Liburan impian setelah pandemi COVID-19 berakhir: keliling Lampung!
KALAU ada provinsi yang pernah bolak-balik saya lewati nyaris setiap tahun tapi tak pernah dikunjungi, maka itu adalah Lampung. Sejak tahun 2000, tiap mudik lebaran atau libur semester saya melintasi provinsi paling selatan di Pulau Sumatera ini. Tapi, baru pada 2016 saya berkunjung ke sana untuk kali pertama. Itu pun hanya dua malam dan mengunjungi satu tempat wisata.
Semasa kuliah dan bekerja di Jogja, saya bolak-balik melewati Lampung tiap kali punya kesempatan pulang kampung ke Jambi. Menggunakan bus Ramayana atau Putra Remaja, pintu gerbang Pulau Sumatera adalah Pelabuhan akauheni di Lampung Selatan. Demikian pula dari Jambi ke Jawa, jalur lintas Sumatera manapun yang diambil ujung-ujungnya bakal tembus ke Bakauheni.
Sejak pertama kali melintasi Lampung di tahun 2000, entah berapa kali saya melewati provinsi ini. Tapi hanya sebatas numpang lewat saja. Karena itulah saya cuma tahu dua tempat di Lampung, dua-duanya berkaitan dengan perjalanan Jambi-Jogja: Pelabuhan Bakauheni dan Terminal Rajabasa.
Sebatas itulah pengetahuan saya tentang Lampung, provinsi yang awalnya sebuah karesidenan dalam propinsi Sumatera Selatan. Meski demikian, Lampung meninggalkan banyak kenangan bagi saya. Sejumlah pengalaman serba pertama dalam kehidupan saya terjadi di sini. Berikut beberapa di antaranya:
- Pertama kali melihat pelabuhan, yakni Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni.
- Pertama kali melihat lautan, yakni Selat Sunda dari sisi Sumatera.
- Pertama kali naik kapal laut, yakni feri penyeberangan Bakauheni-Merak.
- Pertama kali bepergian lintas pulau, yakni Sumatera-Jawa.
Baca juga: Pengalaman serba pertama di Lampung
Tentu saja waktu itu saya pernah berangan-angan mengunjungi Lampung. Masa iya hanya lewat-lewat saja? Kenapa tidak sekali-kali menjadikan Lampung sebagai tujuan? Pikir saya. Tapi untuk apa? Sisi lain saya bertanya dengan nada meragukan. Apa yang menarik dari propinsi ini sehingga saya harus meluangkan waktu dan dana mengunjunginya?
Kalau kamu juga berpikiran begitu, maka kita sama-sama salah besar. Ketika kemudian berkesempatan mengunjungi Lampung untuk pertama kalinya pada pertengahan Agustus 2016, mata saya terbuka lebar. Banyak sekali destinasi wisata menarik di Lampung! Salah satunya Pantai Mutun, sebuah pantai berpasir putih yang masih asri dan tenang di Kabupaten Pesawaran.
Menyeberang sebentar dari Pantai Mutun, maka kita akan sampai di Pulau Tangkil. Ini pulau mungil yang menyajikan keindahan alam luar biasa. Ombaknya yang tenang, air lautnya yang biru, pasir putihnya yang bersih, serta pemandangan Teluk Lampung nan memanjakan mata, semuanya membuat saya terpesona saat tiba di Pulau Tangkil. Masya Allah…
Sayang, karena saya dan rombongan hanya punya waktu setengah hari, kami sudah harus meninggalkan Pulau Tangkil sebelum adzan Dzuhur berkumandang. Belum puas rasanya. Karenanya saya ingin sekali kembali lagi ke sini. Kalau bisa datangnya saat weekend agar dapat menikmati banana boat dan parasailing, juga minum kelapa muda di saung-saung yang tersebar di tepian pulau.
Lho, memang pas ke sana nggak ada ya banana boat, parasailing, dan kelapa mudanya? Menurut keterangan warga sekitar yang sempat saya ajak ngobrol waktu itu, warung-warung di Pulau Tangkil cuma buka di akhir pekan. Demikian pula penyedia layanan banana boat dan parasailing. Rombongan saya ke sana di hari Kamis, 25 Agustus 2016.
Sepulang dari Pulau Tangkil sebenarnya masih ingin bermanja-manja sebentar di Pantai Mutun. Apa daya, agenda lain sudah menunggu. Tambahan lagi rombongan sudah harus kembali ke Jakarta sore harinya. Sedangkan jarak Pesawaran dengan Bandara Radin Inten II tidak bisa dibilang dekat. Dengan berat hati kamipun meninggalkan Pantai Mutun.
So, berwisata lebih lama ke Lampung dengan mengunjungi lebih banyak tempat menarik di sana masuk dalam daftar impian saya. Ya, keliling Lampung! Tentu saja setelah pandemi COVID-19 berakhir.
Destinasi Wisata Ketiga Indonesia
Pariwisata Lampung tengah bergeliat. Semasa menjabat sebagai gubernur Lampung ke-9 (2014-2019), Muhammad Ridho Ficardho mencanangkan daerahnya sebagai destinasi wisata internasional baru di Indonesia. Sosok yang saat dilantik berstatus sebagai gubernur termuda di Indonesia itu bertekad memasukkan Lampung dalam tiga besar pariwisata nasional.
Tekad memajukan pariwisata Lampung juga menjadi perhatian gubernur terkini, Arinal Djunaidi (2019-2024). Hal ini termaktub dalam 6 Misi dan 33 Janji Kerja yang dipaparkan di hadapan anggota DPRD Provinsi Lampung saat pelantikan dirinya, 14 Juni 2019.
Kepada anggota dewan Gubernur Arinal berjanji akan mendorong berbagai festival dan melakukan pengembangan destinasi wisata. Ia menyadari betul pentingnya pembangunan infrastruktur untuk mendukung pembangunan pariwisata, dalam hal ini menjamin konektivitas antar wilayah. Karenanya, pengembangan infrastruktur menjadi misi ke-4 dalam 6 Misi yang dipaparkannya.

Saya (nomor dua dari kiri) bersama rombongan yang terdiri atas blogger, influencer, dan jurnalis ibu kota saat mengunjungi Pulau Tangkil pada 26 Agustus 2016.
“Lampung memiliki banyak destinasi wisata yang sangat indah, dan tak kalah dibandingkan wisata lainnya di Indonesia,” demikian ucap Gubernur Arinal dalam kesempatan lain, seperti saya kutip dari Radar Lampung.
Sebelumnya Lampung memang tampak tak terlalu serius menggarap sektor pariwisata. Tak banyak pemasukan daerah yang berasal dari pos ini. Namun belakangan situasi berbalik. Pariwisata terus digalakkan oleh pemerintah Lampung. Fasilitas dan prasarana diperbaiki serta ditingkatkan, diiringi dengan promosi tanpa henti demi mendatangkan pengunjung.
Hasilnya terlihat. Pada 2010 Lampung hanya dikunjungi 400.000 wisatawan. Dari jumlah tersebut, 10.000 di antaranya merupakan turis asing. Kebanyakan berasal dari Australia dan Selandia Baru. Lima tahun berselang, mengutip data yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Lampung, sepanjang 2015 ada 5.370.803 orang mengunjungi provinsi ini, dengan 114.907 orang di antaranya turis asing.
Hanya dalam tempo lima tahun terjadi peningkatan sangat signifikan dalam hal jumlah wisatawan. Lebih dari 10 kali lipat! Perkembangan ini diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan hotel. Mengutip sumber sama, jumlah hotel di Lampung pada 2015 meningkat sebesar 20% dari tahun sebelumnya.
Data terbaru yang dirilis pada Februari 2020 juga memperlihatkan peningkatan di sektor terkait dunia pariwisata dibanding tahun sebelumnya (sumber). Hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah tenaga kerja yang terserap, juga peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor terkait dunia pariwisata.
Demi mencapai target tiga besar nasional, semasa menjabat Ridho Ficardho berguru langsung pada daerah tujuan wisata nomor satu di Indonesia: Bali. Mengambil tempat di Harris Hotel & Residence Bali, April 2016, Ridho “menjual” Lampung kepada stakeholder pariwisata level nasional dalam acara bertajuk “Lampung Tourism Business Meeting & Pameran Pariwisata Lampung 2016.”
Tak berhenti sampai di situ. Dalam acara gala dinner bersama Gubernur Bali dan perwakilan biro-biro wisata, Ridho Ficardho tak segan-segan meminta tolong pada I Made Mangku Pastika agar mengajari supaya Lampung jadi daerah tujuan wisata internasional seperti Bali.
Sebuah kesungguhan yang patut diacungi jempol. Sebuah visi yang layak diapresiasi. Sebab Ridho Ficardho tak hanya memasang target sebagai destinasi wisata nasional, tapi internasional.

Tanjung kecil berpasir putih di Pulau Tangkil yang jadi lokasi utama dalam vlog saya. FOTO: Perdiansyah
Surga yang Masih Tersembunyi
Langkah yang ditempuh Ridho Ficardho sangat tepat. Lampung punya potensi besar untuk berkembang sebagai destinasi wisata unggulan Indonesia di tingkat dunia. Kalaupun belum bisa bersaing dengan Bali dan Jogja, setidak-tidaknya propinsi satu ini bisa menjadi pesaing serius Lombok.
Ada banyak obyek wisata potensial yang bisa digarap di Lampung. Kalau dulu saya hanya tahu Taman Nasional Way Kambas dan Panti Marina, kini ada puluhan tempat wisata menarik yang siap dinikmati wisatawan. Travel blogger senior asal Lampung, Yopie Franz Pangkey, bahkan bisa menyusun daftar 40 Tempat Wisata Menarik di Lampung dalam blog pribadinya. Ya, sebanyak itu. Bahkan bisa jadi jauh lebih banyak.
1. Pantai-pantai nan indah
Boleh dibilang Lampung mendapat bonus geografi. Berada di ujung selatan Pulau Sumatera, praktis hanya bagian utara Lampung yang tidak memiliki pantai. Selebihnya, propinsi ini dikelilingi laut sehingga memiliki garis pantai lumayan panjang.
Kalau dulu orang hanya tahu Pantai Marina atau Pantai Pasir Putih, kini Lampung punya banyak sekali pantai-pantai indah untuk memanjakan pengunjung. Berikut di antaranya:
- Pantai Mutun (Kabupaten Pesawaran)
- Pantai Sari Ringgung (Kabupaten Pesawaran)
- Pantai Klapa Rapat alias Klara (Kabupaten Pesawaran)
- Pantai Tanjung Setia (Kabupaten Lampung Barat)
- Pantai Tebakak (Kabupaten Lampung Barat)
- Teluk Kiluan (Kabupaten Tanggamus)
- Pantai Mandiri (Kabupaten Pesisir Barat)
- Pantai Labuhan Jukung (Kabupaten Pesisir Barat)
- Merak Belantung alias Pantai Embe (Kabupaten Lampung Selatan)
- Pantai Wartawan (Kabupaten Lampung Selatan)
Menariknya, masing-masing pantai mempunyai ciri khas masing-masing. Ambil contoh Pantai Tanjung Setia dan Pantai Mandiri yang banyak diminati peselancar dari dalam dan luar negeri karena ombaknya nan menantang. Kalau ingin melihat batu-batu besar di pantai, datangi Pantai Tebakak di kawasan Pesisir Barat.
Bagi yang sekedar ingin menikmati pasir putih dan suasana pantai nan syahdu, Pantai Pasir Putih, Pantai Sari Ringgung, atau Pantai Embe bisa jadi pilihan. Di Pantai Wartawan ada sumber mata air panas sebagai pesona tambahan. Ingin mencoba keseruan naik banana boat dan parasailing? Datang saja ke Pantai Mutun yang ada di Kabupaten Pesawaran, sekitar 16 km dari Bandar Lampung.
Wisata minat khusus juga mulai berkembang di Lampung. Mengikuti selancar air di Pantai Tanjung Setia dan Pantai Mandiri, kini wisatawan dapat melakukan snorkeling atau diving menikmati keindahan bawah laut.
Setidaknya ada dua titik snorkeling dan diving yang terkenal di Lampung. Pertama di dekat Pulau Kelagian dan Pulau Pahawang, lalu berikutnya di bawah laut Pulau Balak, Pulau Lok, dan Pulau Lunik. Tempat-tempat ini awalnya tak banyak dikenal, hingga kemudian ramai dikunjungi wisatawan dari daerah lain sejak 2015. Keberadaan media sosial sangat berperan di sini.

Pulau Mengkudu, sebuah pulau cantik dengan penghubung berupa jalan berpasir putih. FOTO: Instagram/lampunginsta
2. Pulau-pulau kecil nan menawan
Masih berkaitan dengan laut, di Lampung ada banyak sekali pulau-pulau kecil nan indah sebagai obyek wisata. Suasana yang sepi dan masih alami, dengan pohon-pohon menghijau, pasir putih membentang, deburan ombak, serta keheningan adalah satu paket relaksasi yang ditawarkan pada pengunjung.
Lupakan hiruk-pikuk kota dengan segala kesibukannya. Manjakan sejenak pikiran di pulau-pulau mungil yang bertebaran di perairan Lampung. Yang asyik, tak butuh waktu lama untuk mencapai pulau-pulau ini dari daratan Sumatera.
Kita mulai dari pulau yang agak besar dan berpenghuni, yakni Pulau Pisang di pesisir barat. Pulau ini dihuni oleh pengrajin kain tapis dan sulam mas khas Lampung. Jadi, sembari menikmati pasir putih di pantai kita bisa melihat proses pembuatan kain tapis dan sulam mas. Atau bisa juga mengelilingi pulau dengan menyewa sepeda motor.
Agak ke selatan, kita akan menemukan Pulau Tegal yang terletak tak jauh dari Pantai Mutun dan Pantai Sari Ringgung. Pulau ini tak cuma menyajikan pemandangan pantai yang indah, pesona bawah airnya pun dijamin memanjakan mata dan batin. Banyak ditemui makhluk-makhluk laut “tidak umum” di sini, selain karang-karang menakjubkan.
Oya, saya sudah singgung soal Pulau Tangkil ya. Video di atas adalah dokumentasi ketika saya dan rombongan blogger plus jurnalis diajak sebuah perusahaan perkebunan mengunjungi pulau tersebut pertengahan Agustus lalu.
Di dekat Pantai Pasir Putih, terdapat Pulau Condong dengan pesona alamnya yang memukau. Untuk mencapai pulau ini cukup membutuhkan waktu 20 menit mengendari perahu dari pantai. Sangat dekat sekali.
Mau merasakan sensasi berlibur di Maladewa? Pindahlah ke Kecamatan Rajabasa di Lampung Selatan. Di daerah ini ada satu pulau kecil nan unik, di mana pasirnya bersambung dengan pasir di pantai Pulau Sumatera. Penduduk setempat menyebutnya sebagai Pulau Mengkudu. Mungkin karena bentuk pulau ini mirip mengkudu? Entahlah.
Karena pasirnya menyatu membentuk semacam jalan, kita tak butuh menyeberangi laut untuk menuju Pulau Mengkudu. Cukup parkir kendaraan di kawasan pantai, lalu lanjutkan dengan berjalan kaki sembari menikmati panorama laut di sekeliling.

Curup Tujuh Linggapura di Lampung Tengah. Air terjun ini memiliki tujuh tingkat dengan total ketinggian 75 meter. FOTO: Instagram/kelilinglampung_
Air terjun nan menyegarkan
Lampung tak cuma punya pantai-pantai indah, pesona bawah laut nan menggoda, serta pulau-pulau kecil menawan. Bagi yang tak suka “main di laut” masih banyak pilihan obyek wisata lain. Bagaimana dengan air terjun?
Di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, terdapat sebuah air terjun cantik bernama Sinar Tiga. Dikelilingi pepohonan menghijau dan lubuk yang tak terlalu besar, air terjun ini menyuguhkan keindahan pemandangan alam bersama sejuknya udara segar.
Pesona tak kalah indah dengan jalur tempuh lebih mudah bisa didapatkan di air terjun Way Lalaan. Terletak tak jauh dari jalan lintas Bandar Lampung – Kota Agung, air terjun ini cocok sebagai pelepas penat bagi pengendara yang tengah menempuh perjalanan jauh.
Jika air terjun Sinar Tiga dan Way Lalaan dirasa kurang tinggi, coba pindah tempat ke Curug Tujuh Linggapura. Disematkannya kata “tujuh” dalam nama air terjun ini bukan tanpa alasan. Air terjun ini memiliki tujuh tingkat, dengan total ketinggian dari tingkat pertama ke tingkat ketujuh adalah 75 meter.
Satu hal yang agak disayangkan, akses menuju Curug Tujuh Linggapura masih terhitung sulit. Selain itu lokasinya jauh dari pusat kota. Dari Bandara Radin Inten II, kita harus berkendara sejauh 135 km menuju Desa Linggapura di Kecamatan Padang Ratu, Lampung Tengah. Itupun masih dilanjut ojek untuk sampai di air terjun.
Selain Curug Tujuh, air tejun Putri Malu di Way Kanan juga memiliki jalur tempuh menantang. Pengunjung baru bisa mencapai lokasi air terjun setelah menumpang ojek motor trail dari Dusun Juku Batu. Lama perjalanannya pun tak tanggung-tanggung, 40 menit! Tapi semua itu bakal terbayar lunas oleh keindahan air terjun Putri Malu.
Tak jauh dari air terjun Putri Malu terdapat air terjun Batu Duduk. Hmm, sekali naik ojek trail dua air terjun terlampaui.
Bergeser ke Desa Sukamaju, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, terdapat air terjun yang tengah naik daun berkat promosi media sosial. Namanya air terjun Lembah Pelangi, yang menurut penduduk setempat awalnya bernama air terjun Pondok Rejo. Sesuai namanya, cahaya matahari yang menembus butir-butir air terjun ini kerap membentuk pelangi.
Di antara semua itu, barangkali Curug Gangsa yang paling unik. Bukan rute ataupun pemandangan sekitarnya yang unik, melainkan penyebab terbentuknya air terjun ini. Curug Gangsa aslinya merupakan ujung saluran irigasi persawahan di Way Kanan. Karena ujungnya berada di tebing yang tinggi, air yang mengalir pun menjelma sebagai air terjun.

Anak Gunung Krakatau usai erupsi pada Desember 2018. FOTO: indonesia.go.id
Gunung Krakatau nan legendaris
Habis? Belum. Masih banyak lagi obyek-obyek wisata Lampung yang merupakan potensi terpendam daerah ini. Di atas hanya menguraikan tiga jenis obyek wisata. Sedangkan Lampung juga mempunyai Desa Wisata Gedung Batin, situs purbakala Pugung Raharjo di Lampung Timur, Teluk Kiluan di mana kita bisa melihat ikan lumba-lumba, dan masih banyak lagi.
Jangan lupakan pula Taman Nasional Way Kambas yang merupakan taman nasional tertua, sekaligus sekolah gajah pertama di Indonesia. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang bakal mengundang decak kagum dengan kekayaan alam hayatinya. Satu lagi yang sangat melegenda adalah Taman Nasional Anak Krakatau.
Gunung Krakatau merupakan legenda dunia. Letusannya nan dahsyat di tahun 1883 masih menjadi cerita menarik di Tanah Eropa hingga sekarang. Kejadian meletusnya Gunung Krakatau diabadikan dalam banyak film, baik film dokumenter maupun film layar lebar, serta sejumlah buku.
Kini, meski Gunung Krakatau sudah hilang akibat letusannya sendiri, keagungannya tetap terjaga berkat kemunculan gunung baru di tempat Krakatau dulu berada. Orang pun dengan mudahnya menyebut gunung baru tersebut sebagai Gunung Anak Krakatau.
Ketika Anak Gunung Krakatau diam-diam erupsi pada Desember 2018, saya bersama keluarga ikut merasakan efeknya. Kapal feri yang kami tumpangi usai menghadiri kondangan di Kota Metro, tidak dapat merapat karena tingginya ombak di Merak. Kami pun musti terombang-ambing di Selat Sunda selama lebih dari 2 jam.
Dari Lampung, Taman Nasional Anak Krakatau dapat didatangi lewat dermaga Canti. Singgah sebentar di Pulau Sebesi, barulah perahu berlabuh di Krakatau. Terdapat tiga pulau besar di kawasan ini, yakni Pulau Sertung, Pulau Rakata, dan Pulau Panjang. Gunung Anak Krakatau sendiri berada di tengah-tengah ketiga pulau tersebut.
Ketiga pulau yang mengelilingi Anak Krakatau dulunya merupakan badan Gunung Krakatau. Bayangkan betapa besarnya gunung ini. Letusan hebat pada 1883 telah menghancur-leburkan gunung tersebut, menjadi tiga pulau di Selat Sunda. Gunung Anak Krakatau sendiri baru mulai muncul pada tahun 1927, kurang-lebih 45 tahun setelah Krakatau meletus.
Untuk memperingati letusan mahahebat Krakatau, pemerintah provinsi Lampung menggelar event tahunan bertajuk Lampung Krakatau Festival. Diadakan sejak 1991, festival ini bertujuan mempromosikan atraksi, daya tarik wisata unggulan, dan seni budaya Lampung. Tahun ini, festival dijadwalkan berlangsung pada 28-30 Agustus 2020.
Mari kita berdoa agar wabah COVID-19 segera berlalu, sehingga Lampung Krakatau Festival 2020 dan juga even-even pariwisata lain di Indonesia dapat terselenggara sesuai agenda.

RedDoorz @ Jl. Pangeran Antasari 2 di Bandar Lampung, salah satu pilihan properti RedDoorz yang dapat dipilih selama berlibur di Lampung. FOTO: RedDoorz.com
Wujudkan Impian Keliling Lampung dengan RedDoorz
Oke, Lampung masuk dalam daftar destinasi impian saya. Pertanyannya kini tinggal bagaimana dan kapan mewujudkan impian ini menjadi kenyataan. Yang jelas, impian tak akan pernah terwujud kalau tidak direncanakan. Jadi, saya susun dulu rencananya. Atau lebih tepatnya rencana impian, hehehe.
Seperti biasa, pertama-tama saya akan mencari tahu informasi lebih lanjut mengenai kota tujuan. Di mana bakal menginap dari sekian pilihan hotel di Lampung, bagaimana transportasi dalam kota, tempat makannya seperti apa, sampai spot wifi terbaik di mana saja, dan lain-lain.
Google jadi andalan untuk mencari referensi terkait kota tujuan, dalam hal ini Lampung. Info-info mengenai promo wisata jelas saja ikut saya lahap. Demikian pula estimasi berbagai biaya yang diperlukan. Terlebih, untuk berkeliling Lampung dibutuhkan waktu tidak sebentar. Itu artinya dana yang diperlukan juga tidak sedikit.
Dalam menyusun rencana wisata, sudah lumrah terjadi jika anggaran akomodasi merupakan porsi terbesar kedua setelah transportasi. Biasanya sih begitu. Semakin lama kita stay di satu destinasi, semakin membengkaklah biaya penginapannya.
Jika biaya transportasi (tiket pesawat, bus, rental mobil, dll.) dapat ditekan dengan mencari waktu keberangkatan terbaik, lalu anggaran konsumsi dapat dibikin hemat dengan hanya membeli street food, bagaimana dengan akodomasi? Bagaimana caranya agar kita dapat menekan anggaran akomodasi tanpa mengorbankan kenyamanan?
Saya temukan jawabannya pada RedDoorz.
Saya ceritakan sedikit pengalaman saat singgah di Makassar, dalam perjalanan pulang dari Ternate ke Jawa pada April 2018 lalu. Ini momen yang membuat saya untuk kali pertama menginap di RedDoorz.
Keputusan untuk singgah semalam di Makassar tersebut diambil mendadak ketika memesan tiket pesawat Ternate-Semarang (untuk saya) dan Ternate-Jakarta (untuk adik). Sebuah keputusan mendadak yang sangat saya syukuri, sekaligus membuat saya ingin kembali ke Makassar suatu saat nanti.
Mengetahui bahwa seluruh penerbangan ke Jawa selalu singgah di Makassar, saya dan adik lantas bersepakat, “Kenapa nggak sekalian mampir saja?” Maka kamipun tak hanya mencari tiket penerbangan Ternate-Makassar, tapi juga penginapan. Saya serahkan urusan penginapan pada adik.
“Kalau menginap di RedDoorz bagaimana?” tanya adik saya.
“Nggak apa-apa sih,” jawab saya sembari menyelesaikan pembayaran tiket pesawat.
Saya sudah mendengar soal RedDoorz sebelumnya, menonton video ulasan tentang beberapa hotelnya di YouTube, tapi belum pernah sekalipun menginap di propertinya. Yang saya tahu, jaringan hotel ini menawarkan pengalaman menginap nan nyaman dengan tarif terjangkau. Sebuah kombinasi yang sangat saya sukai.
Kebetulan sekali hari itu adalah Selasa, dan RedDoorz ketika itu menggelar promo harga khusus untuk setiap pemesanan di hari Selasa. Tarif spesial seharga Rp99.000 saja! Pilihan kami lantas jatuh ke RedDoorz Plus near Pantai Losari di kawasan Sawerigading.
Sesampainya di sana saya dibuat takjub. Hotel yang bakal kami inapi bangunannya berwarna kuning dan biru, menjulang tinggi 4 lantai ke atas. Lobinya luas, dengan beberapa meja kursi dan sejumlah sofa. Rak koran terletak di sudut meja resepsionis nan panjang. Ketika kami tengah check in, sudut mata saya melihat pintu lift.
Ini bukan hotel kaleng-kaleng!
Saat itu saya tidak tahu apakah hotel begitu merupakan standarnya RedDoorz. Saya baru menemukan jawabannya sekitar setahun berselang, ketika berlibur ke Jakarta-Bogor bersama anak-anak dan istri. Sementara anak-anak dan istri menginap di rumah adik, saya dan seorang teman menginap di RedDorz Plus near GBK Senayan, sebuah hotel luas dengan empat lantai di bilangan Palmerah Barat.
Baca juga: The Pitagiri Jakarta, hotel murah meriah di kawasan Palmerah
Dari situ saya jadi tahu bahwa RedDoorz menetapkan standar tinggi. Hotel-hotel dalam jaringannya harus memiliki kamar dengan luas minimal tertentu. Lalu yang saya perhatikan rata-rata memiliki ruang parkir yang cukup untuk mobil. Dengan demikian tamu keluarga seperti saya tidak kerepotan mencari parkir.
RedDoorz sendiri menetapkan garansi layanan yang terdiri atas enam fitur yang dijamin ada di setiap kamarnya. Keenamnya adalah tempat tidur dengan linen bersih, air mineral gratis, koneksi wifi gratis, televisi satelit, kamar mandi bersih, dan perlengkapan mandi nan lengkap.
Satu lagi yang membuat RedDoorz semakin menarik adalah pilihan Bayar di Hotel. Dengan fitur ini kita dapat memesan hotel pilihan di mana pembayarannya dilakukan nanti pada saat check in. Metode pembayarannya pun tidak harus tunai, terdapat pula pilihan pembayaran online.
Berkaca pada dua pengalaman menginap di RedDoorz di Makassar dan Jakarta tersebut, serta adanya garansi layanan di tiap properti serta layanan Bayar di Hotel, saya tak akan ragu-ragu untuk kembali memilih RedDoorz sebagai opsi hotel murah di Lampung andaikata kelak keinginan liburan keliling Lampung terkabul.
PROMO: Dapatkan diskon harga mulai dari Rp50.000 hingga 50% dengan memesan melalui aplikasi RedDoorz. Klik di sini untuk mengunduh aplikasinya ya.
Dengan memilih hotel ekonomis nan nyaman seperti ini, tentunya akan sangat membantu memangkas anggaran liburan. Penghematan dari pos akomodasi dapat dimanfaatkan untuk hal lain, misalnya beli oleh-oleh khas Lampung. Kalau saya sih ingin beli kopi Lampung sebanyak-banyaknya.
Sebelum itu terwujud, marilah kita sama-sama berdoa semoga pandemi COVID-19 segera berakhir sehingga kita dapat kembali berlibur ke destinasi impian. Amin.
Tulisan ini diikut-sertakan dalam Kontes Blog RedDoorz bertema “destinasi wisata yang menarik untuk kunjungi setelah pandemi COVID-19 berakhir”.
Referensi:
- lampung.bps.go.id
- lampungprov.go.id/index.php/detail-post/ikhlaskan-diri-untuk-lampung-gubernur-arinal-paparkan-6-misi-rakyat-lampung-berjaya-dan-33-janji-ker
- radarlampung.co.id/2020/02/17/gubernur-ajak-pt-telkomsel-kembangkan-pariwisata-dan-ekonomi-kreatif/
- haluanlampung.com/2020/05/08/kumpulkan-stakeholder-pariwisata-gubernur-arinal-ajak-satukan-persepsi-dalam-penanganan-covid-19/
- yopiefranz.com/2016/07/40-tempat-wisata-menarik-di-lampung/
Waduuh aku belum pernah ke Lampung, deh. Banyak tempat menarik untuk di-explore, yaa…
SukaSuka
Iya, Mbak. Banyak sekali, dan nggak tahu butuh waktu berapa lama untuk bisa tuntas mengeksplorasinya.
SukaSuka
Maaf min, terimakasih sudah mencantumkan nama dan sumber dari foto, tetapi kalo boleh ralat nama saya salah di foto udara pulau tangkil tertulis fotografer “febriansyah” nama sebenarnya “Perdiansyah” dan kalau boleh tau dapat fotonya dari mana?
SukaDisukai oleh 1 orang
Hai, Mas. Senang sekali yang punya foto ikut berkomentar. Nama sudah saya koreksi, dan saya juga berterima kasih sekali karena diijinkan memakai foto ini. Di Google, foto ada tiga web yang terkait foto ini: 1. tribunnews (m.tribunnews.com/travel/2015/07/04/nikmati-keindahan-pulau-tangkil-dari-parasailing-pertama-di-lampung), 2. onlineweb.shop (febriansyah.onlineweb.shop/pantai_mutun/p6071423_19467592.aspx), dan 3. National Geographic (https://nationalgeographic.grid.id/read/13299860/merasakan-sensasi-parasailing-di-pulau-tangkil-lampung?page=all).
SukaDisukai oleh 1 orang