelestari-keindahan-batik-oey-soe-tjoen
– showbiz.liputan6.com/read/3017949/film-dokumenter-legenda-batik-nusantara-dibuat-di-pekalongan
– jambi.kemenag.go.id/halaman/43/batik-khas-jambi.html
– jateng.tribunnews.com/2015/04/13/ahmad-failasuf-kuliah-sambil-jualan-kini-jadi-juragan-batik-pesisir

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (412 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

6 Comments on Persembahan Bumi Legenda Batik Nusantara untuk Petungkriyono

  1. Kalau pulang ke Tegal mampir ah

    Suka

  2. Pekalongan memang mantap, apalagi dengan batik-batik modern yang di desaign dengan sedemikan rupa membuat anak muda semakin mencintai batik

    Suka

  3. Saya juga salut, bisa menuangkan suasana Petungkriyono ke dalam goresan motif batik, mas..

    Suka

  4. wah seru ya undangan famtrip kemaren.. aku suka koleksi batiknya mas.. model2nya bening 😀

    Suka

  5. dibuatkan tagline agar orang lebih aware, nantikan launching batiknya. smeoga kita diundang eheh

    Suka

Beri komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.