Berkhayal punya uang Rp 5 miliar

YANG bakal dapat duit banyak Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Eh, yang ikut berkhayal bakal menghabiskan uangnya orang satu negara. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Termasuklah saya di pantau utara Jawa.
Pada mulanya adalah kuis kecil-kecilan yang diadakan oleh akun Instagram resmi Indonesia Stock Exchange (IDX). Kenapa saya bilang kuis kecil-kecilan? Ya karena total nilai hadiahnya Rp300.000 untuk tiga pemenang. Terhitung hanya sak uprit jika dibandingkan dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan penggerak bursa efek ini.
Okelah, terlepas dari nominal hadiah kuis tersebut, ini seru-seruan yang sangat menarik. Jadi, ceritanya akun tersebut melempar pertanyaan, “Kalau kalian dapet uang 5M, mau diapain aja?” Lalu kita semua diminta berkhayal bareng-bareng. Tiga khayalan terbaik versi IDX bakal dikasih hadiah.
Bisa ditebak, pertanyaan dan juga kuis ini tentu mengacu pada hadiah jor-joran yang diterima oleh Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Sebagai peraih medali emas di Olimpiade 2020, keduanya berhak atas apresiasi berupa uang tunai Rp 5 miliar dari Kemenpora.
Well, siapa sih yang enggak ngiler dan lantas ikut berangan-angan dibuatnya. Seandainya saja saya yang mendapat rezeki nomplok sebanyak itu, enaknya dibuat apa saja uangnya? Itu pertanyaan yang memang langsung berkelebat begitu melihat berita di media massa.
Eh, kebetulan sekali pas iseng buka Instagram, saya melihat unggahan akun IDX tadi. Ya sudah, saya pun ikut menumpahkan kehaluan tingkat dewa, seperti halnya para peserta lain.
Jadi, kalau saya yang dapat uang Rp 5 M, mau diapain aja?
Kita awali dengan profil terkini dulu. Usia saya nyaris menyentuh kepala empat. Tinggal di desa di sebuah kabupaten kecil. Sedangkan pekerjaan saya adalah freelancer dengan penghasilan tak menentu. Saldo tabungan juga tidak terlalu meyakinkan.
Dengan semua kondisi di atas, andai kata saya yang dikasih uang Rp 5 M maka bakal saya alokasikan sebagai berikut:
Rp 2 M tanamkan ke saham
Sekarang sedang banyak saham bagus, rutin bagi dividen pula, dengan harga menarik. Amat sangat menarik bahkan. Sudah sejak beberapa pekan lalu, bahkan di antaranya sejak beberapa bulan lalu, terus diobral jauh dari harga terbaiknya.
Jadi, saya akan pakai Rp 2 miliar untuk membeli saham. Cari yang bisa kasih dividend yield rata-rata 5% saja setahun. Maka, investasi sebesar Rp 2 M tadi akan menghasilkan return Rp 100 juta setahun.
Wow, berpenghasilan Rp 100 juta setahun itu terhitung banyak lho. Jangan kata di desa, bagi sebagian besar orang kota pun itu duit yang banyak sekali!
Rp 100 juta setahun, berarti dalam sebulan jatahnya Rp8.333.333,33333. Genapkan saja jadi Rp 8 juta per bulan. Wah, ini sih kalau di desa saya, setiap bulan bisa kurban kambing 2 ekor.
Sisa tiga ratus sekian rupiah untuk sedekah. Kok cuma sedikit? Coba ambil kalkulator, deh. Rp333.333,33333 dibagi Rp8.333.333,33333 lantas hasilnya dikalikan 100%. Ketemulan angka 3,99999999996%.
Tuh, nilai sedekahnya malah melampaui anjuran minimal yang sebesar 2,5%, lo.
Rp1 M untuk beli sawah
Sudah sejak lama saya kepengin punya sawah. Tidak perlu lebar-lebar, asal lahan tersebut bisa menghasilkan beras 120 kg setahun saja sudah cukup. Jadi, kebutuhan beras saya sekeluarga yang kira-kira 10 kg tiap bulan bisa dipenuhi sendiri.
Cuma ini duitnya ada Rp 5 M, lo. Masa iya cuma beli sawah sak uprit? Maka, sekalian saja saya habiskan seperlimanya untuk membeli sawah. Sawah dan segala isinya.
Jujur saja saya tidak tahu bakal dapat seberapa lebar. Yang penting kalau bisa selebar mungkin. Mau dapat yang jauh ke pinggiran gunung juga enggak masalah, asalkan bisa dapat lebih lebar.
Googling sebentar, saya jadi tahu harga tanah kaplingan di pelosok-pelosok Pemalang dihargai kisaran Rp 35-48 juta. Atau rata-rata Rp 41,5 juta. Itu ukurannya rata-rata 7 x 15 meter. Kurang-lebih.
Maka, duit Rp 1 M tadi setidaknya bisa dapat sawah seluas 168 x 361 meter. Alias enam hektar lebih! Dan itu umumnya sudah tanah urugan, siap dibangun rumah. Kalau masih berupa sawah, sepertinya bisa lebih lebar dari itu.
Wow! Bahkan andai cuma dapat enam hektar sekalipun, asa-rasanya sudah lebih dari cukup untuk mewujudkan swasembada beras di level desa. Apalagi di level keluarga.
Rp 1 M untuk donasi
Kalau yang tiga ratus ribu sekian rupiah sisa dividen tadi untuk sedekah. Maka yang ini dikhususkan sebagai donasi pandemi. Lebih tepatnya untuk membantu saudara-saudara kita sebangsa tanah, eh, maksudnya sebangsa dan setanah air yang terdampak oleh pandemi.
Kalau sekedar untuk bertahan hidup, satu bulan Rp 1 juta saja sudah cukup untuk satu keluarga. Kalau di sini malah lebih. Ini untuk kebutuhan hidup saja, lo. Kalau untuk gaya hidup, enggak akan pernah ada cukupnya walau berjuta-juta juga.
Dengan demikian, dana Rp 1 M tadi dapat dibagi untuk memberi donasi kepada 1000 keluarga. Atau kalau mau menanggung biaya hidup sampai 6 bulan, bisa untuk membantu 166 keluarga. Kalau mau setahun penuh, cukup untuk 83 keluarga.
Wuih, pernah membayangkan enggak sih, kamu menyelamatkan hajat hidup setidak-tidaknya 83 keluarga? Kalau masing-masing keluarga berisi empat jiwa, maka total kamu telah menolong 332 jiwa.
Keren!
Rp 500 juta untuk beli tanah
Lo, kan sudah beli sawah selebar enam hektar lebih tadi. Kenapa masih beli tanah lagi? Untuk apa?
Beda peruntukan, Bosque. Kalau yang ini lebih ke kesenangan bersama. Untuk ruang komunal di desa. Kalau di perumahan itu ada yang namanya fasum dan fasos, kira-kira seperti itu.
Jadi, dalam angan-angan saya sih, di atas tanah itu nanti dibangun lapangan futsal, lapangan voli, badminton, atau lapangan lain. Mana-mana saja yang sesuai luas tanah pokoknya. Tergantung dapatnya seberapa luas nanti.
Setelahnya, bebaskan tempat itu untuk dipakai anak-anak & muda-mudi di desa. Sebaiknya memang menggandeng perangkat desa untuk sekalian dibina. Cuma biasanya sih, para pejabat itu sibuk. Walau perangkat desa sekali pun. Jadi, jangan terlalu diharapkan.
Bukankah selama pandemi ini kita semua kurang kegiatan. Kurang bergerak di tempat bebas? Jadi, musti ada yang memberi fasilitas agar mereka tetap punya kegiatan positif. Mana tahu kelak ada yang jadi atlet peraih medali emas Olimpiade dari tempat ini.
Tentu saja prokes harus dijalankan dengan ketat, ya.
Rp 500 juta untuk berangkat haji sekeluarga
Nah, barulah sisihkan anggaran untuk berangkat haji sekeluarga. Yang diprioritaskan keluarga inti saja dulu yang berangkat. Yakni saya dan istri beserta anak-anak.
Kalau ada sisa, bolehlah mengajak anggota keluarga besar. Utamakan yang sudah lama ingin berhaji, tetapi belum bisa berangkat karena alasan biaya. Orang tua dan mertua, misalnya.
“Kenapa untuk haji malah diletakkan terakhir? Bukankah ibadah itu lebih penting?” tanya si Bambang.
Hei, Bambang! Kamu pikir yang bikinin lapangan apa-apa segala macam tadi bukan ibadah? Kamu pikir yang ditanamkan ke investasi saham sehingga cukup untuk biaya hidup, bahkan bersedekah nyaris 4% tadi bukan ibadah?
Kamu pikir yang donasi Rp 1 M untuk keluarga terdampak Covid-19 tadi bukan ibadah? Juga beli sawah berhektar-hektar untuk swasembada beras sedesa tadi bukan ibadah?
Sayangnya, semua itu hanya khayalan. π
Semoga kesampaian punya uang 5 miliar, Mas. Cita-citanya mudlia, semoga terkabul!
SukaSuka
Hahaha, dapetnya Rp100.000 karena dipilih sebagai salah satu pengkhayal terbaik, Mas. Wkwkwkwk.
SukaDisukai oleh 1 orang
Asyeeek….
SukaSuka