Highlight:

Yuk, rancang masa depan dengan tingkatkan literasi finansial

SELEPAS magrib pada 3 Juni 2022 lalu, saya mengobrolkan satu tema yang tak biasa dengan anak sulung. Kepadanya saya ajukan sebuah pertanyaan, apa hal yang paling menentukan bagi seseorang untuk menjadi kaya dan sejahtera? Bisa menebak apa jawaban anak lelaki berusia 12 tahun ini?

Sebagaimana umumnya dipahami orang kebanyakan, anak sulung saya menjawab mantap: penghasilan atau pemasukan. Anak saya beralasan, kalau seseorang mempunyai gaji atau pendapatan besar, maka bakal kaya dan sejahteralah ia.

Pemahaman turunan dari jawaban ini adalah, semakin besar gaji atau pendapatan yang diperoleh oleh orang tersebut, maka bakal semakin kaya dan sejahteralah ia. Sebaliknya, pendapatan kecil dan uang sedikit berarti hidup miskin dan sengsara.

Benarkah demikian?

Ada benarnya, tetapi ada juga salahnya. Lebih tepatnya lagi, pemahaman ini belum lengkap. Menurut beberapa referensi investasi yang pernah saya baca, menghasilkan uang barulah langkah awal menuju kekayaan dan kesejahteraan.

Kalau kamu googling dengan kata kunci “building wealth”, maka akan bertebaran artikel-artikel yang menjabarkan bahwa kunci sukses dalam membangun kekayaan dan kesejahteraan itu terletak pada tiga serangkai ini: 1) menghasilkan uang, 2) mengatur pengeluaran, 3) mengembangkan uang.

Karena merupakan satu rangkaian, maka diperlukan ketiga-tiganya untuk mencapai kekayaan dan kesejahteraan. Tidak bisa hanya salah satu saja yang dijalankan, kecuali kekayaan semu yang tidak akan bertahan lama. Kekayaan yang rapuh dan tidak memiliki pondasi kokoh.

Satu dari Tiga Faktor

Tanya-jawab yang saya lakukan dengan anak sulung di atas merupakan cara saya menanamkan literasi finansial sejak dini. Kita sama-sama tahu, pengetahuan vital seputar keuangan seperti ini tidak banyak–kalau tidak mau dikatakan tidak ada sama sekali–dipelajari anak-anak kita di bangku sekolah.

Sependek ingatan saya, sekolah hanya menanamkan apa yang menjadi pemahaman anak sulung saya tadi: orang bisa menjadi kaya kalau punya uang banyak. Padahal, itu hanyalah satu dari tiga rangkaian penting yang harus dilakukan seseorang. Bukan satu-satunya, apatah lagi kunci utama.

Pada kenyataannya, sudah sering saya menjumpai orang-orang yang penghasilannya besar, beberapa di antara mereka bahkan berpenghasilan sangat banyak sekali, tetapi tidak kunjung menjadi kaya.

Jangan kata sejahtera, ada yang malah sepanjang hidupnya tercekik cicilan dan tagihan. Ujung-ujungnya, mereka-mereka ini kemudian terjebak dalam segunung utang dan berakhir dengan menjual aset yang ada satu demi satu demi bertahan hidup. Miris!

Ingat kisah para miliarder Tuban yang sempat viral beberapa waktu lalu? Di mana orang satu kampung membeli mobil baru ramai-ramai, sampai-sampai dealer mengirimkan pesanan menggunakan mobil trailer saking banyaknya kendaraan yang dipesan di sana.

Wajah-wajah sumringah kita lihat di televisi, menunjukkan mobil baru yang mereka beli dengan bangga. Tak cukup satu rumah satu mobil, bahkan ada di antara miliarder dadakan Tuban itu yang membelikan setiap anggota keluarganya masing-masing sebuah.

Kira-kira setahun berselang, para miliarder dadakan tersebut menjadi pusat pemberitaan lagi. Namun kali ini kabar tak enak yang mereka bawa: uang miliaran rupiah yang mereka dapatkan untuk ganti rugi lahan dari Pertamina sudah habis.

Wajah-wajah cerah setahun lalu berubah kuyu. Para miliarder ini meminta belas kasihan Pertamina, ingin diangkat sebagai karyawan agar tetap dapat berpenghasilan setelah sawah dan kebun dijual.

Lihatlah, para miliarder dadakan Tuban ini merupakan contoh nyata betapa banyaknya uang dan penghasilan bukanlah jaminan untuk hidup kaya dan sejahtera.

Pengeluaran Bocor

Saya yakin di sekitar kamu juga ada yang seperti ini. Orang-orang yang seharusnya menghabiskan hidup dengan tenang dan berkecukupan karena dulunya berpenghasilan besar atau pernah dapat uang banyak karena sesuatu hal, tetapi masih saja berkutat dengan kesulitan finansial.

Orang yang mulanya terlihat hidup enak dengan rumah besar, kendaraan mahal, pakaian bagus-bagus, serta gaya hidup mewah. Namun di masa tua malah dililit utang dan cicilan. Sampai-sampai harus melego kendaraan dan rumah yang selama ini dibangga-banggakan.

Di mana salahnya?

Kalau diambil persamaannya, orang-orang seperti ini mempunyai satu kemiripan: tidak dapat mengontrol pengeluaran. Merasa punya pendapatan besar dan uang banyak, mereka menghabiskannya secara serampangan. Semaunya saja. Tanpa perencanaan, tanpa tujuan, juga sering-seringnya tanpa tercatat sama sekali.

Yang banyak terjadi, pengeluaran itu muncul akibat menuruti ego dan gengsi semata. Alasan di balik habisnya uang adalah agar dipandang tinggi serta dipuji-puji orang lain. Membangun rumah yang lebih besar padahal belum perlu-perlu sekali, misalnya.

Pada kasus miliarder dadakan Tuban tadi, mereka ramai-ramai membeli mobil baru. Tidak cukup satu, bahkan ada yang serumah tiga sampai lima buah. Padahal, rasa-rasanya mereka tidak butuh-butuh amat punya kendaraan roda empat. Katakanlah butuh, tidak perlu juga sampai satu orang satu mobil.

Para miliarder dadakan Tuban ini juga menunjukkan satu lagi kesalahan finansial yang umum dilakukan kebanyakan orang. Apa itu? Barang-barang yang mereka beli justru memunculkan pengeluaran baru. Mereka pikir sedang menambah harta, padahal malah menciptakan biaya-biaya baru yang membebani keuangan.

Saya tidak paham apakah mereka pernah memikirkan bahwa mobil-mobil baru yang mereka beli itu membawa konsekuensi berupa bertambahnya pengeluaran-pengeluaran baru. Setidak-tidaknya mereka harus menganggarkan budget untuk servis rutin dan pajak tahunan.

Selain itu, uang bensin untuk mobil berkali-kali lipat lebih banyak daripada sepeda motor. Demikian pula biaya ganti oli dan harga olinya, begitu juga biaya ganti ban dan harga bannya, dll.

Tambahan pengeluaran ini kemudian menimbulkan keadaan besar pasak daripada tiang. Tanpa disadari, pengeluaran menjadi lebih banyak dari pemasukan. Lama-lama, tagihan dan cicilan lebih sering datang ketimbang slip penghasilan.

Pentingnya Literasi Finansial

Ketika kisah ironis miliarder dadakan Tuban ramai di media, baik media sosial maupun media mainstream, satu hal yang kemudian ikut-ikutan ramai dibicarakan adalah literasi finansial. Ya, benar sekali. Para miliarder dadakan tersebut merupakan contoh betapa pentingnya literasi finansial bagi kita. 

Jika mengacu pada empat tingkatan literasi finansial versi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mereka ini dapat dikategorikan sebagai Not Literate atau Less Literate. Orang-orang yang kurang atau bahkan sama sekali tidak memahami literasi finansial.

Istilah literasi finansial sendiri merujuk pada pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mengelola keuangan. Dengan kemampuan literasi finansial mumpuni, kita dapat mengelola keuangan dengan lebih baik yang kelak akan membantu mewujudkan masa depan sejahtera.

Orang yang tidak mampu mengelola keuangan dengan baik, sulit untuk mencapai kesejahteraan di masa depan. Kalau mengatur pengeluaran saja tidak bisa, bagaimana mungkin sampai pada faktor ketiga: mengembangkan uang menjadi lebih banyak dari sebelumnya.

Padahal, ketiga faktor di atas tadi adalah sebuah rangkaian integral yang harus dijalankan secara bersama-sama. Tidak dapat hanya dilakukan salah satunya kalau ingin mencapai hasil maksimal.

Misalkan kamu sudah bisa menahan pengeluaran dan hanya menghabiskan 50% dari penghasilan. Dengan literasi finansial yang rendah, kamu tidak akan mengerti bagaimana cara memaksimalkan sisa gaji yang 50% itu. Paling banter yang dilakukan adalah menaruh uang tersebut dalam deposito bank.

Bayangkan, bunga deposito tertinggi di tahun 2022 ini adalah 3,5% setahun. Ini belum dipotong pajak 20%, sehingga return bersih yang diterima hanyalah 2,8%. Belum lagi ada inflasi yang ikut menggerus nilai uang.

Sebaliknya, berbekal literasi finansial yang cukup kamu akan tahu instrumen investasi apa saja yang menghasilkan return tinggi. Sehingga uang yang kamu sisihkan dari penghasilan bulanan dapat berkembang lebih cepat, dengan return maksimal, serta pajak nyaris nol.

Trading untuk Mengembangkan Uang

Salah satu cara yang selama 2,5 tahun terakhir saya tempuh untuk mengembangkan uang adalah trading. Sejak Agustus 2019, saya belajar sekaligus langsung praktik trading saham di bursa efek Indonesia.

Hasilnya, dalam 4,5 bulan terakhir di tahun 2019 saya meraih return bersih sebesar 29,21%. Artinya, uang yang saya cemplungkan ke saham bertambah nyaris sepertiganya hanya dalam tempo 4,5 bulan.

Katakanlah “modal” saya Rp 10 juta pada Agustus 2019, maka pada akhir Desember 2019 uang tersebut tumbuh menjadi Rp 12,92 juta. Mana ada tabungan atau deposito bank yang memberikan return sebegini besar dalam waktu sesingkat itu.

Lalu pada 2020, keberuntungan saya berlanjut. Saya membukukan hasil positif dengan return lebih besar lagi, yakni 47,64%. Demikian pula dengan tahun lalu, meski saya cenderung lebih pasif dengan mengubah strategi investasi menjadi jangka panjang.

Tertarik untuk trading juga sebagai sarana mengembangkan uang? Berita baik buatmu, sebab sudah hadir satu platform trading online terpercaya di Indonesia.

Namanya HBS Investasi, sebuah broker trading di bawah naungan PT Handal Semesta Berjangka. Agustus 2020, perusahaan ini sempat menjadi fokus pemberitaan nasional karena turut peduli pada wabah Covid-19.

Menggandeng organisasi sosial Aksi Cepat Tanggap (ACT), HBS Investasi menyumbangkan 250 baju APD, 200 kacamata pelindung, 40 boks masker, 50 boks sarung tangan medis, dan 40 face shield.

Tak hanya terhadap tenaga medis yang menangani wabah, HBS Investasi juga menaruh kepedulian tinggi kepada para penggunanya. Secara rutin diadakan seminar investasi yang mengupas habis seputar dunia trading, analisa teknis, juga berita pasar yang bakal sangat membantu para trader.

Seminar dapat diikuti secara GRATIS, tanpa biaya sama sekali. Jika tidak dapat hadir langsung di lokasi seminar, ada opsi kursus trading one-on-one yang bersifat lebih pribadi serta waktunya sangat fleksibel.

Platform Online Trading Terpercaya

Bukan hanya untuk trading saham, HBS Investasi menyediakan pilihan lebih lengkap. Aplikasinya adalah sebuah platform trading forex saham dan komoditas Indonesia. Komplit pokoknya.

Sebagai perusahaan trading no. 1 di Indonesia, HBS Investasi membuka kesempatan yang sama bagi semua orang. Ini ditunjukkan dengan ketentuan deposit minimal yang tidak terlalu tinggi, yakni cukup $50 saja. Sangat terjangkau bagi segala kalangan.

Bukan itu saja kelebihan dan manfaat yang ditawarkan HBS Investasi. Proses top up saldo juga sangat mudah, dengan banyak ragam pilihan metode pembayaran. Salah satunya menggunakan kartu kredit yang sangat mudah dan cepat.

Pendaftaran akun baru dapat dilakukan secara online pada aplikasi yang tersedia di Google PlayStore dan Apple App Store. Demikian pula dengan proses pengisian saldo dan aktivitas trading, semuanya cukup dilakukan lewat ponsel. Lebih praktis dan fleksibel.

Trading melalui HBS Investasi memberikan keuntungan maksimal, sebab platform mempromosikan gebrakan biaya komisi hingga $0/lot. Spread-nya juga rendah, sehingga membuka peluang menang yang lebih besar lagi.

Khawatir terjebak investasi bodong atau platform trading abal-abal? Jangan takut, HBS Investasi adalah platform trading terpercaya yang diawasi oleh BAPPEBTI (lihat di sini) serta merupakan anggota ICDX (Indonesia Commodity and Derivatives Exchange) dan Indonesia Clearing House (ICH). Pendek kata, HBS adalah perusahaan legit dan legal.

Ingin mengembangkan asetmu dengan jalan trading? Kenapa tidak mencoba HBS Investasi?

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (410 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

1 Comment on Yuk, rancang masa depan dengan tingkatkan literasi finansial

  1. Gambar kedua menarik mas, merah merekah bikin terperangah 🙂

    Suka

Beri komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: