Cara cerdas menyiasati pengeluaran mendadak dengan layanan paylater
SUATU ketika berkunjung ke seorang kenalan di Kota Malang, saya dibuat kaget saat diajak singgah di sebuah restoran untuk makan malam. Pasalnya sepele saja. Kenalan saya ini membayar tagihan makanan kami yang “hanya” kisaran beberapa ratus ribu rupiah dengan kartu kredit.
Yang membuat saya kaget tak lain profil kenalan ini. Beliau karyawan kawakan di sebuah bank swasta terkemuka. Ke mana-mana naik mobil dengan dandanan rapi. Profesi sambilannya berdagang uang lama, di mana koleksi yang biasa dia perdagangkan adalah uang-uang berkualitas tinggi senilai jutaan rupiah.
Saya ingat betul, ada satu koleksi milik kenalan saya ini yang harganya sekian puluh juta rupiah. Sebuah uang era masa penjajahan Hindia Belanda dalam keadaan lumayan bagus. Dan bukan cuma satu-dua dia punya uang seperti itu.
Omset bulanannya dari sekian kali menggelar lelang uang lama di media sosial, seperti pernah diceritakan sendiri olehnya kepada saya, bisa menembus angka Rp 1 miliar. Dari nilai tersebut, saya taksir keuntungan bersihnya paling sedikit 10% alias Rp 100 juta sebulan.
Pendek kata, kenalan saya ini seseorang yang secara finansial sangat mapan. Uang bukanlah masalah baginya. Namun, kenapa untuk membayar tagihan restoran yang hanya sekian ratus ribu rupiah saja dia memakai kartu kredit?
Lama sekali saya mencari jawaban atas pertanyaan ini. Sampai suatu ketika saya mendapatkan pelajaran pentingnya: untuk pengeluaran yang bersifat mendadak, gunakanlah pembayaran yang dapat ditempo.

Menyiasati Pengeluaran Mendadak
Waktu itu saya memang mendatangi kenalan ini secara mendadak. Saya baru memberi kabar kepadanya ketika mobil yang saya tumpangi melintasi Porong, Sidoarjo. Dia pun sejatinya sudah ada agenda kondangan ke satu kenalan. Karena tahu saya akan datang, dia memajukan jam kondangan sehingga ketika saya tiba di Malang sudah punya waktu bebas.
Karena kedatangan saya yang mendadak itulah kenalan saya jadi punya pengeluaran mendadak pula. Dia orang yang sangat menghargai tamu, maka saya pun dijamu olehnya di restoran langganannya. Begitulah asal mulanya sampai momen membayar tagihan dengan kartu kredit tadi terjadi.
Mulanya saya berpikir, kok perhitungan sekali membayar sekian ratus ribu rupiah saja pakai kartu kredit? Untuk ukuran kenalan saya ini, uang tunai sebesar itu pastilah dia punya. Juga bukan masalah baginya membayar tagihan kami malam itu secara tunai.
Namun kenapa itu tidak dia lakukan? Alih-alih, dia malah membayar dengan kartu kredit. Sungguh aneh, bukan?
Mulanya saya juga beranggapan itu aneh. Akan tetapi pada akhirnya saya menyadari satu hal. Kenalan saya ini tipe orang yang sangat ketat sekali dalam mengatur pengeluaran. Terutama untuk urusan belanja konsumtif nan bersifat ramah tamah belaka, misalnya menjamu tamu jauh seperti saya.
Karena pengeluaran untuk makan malam itu bersifat mendadak, alias di luar anggaran bulanan yang telah ditetapkan, maka dia menggunakan pembayaran yang dapat ditempo pelunasannya. Alih-alih dibayar sekarang dengan membelokkan anggaran untuk pos lain, dia malah menundanya.
Dengan demikian, anggaran yang telah dia tetapkan untuk bulan ini tetap aman. Sama sekali tidak terganggu oleh pengeluaran mendadak. Anggaran yang telah disusun pada awal bulan akan tetap sesuai rencana. Sebab, pengeluaran mendadaknya dia jadikan sebagai tagihan dan pengeluaran bulan depan.
Setelah menyadari ini, saya memuji langkah kenalan tersebut. Menurut saya ini cara cerdas dalam mengelola pengeluaran. Dia memanfaatkan dengan sangat baik kartu kredit yang dimiliki untuk menjaga stabilitas arus kas.

Layanan Paylater sebagai Solusi
Baiklah, kenalan saya tadi enak karena mempunyai kartu kredit. Lantas bagaimana dengan orang yang tidak punya, misalnya seperti saya? Apa yang dapat dilakukan untuk menyiasati pengeluaran mendadak yang terkadang membuat anggaran kita amburadul?
Kebetulan sekali saya baru saja mengalaminya. Pertengahan bulan lalu istri harus dirawat di rumah sakit. Saya pun harus mengeluarkan uang teramat banyak untuk itu. Tidak sampai amburadul, sih. Namun tetap saja bikin kacau alur pemasukan dan pengeluaran.
Coba bayangkan, untuk tagihan rumah sakit yang selama empat malam saja nilainya setara anggaran hidup saya sekeluarga selama sebulan. Secara total, pada Maret lalu saya mengeluarkan uang 2-3 kali lebih banyak dari biasanya karena istri sakit.
Tentu saja kejadian seperti ini membuat kepala saya cenut-cenut. Bayangkan seandainya dihadapkan pada pengeluaran mendadak seperti itu, sementara sedang tidak punya uang yang cukup. Apa akal?
Untunglah sekarang layanan financial technology yang memfasilitasi Kredit Digital sangat menjamur. Dengan persyaratan sangat mudah, beberapa cukup berswafoto dan menjepret KTP di aplikasi, uang sekian juta rupiah sudah masuk ke rekening dan siap digunakan.
Salah satu yang juga tak kalah menarik adalah maraknya layanan paylater, alias bayar nanti. Sesuai namanya, dengan paylater kita dapat membeli barang yang dibutuhkan saat ini, tetapi pembayarannya boleh dilakukan nanti.
Salah seorang teman saya memanfaatkan betul layanan paylater ini ketika membutuhkan smartphone baru. Tanpa bantuan smartphone yang mumpuni, dia tidak dapat beraktivitas. Produktivitasnya bakal terganggu. Sementara di lain pihak, dia belum punya uang cukup untuk membeli hape idaman.
Alhasil, dia pun menggunakan layanan paylater sebagai solusi. Hape yang dibutuhkan langsung didapat, produktivitasnya tetap terjaga bahkan semakin meningkat, sementara keuangannya juga terkendali karena pelunasan pembayaran boleh dicicil hingga 6 bulan.

Pinjaman Paylater dari JULO
Utang tak ubahnya sebilah pisau. Ianya bisa jadi hal baik jika dimanfaatkan secara bijak. Demikian halnya dengan paylater. Apabila dipergunakan untuk keperluan positif dan bermanfaat, tentulah bakal menjadi utang yang baik pula.
Jika ada yang masih sangsi dan belum merasa aman dari Kredit Digital di tengah maraknya pemberitaan negatif mengenai layanan seperti ini, kuncinya cuma satu: hanya mengambil pinjaman dari perusahaan yang terdaftar serta telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Daftar perusahaan financial technology yang terdaftar serta mengantungi izin dapat dilihat sendiri di laman resmi OJK. Data ini selalu diperbaharui secara berkala.
Jangan sekali-kali berurusan dengan pinjaman online ilegal. Selain seringkali mencekik leher, cara mereka dalam menagih tagihan juga suka kasar. Ini yang kerap masuk pemberitaan, sekaligus membuat rusak imej perusahan fintech yang menawarkan kredit online.
Di antara sekian penyedia layanan paylater, satu nama yang direkomendasikan adalah JULO. Memang terhitung pemain baru di dunia fintech lending. Akan tetapi, dengan cepat JULO menempatkan dirinya sebagai pemain penting dalam industri ini.
Salah satu penyebabnya, JULO tidak segan-segan memberikan pinjaman hingga Rp 15 juta bagi para pengguna. Cukup dengan mengisi formulir dan mengunggah foto KTP plus swafoto diri, pengguna dapat menikmati fasilitas pinjaman dengan tenor hingga 9 bulan dan bunga yang terhitung rendah, yakni hanya 0,1% per hari.
JULO sendiri memang didirikan dengan tujuan mulia. Melihat adanya gap dalam mendapatkan akses pendanaan bagi masyarakat awam, JULO menawarkan fasilitas kredit yang mudah dan terjangkau. Dengan demikian diharapkan masyarakat yang membutuhkan pendanaan dapat terpenuhi kebutuhan finansialnya, membantu memperbaiki kualitas hidup mereka, serta turut meningkatkan perputaran perekonomian negara.

Ngomong-ngomong soal izin, JULO telah terdaftar di OJK dengan nomor registrasi S-589/NB.213/2018. Ini menjadikan JULO sebagai platform kredit digital yang legal dan aman. Jadi, tidak perlu takut-takut lagi mengajukan pinjaman di aplikasi ini.
Selain pinjaman biasa, JULO juga menawarkan layanan paylater yang memungkinkan kamu untuk berbelanja barang-barang yang dibutuhkan sekalipun sedang tidak punya uang. Untuk layanan ini JULO bekerja sama dengan sederet marketplace terkemuka.
Per artikel ini ditulis, aplikasi JULO telah melayani jutaan pengguna. Ini ditunjukkan oleh jumlah unduhan aplikasi di Google Play Store yang lebih dari 5 juta kali. Kalau kamu sedang punya kebutuhan mendadak, silakan disimak persyaratan untuk mengajukan pinjaman di JULO:
- Pengguna adalah warga negara Indonesia yang memiliki Kartu Tanda Penduduk dan tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Berusia setidaknya 21 tahun pada saat mengajukan pinjaman.
- Mempunyai penghasilan bulanan sebesar minimal Rp2.500.000. Ini dapat dibuktikan dengan surat bukti penghasilan atau bisa juga digantikan dengan rekening koran 3 bulan terakhir yang memuat gaji.
- Pengguna harus mempunyai rekening bank yang masih aktif. Jika pengajuan diterima, dana akan dicairkan melalui nomor rekening ini.
Hanya itu?
Ya, hanya itu. Adapun untuk mengajukan pinjaman, tinggal unduh saja aplikasi JULO dan ikuti semua langkah yang ada di sana. Selanjutnya tinggal menunggu data-data tersebut diverifikasi. Jika pengajuan disetujui, pemberitahuan bakal dikirimkan melalui email dan juga notifikasi.
Semoga bermanfaat.
Halo Bung Eko, cek email ya (bungeko.com[at]gmail.com)
SukaSuka
Halo, Mr. Anon. Terima kasih sudah mengingatkan, tetapi saya selalu cek email secara berkala.
SukaSuka
Saya sudah email dua kali tapi kok belum ada respons yah
SukaSuka
Mungkin masuk folder spam. Komentar enggak jelas juntrungannya begini biasanya juga sudah saya masukin spam.
SukaSuka
Bukannya saya ingin memberikan komentar tidak jelas, tapi alasan saya pakai profile anonim adalah karena masalahnya menyangkut privasi. Saya memberi komentar di blog karena email saya tidak dibalas dan komentar dan DM saya di akun IG mas Eko juga tidak ada respons. Sekali lagi saya mohon maaf kalau terkesan mengganggu, tapi kalau mas Eko baca email saya pasti paham kenapa saya memberi komentar tanpa nama jelas seperti ini. Oh iya, email yang saya kirim beda dengan email untuk komentar ini.
SukaSuka
Owh, oke, oke. Coba saya ubek-ubek spam dulu, ya. Mohon maaf sebelumnya.
SukaSuka