Highlight:

Merangsang kreativitas anak dengan memilih mainan tepat

INI cerita sewaktu anak sulung saya, Damar, dapat peringkat II saat kenaikan kelas beberapa tahun lalu. Begitu sampai di rumah, ia langsung mengingatkan saya pada janji yang dulu pernah kami sepakati. Janji tersebut adalah membelikan mainan pilihannya kalau ia mendapat peringkat tiga besar.

Well, janji harus ditepati. Cuma saya agak dibuat bingung karena Damar minta mainan yang sesuai pilihannya. Artinya, saya mau tidak mau membelikan apa pun mainan yang jadi pilihannya. Yap, apa pun itu!

Di sini repotnya. Bukan, ini bukan masalah uang. Karena sudah berjanji, maka saya telah mempersiapkan anggaran untuk itu. Yang bikin saya agak khawatir, mainan pilihannya tidak membuat saya sreg. Dalam artian, saya merasa mainan tersebut tidak memberi dampak positif baginya.

Berbagai literatur mengatakan bahwa apa yang dimainkan anak ketika kecil turut mempengaruhi sikap, sifat, dan juga kejiwaanya kelak saat dewasa. Karenanya, para orang tua diimbau untuk tidak sembarangan membelikan mainan bagi anak-anaknya.

Saya pribadi meyakini betul hal ini. Jadi, ini sama sekali bukan soal mahal atau murah harga mainan yang waktu itu bakal ditunjuk Damar. Melainkan tentang bagaimana sebuah mainan memberi manfaat positif bagi si anak.

kardus-mainan-anak

Merangsang Anak untuk Aktif dan Kreatif

Bagi saya, rumus “mahal = bagus” tidak berlaku saat memilih mainan anak. Saban kali ke toko mainan anak, sebelum memutuskan membeli sebuah barang saya selalu bertanya dalam hati, “Bagaimana cara anak saya memainkannya nanti?” Tak jarang sambil bertanya begitu saya membayangkan anak-anak sedang memainkan mainan yang saya pegang.

Keputusan membeli atau tidak ditentukan oleh jawaban atas pertanyaan tersebut. Apa yang saya bayangkan dilakukan anak-anak saya dengan mainan yang hendak dibeli jadi patokan utama. Jika kebetulan istri saya ikut berbelanja, maka pendapatnya bisa jadi pemutus kebimbangan atau pengambil keputusan.

Permainan yang membuat anak terus aktif bergerak sangat saya utamakan. Contohnya saat anak saya sedang belajar merangkak, saya belikan mainan berupa figur hewan yang dapat melompat-lompat. Ada juga figur hewan atau mobil yang dapat berjalan sendiri dengan menarik seutas tali di bagian belakangnya. Dengan mainan model begini, anak saya jadi terangsang untuk aktif merangkak mengejar-kejar mainannya.

Saya juga suka mainan yang mampu mengasah intelejensia anak. Jangan salah, anak kecil sudah bisa berpikir, lho. Mereka punya intelejensia, tentu saja, dengan kapasitas yang sesuai usianya.

Seiring pertumbuhan si anak, ukuran otaknya akan ikut membesar dan kemampuan berpikirnya menjadi lebih baik. Namun, jangan salah pula, perkembangan otak tak selalu sejalan dengan perkembangan intelejensia. Otak yang membesar tak menjamin kecerdasan anak ikut meningkat.

Untuk urusan intelejensia, peran orang tua dalam merangsang kecerdasan anak sangat berpengaruh. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih mainan yang tepat bagi perkembangan kecerdasan anak. Pilihlah mainan yang membuat anak berpikir kreatif.

Tak perlu rumit-rumit. Misalnya balok-balok yang dapat disusun menjadi bentuk tertentu. Kubus dengan lubang beraneka bentuk, di mana anak dapat mencocokkan bentuk benda dengan lubang, juga bagus.

Pilihan lain misalnya puzzle sederhana berbentuk hewan, rumah-rumahan, atau lilin aneka warna yang bisa dibentuk menjadi apa saja. Atau bahkan cukup dengan membiarkan anak membuka paket, seperti di foto di bawah, di mana anak dituntut memerah otak untuk melucuti bungkusnya.

3c849-jne-damar-kecil-bongkar-paket

Tak Harus Beli

Sebagai orang tua dengan penghasilan tak menentu, saya tak bisa seenaknya membeli mainan untuk anak. Saya PNS, tapi bukan pegawai negeri sipil, lho. Melainkan pencari nafkah serabutan. Hehehe. Disebut serabutan karena saya mencari uang dengan cara apa pun yang bisa saya lakukan. Yang penting dapat uang.

Nah, karena tak punya penghasilan tetap, baik waktu mendapatkan maupun jumlahnya, maka membeli mainan anak bukan prioritas bagi saya. Jangan salah baca, ya. Yang “bukan prioritas” adalah membelinya, mainannya jelas jadi prioritas. Mana mungkin saya mengabaikan perkembangan anak.

Lantas? Tetap saja mainan anak jadi perhatian utama saya dan istri. Tapi, kan, tidak harus beli. Kalau kebetulan tidak ada budget saya mengakalinya dengan mengubah berbagai benda bekas pakai menjadi mainan, meskipun sangat sederhana.

Ini sudah saya lakukan sejak anak-anak masih bayi. Botol-botol bedak mereka yang sudah tidak terpakai, misalnya, saya kelupas habis plastik mereknya sehingga menjadi putih polos. Cukup berbekal spidol, saya gambar badan botol dengan aneka bentuk menarik.

Menyusun botol-botol bedak lalu merobohkannya sempat jadi permainan favorit anak sulung saya, Damar, yang saat itu masih berusia 7-8 bulan.

Kotak susu atau bubur juga tidak pernah saya buang. Awalnya, sih, saya kumpulkan untuk dijadikan pelapis surat berisi pesanan uang lama. Tapi belakangan saya lihat kotak-kotak tersebut bisa jadi permainan menarik. Yang simpel adalah menyusun kotak tinggi-tinggi ke atas, lalu dirobohkan.

Terkadang saya buat dua susunan, kemudian Damar saya minta merangkak diantara kedua tumpukan tersebut. Kalau mau lebih repot, kotak-kotak tadi bisa disusun menjadi rumah-rumahan, lho.

Anak saya tak kalah kreatif. Begitu beranjak besar, setiap kali diajak pulang belanja mereka memanfaatkan kardus wadah belanjaan yang telah kosong. Berdua bersama adiknya mereka dorong-dorong kardus tersebut ke sana-sini sambil menirukan suara mobil.

Untuk anak berusia kurang dari setahun, permainan begini tentu sudah sangat mengasyikkan. Jika bosan ia akan masuk ke kardus, atau membalikkannya dan kemudian naik dan berjoget-joget di atasnya. Dulu, saat anak sulung saya ini belajar berdiri, kardus-kardus yang saya tumpuk di kamar membantunya merambat dari satu sudut ke sudut lain.

Kini, anak-anak sudah sekolah. Saya senang melihat mereka tumbuh menjadi anak-anak yang aktif. Dalam hal bermain, mereka juga sangat kreatif. Pernah suatu kali kami ajak mereka ke alun-alun Pemalang. Di alun-alun banyak pohon pinang.

Ketika itu Damar melihat pelepah pinang jatuh di tanah. Tanpa ba-bi-bu, ia langsung menyeret pelepah pinang tersebut ke saya. “Ini dibawa pulang, ya?” pintanya. Saya kontan tertawa karena tahu apa yang bakal ia lakukan dengan pelepah pinang tersebut.

Setelah sampai di rumah, ia menyeret-nyeret pelepah kelapa di halaman belakang. Kepada saya ia minta agar daun-daunnya dibersihkan. Dan, seperti sudah saya tebak sejak pertama, ia lalu mengajak saya bermain dengan pelepah kelapa tersebut.

Caranya? Ia dan adiknya naik di bagian pangkal pelepah yang lebar, lalu saya menyeret-nyeret mereka berdua. Begitulah. Hahaha.

oppo-find-x-androidpit-8730

Game Digital dan Tantangannya

Saat si sulung naik kelas IV SD, oleh neneknya di Jambi ia dibelikan PlayStation. Bukan seri terbaru memang, waktu itu PS4 yang mutakhir, tetapi tetap saja anak lelaki itu senang bukan main begitu menerima dus berisi PS3 pemberian sang nenek.

Bisa ditebak, hari-hari lantas ia habiskan dengan bermain PS. Kami membuat kesepakatan mengenai di waktu-waktu kapan ia boleh bermain, serta game apa saja yang dapat ia mainkan. Setelah itu kami percayakan penuh padanya untuk mematuhi komitmen tersebut.

Demikian pula manakala seorang teman merekomendasikan plays.org, sebuah website berisi ratusan games asyik yang bisa dimainkan di komputer. Menariknya, kita tidak perlu mengunduh serta menginstal apa pun. Semua permainan di laman ini bisa langsung kita mainkan di browser.

Setelah kenal website tersebut, anak-anak saya seolah kecanduan. Kini, mereka tak sekadar menonton YouTube kalau tengah memegang gawai, tapi juga main games di Plays.org. Berganti-gantian antara nomor satu dan dua, terkadang juga bermain bersama.

Kalau ada yang bertanya, apa tidak khawatir membiarkan anak bermain online game? Saya jawab, tidak. Sebab, sekarang memang eranya permainan digital. Terlebih kian marak gamers yang menjadi idola anak-anak. Ditambah lagi diakuinya beberapa permainan tertentu dalam kancah e-sport.

Saya rasa bukan langkah bijak melarang sama sekali anak-anak bermain game. Biarkan mereka tahu dan berkenalan dengan permainan-permainan itu. Sehingga mereka tidak penasaran dan malah memainkannya secara diam-diam, sehingga lepas dari kontrol serta pengawasan kita.

Terpenting adalah kita mengarahkan mereka, juga menyeleksi ketat permainan yang dipilih. Termasuk ketika akhirnya membolehkan mereka bermain di Plays.org. Sebelumnya saya sudah memeriksa dan mengamati. Kesimpulan saya, deretan game yang ada di website ini aman dimainkan anak-anak.

legend-of-the-hidden-temple-plays-org

Pertimbangan lain, game ini bisa langsung dimainkan di peramban. Bisa lewat komputer atau laptop, bisa juga menggunakan handphone atau tablet. Dan yang terpenting lagi, semuanya gratis! Tidak perlu membayar apa pun, termasuk membeli tetek bengek apa-apa demi memenangkan permainan.

Sebagai contoh permainan berbau petualangan yang sangat digemari si sulung. Nama permainannya serupa dengan tajuk sebuah game show televisi di era 90-an, Legends of the Hidden Temple: Unlock the Past“ (gambar atas). Di mana pemain game ini diajak menjejalahi kuil-kuil bersejarah bersama tiga karakter bersaudara, yakni Sadie, Noah, dan Dudley.

Cara memainkannya sangat mudah, yakni cukup dengan menggerakkan karakter dalam game ini menggunakan tanda panah yang tersedia. Tergantung jalan yang mau dituju, pemain cukup memencet tanda panah ke atas, bawah, kanan, atau kiri.

Misi dalam permainan ini adalah menguak rahasia Kuil Raja Olmec. Untuk itu pemain harus mewaspadai kedatangan penjaga kuil yang muncul untuk menggagalkan misi. Lalu ada pula tantangan berupa jebakan pasir hidup.

Beda si sulung, beda pula si bungsu. Karena usianya baru tiga tahun, si bungsu lebih suka permainan yang sederhana tapi tak kalah menantang bagi anak seusianya. Karena sedang senang-senangnya dengan anak kucing di sebelah rumah, si bungsu pun memilih memainkan gameCut for Cats di website ini.

Dari namanya dapat ditebak, permainan ini berhubungan dengan kucing. Tugas si pemain adalah memberi makan kucing hitan yang tengah kelaparan. Caranya dengan memotong tali yang menggantung permen (candy roll) sehingga terlepas dan menggelinding ke mulut si kucing.

***

Begitulah. Bagi saya, salah satu cara terbaik untuk mengajari anak kreatif adalah dengan memancingnya menggunakan permainan yang berbau kreativitas pula. Mainan yang kita pilihkan bagi mereka turut memegang peran di sini. Karena itu sebagai orang tua saya musti berhati-hati dan selektif.

Kreativitas orang tua dituntut dominan, misalnya dengan membuat sendiri mainan untuk si anak. Lebih bagus lagi jika anak turut dilibatkan dalam aktivitas pembuatan mainan itu.

Demikian pula kalau ternyata kita harus membiarkannya asyik dengan permainan digital. Entah itu PlayStation, maupun game di hape dan komputer. Semuanya harus kita pilih dan awasi secara ketat. Memastikan game aman dimainkan anak itu sangat perlu.

Semoga bermanfaat.

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (410 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

9 Comments on Merangsang kreativitas anak dengan memilih mainan tepat

  1. Bang. Anak saya dikasih mainan pesawat kok dia malah bikin pesawat2an sendiri dari daun/sumpit/benda lain ya?

    Suka

  2. Menginspirasi dan mencerahkan..

    Suka

  3. asal ortu kreatif, anak mungkin akan ikut kreatif ya pak. salam kenal 🙂

    Suka

  4. Iya ya, kalau dipikir-pikir, memang mainan itu turut berpengaruh terhadap perkembangan anak.Oh iya, saya pernah lihat buku “Kreasi dari Barang Bekas” untuk anak. Jadi anak diajak untuk membuat aneka mainan dari barang bekas. Ada ilustrasi dan langkah per langkah. Kalau anak-anak Bung Eko sudah SD, mungkin buku itu bagus untuk mereka, hehe….

    Suka

  5. Kebetulan anak saya baru berusia 1,5 tahun, lagi getol2nya cari mainan buat buah hati tercinta nih. Thanks buat tulisannya ya mas, bisa buat bahan rekomendasi saya mencari mainan yang baik untuk anak.

    Suka

  6. Kalau saya untuk mainan anak sebisanya anak diajari cara membuatnya agar si anak memiliki kreatifitas yang baik, salam…

    Suka

  7. Setuju Bang,mainan anak tidak harus mahal dan bagus,tergantung kita menggunakannya.
    Mainan mahal,kalo si anak di suruh main sendiri ga ada penjelasan apapun,bingung..
    Yang ada di rumah pun mainan,alat2 masak,kalo anak di kasih tau ini loh buat ini..buat itu..
    bermain sambil belajar..

    Bung salam kenal kembali ya..

    Suka

  8. saya juga pernah dikasih tau, bahwa mainan anak kecil sangat memepengaruhi perkembangannya. pernah seorang ibu bercerita, sewaktu anaknya masih balita, dia memberikan buku2 dan alat tulis, tp setelah besar anaknya menjadi kutubuku, dan jd anak yg pintar. :Dterimakasih sharingnya. 🙂

    Suka

  9. pilihan orang tua pilihan yang terbaik tentunya.salam.

    Suka

Beri komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: