Tips bepergian luar kota di masa pandemi Corona
BEPERGIAN jauh di masa pandemi begini musti dilakukan dengan sangat hati-hati. Jangan sampai kita terpapar oleh virus Covid-19 yang bisa saja ditemui sepanjang perjalanan. Sebaliknya, jangan pula kita malah jadi pembawa virus tersebut. Berikut tips bepergian luar kota di masa pandemi versi saya.
Sekitar dua bulan lalu saya melakukan perjalanan luar kota, bahkan lintas pulau. Tepatnya dari Jambi setelah menjenguk orang tua bersama istri dan anak-anak. Dalam perjalanan tersebut saya merasakan benar betapa bepergian jarak jauh di masa seperti ini butuh kewaspadaan tinggi.
Meski berangkat dengan kendaraan pribadi, tetap saja ada momen di mana saya dan keluarga harus bersinggungan dengan orang lain. Misalnya ketika singgah di rest area atau saat naik kapal menyeberangi Selat Sunda.
Saya berangkat dari Pemalang ke Jambi pada akhir Juli 2020, tak lama setelah PSBB di Jakarta dilonggarkan. Lalu kembali ke Pemalang pada akhir Oktober 2020, tepat sebelum PSBB kembali diberlakukan.
Agaknya tak cuma saya yang memanfaatkan momen pelonggaran PSBB tersebut untuk bepergian jauh. Nyatanya, rest area di sepanjang jalan tol selalu tampak ramai. Terutama di Jawa. Demikian pula saat naik kapal.
Di dua tempat ini, tidak mungkin rasanya kita tidak bersinggungan dengan orang. Apalagi tingkat kesadaran setiap orang berbeda-beda. Jangankan perihal menjaga jarak, saya bahkan melihat banyak orang tidak memakai masker.
Karenanya, mau tak mau saya dan keluarga harus membatasi diri secara ketat. Betul-betul berhati-hati sekali. Sebab virus Covid-19 bisa saja menempel di pakaian orang-orang yang kami temui maupun benda-benda lain yang selalu disentuh banyak orang.
Menempel di meja dan kursi rumah makan rest area, misalnya. Atau menempel di gayung dan gagang kran toilet umum, bisa juga menempel di barang-barang minimarket yang akan kita beli, bahkan mungkin menempel di dinding atau tiang-tiang bangunan.
Kami tentu saja tidak mau perjalanan ini menyebabkan kami terpapar virus Covid-19. Dan karena kami tak bisa mengetahui di mana saja virus tersebut mungkin berada, pencegahan preventif wajib dilakukan dari diri kami sendiri.
So, berikut yang saya lakukan ketika itu untuk menghindarkan diri dan keluarga dari paparan virus Covid-19 selama bepergian jauh:
1. Selalu memakai masker saat berada di luar mobil
Ini kewajiban pertama dan utama yang tak boleh ditawar. Begitu keluar dari dalam mobil, saya dan keluarga harus selalu mengenakan masker. Dispensasi hanya diberikan ketika sedang makan dan minum. Selebihnya tak boleh sedetik pun lepas dari masker.
2. Selalu cuci tangan setiap hendak atau selepas menyentuh apa pun
Satu paket dengan memakai masker, saya dan keluarga juga mewajibkan diri serta selalu saling mengingatkan untuk mencuci tangan setiap kali hendak atau selepas menyentuh apa pun. Untuk itu kami membekal hand sanitizer dalam tas tangan yang dibawa-bawa.
Saat membeli minuman dan camilan di minimarket, misalnya, maka sebelum masuk wajib mencuci tangan terlebih dahulu. Kebetulan sekali tiap minimarket yang kami temui menyediakan air bersih dan sabun di dekat pintu masuk, jadi kami mencuci tangan di sana. Nanti setelah keluar, kami kembali cuci tangan.
Begitu pula saat hendak masuk toilet, yang pertama dituju adalah wastafel untuk mencuci tangan. Setelah itu barulah menyelesaikan hajat, entah itu buang air kecil, buang air besar, atau mandi bebek. Sebelum keluar dari toilet kami kembali cuci tangan.
3. Meminimalisir kontak dengan orang lain, terutama sentuhan fisik
Ini memang agak berlawanan dengan kearifan lokal kita, di mana ketika berjumpa orang lain saat bepergian biasanya saling bertegur sapa. Kalau kebetulan duduk berdekatan, tak segan-segan mengobrol yang tak jarang dilanjutkan dengan saling memperkenalkan diri dan bersalaman.
Selama virus Covid-19 belum dapat diatasi, kebiasaan baik seperti itu tidak boleh dilakukan dulu. Ketika mengikuti salat jamaah di masjid rest area, misalnya, saya dan putera saya tidak lagi menyalami imam dan sesama jamaah seperti sebelumnya. Apa boleh buat, itu dilakukan demi kebaikan bersama.
Tapi kalau kemudian terpaksa musti melakukan kontak fisik dengan orang, sesegera mungkin harus mencuci tangan. Baik menggunakan hand sanitizer maupun di tempat-tempat cuci tangan yang tersedia.
4. Memilih tempat yang sedikit orang saat di tempat-tempat ramai seperti rest area
Poin ini masih ada kaitannya dengan poin sebelumnya, di mana tujuannya adalah untuk meminimalisir kontak. Mengingat pengetahuan serta kesadaran tiap orang akan pencegahan penularan Covid-19 berbeda-beda, langkah terbaik adalah dengan menepi dari keramaian.
Ketika makan di rest area, kami lebih memilih meja yang berada di ujung sehingga tidak dikelilingi meja-meja dan orang lain. Kalau tak ada pilihan tempat duduk yang pas, maka lebih baik dibawa ke mobil saja. Makan di mobil.
Adapun saat hendak mengikuti salat berjamaah, saya dan putera saya tidak langsung masuk selepas berwudhu. Melainkan menunggu iqamah dikumandangkan terlebih dahulu. Ini agar kami tak berlama-lama satu ruangan dengan banyak orang asing.
5. Membawa bekal dari rumah
Ini juga masih terkait dengan poin-poin sebelumnya, dengan tujuan meminimalisiri kontak dengan orang lain selama perjalanan. Sebab, membeli makanan di restoran maupun membeli minuman-camilan di minimarket membuat kita kontak dengan banyak orang.
Karenanya, upaya pencegahan terbaik adalah dengan membawa bekal sendiri dari rumah. Untungnya perjalanan Pemalang-Jambi dan sebaliknya sudah dapat ditempuh dalam waktu 30 jam saja. Jadi, membekal nasi dengan lauk-pauk kering masih sangat memungkinkan. Nggak takut basi, hehehe.
Sewaktu berangkat dari Pemalang, kami membekal nasi dangan sambal ijo dan ayam-tempe-tahu yang digoreng kering. Sebagai camilan ada bakso dan sosis goreng. Sedangkan dari Jambi ke Pemalang kami membekal nasi, srundeng, sambal kering tempe, dan dendeng.
Terakhir, jangan lupa berdoa sepanjang perjalanan agar dijauhkan dari mara bahaya dan penyakit. Untunglah, perjalanan kami pergi-pulang selalu lancar tanpa hambatan berarti.
Lebih beruntung serta menggembirakan lagi karena Pemerintah telah mendatangkan Vaksin Corona dari Tiongkok. Belum lama, Presiden Jokowi mengumumkan bahwa vaksin tersebut akan digratiskan bagi seluruh masyarakat. Sungguh perkembangan yang sangat melegakan.
Meski demikian, kita sebaiknya tetap mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan Pemerintah. Jumlah vaksin masih terbatas, sehingga mencegah diri agar tak terpapar virus Covid-19 akan jadi langkah preventif yang menguntungkan baik bagi kita sendiri maupun Pemerintah.
Karena itu sebaiknya tetap batasi kontak dengan orang lain. Hindari kerumunan, dan selalu disiplin mencuci tangan sebelum maupun setelah menyentuh sesuatu.
Kalau tidak penting-penting amat jangan bepergian keluar luar. Toh, kini nyaris semua yang kita butuhkan dapat diakses melalui smartphone. Mulai dari memesan makanan, membayar tagihan, berbelanja barang, sampai berkonsultasi atau mengatur janji dengan dokter.
Untuk poin terakhir, kamu dapat menggunakan aplikasi HaloDoc yang dapat membantu urusan medismu. Dengan HaloDoc kamu dapat melakukan konsultasi secara langsung dengan dokter. Jika harus ke rumah sakit, kamu dapat membuat janji temu atau mendaftar di rumah sakit favorit lewat aplikasi. Jadi, nanti tinggal datang sesuai waktu yang telah dipilih pada aplikasi. Nggak perlu ngantri!
Terkait pandemi Covid-19, HaloDoc menyediakan sebuah layanan khusus bagi para penggunanya. Yakni layanan tes Covid-19, di mana pengguna dapat membuat janji tes di berbagai rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lain melalui aplikasi. Pengguna bisa memilih jenis tesnya, mau Rapid Test atau PCR.
HaloDoc juga menyediakan beragam artikel bermanfaat seputar dunia kesehatan yang disajikan secara menarik. Artikel-artikel yang ditayangkan telah melalui supervisi dokter, sehingga materi-materi di dalamnya dijamin valid serta dapat dipertanggung-jawabkan. Kalau belum punya, tidak ada salahnya sih kamu instal aplikasi HaloDoc di smartphone. Mana tahu butuh kan?
Oke, itulah dia sekelumit tips bepergian luar kota semasa pandemi Corona versi saya. Semoga bermanfaat ya.
Beri komentar