Highlight:

Saham pertama yang memberi tiga pelajaran penting pada saya

Pabrik PT Wilmar Cahaya Indonesia

Pabrik PT Wilmar Cahaya Indonesia, perusahaan terbuka pertama yang saya beli sahamnya saat belajar investasi di bursa.

ADA nyaris 700 emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tapi tidak semuanya bagus. Salah memilih saham, uang kita bisa berkurang banyak karena harga saham yang dibeli terus-menerus turun. Karenanya kita harus jeli dalam stock picking. Dan, inilah cerita saham pertama yang saya beli, yang langsung memberi tiga pelajaran penting.

Kalau kalian mengikuti pemberitaan Jiwasraya yang tengah ramai, itulah akibat salah pilih saham. Perusahaan asuransi milik negara ini ditengarai bermain saham gorengan, alias saham-saham berkualitas rendah dengan risiko hiper tinggi. Kerugian negara akibat aksi Jiwasraya ini tercatat total Rp 10,4 triliun. Wow!

Saya sadar betul risiko investasi saham. Banyak orang bilang, “high return, high risk.” Akan tetapi, saya lebih sependapat dengan ungkapan Kepala Kantor Perwakilan BEI Jawa Tengah, Fanny Rifqi, sewaktu menyampaikan kata pengantar dalam Sekolah Pasar Modal yang saya ikuti, 14 Agustus 2019.

Baca juga: Belajar investasi saham di Sekolah Pasar Modal IDX Semarang

“Investasi saham itu jadi high risk kalau tidak dibarengi dengan kompetensi yang cukup,”, demikian ucap beliau ketika itu.

Karenanya, sekali lagi, pilih-pilih saham itu harus dilakukan secara ketat. Jangan sampai uang kita dipakai untuk membeli saham perusahaan tidak jelas, dan ujung-ujungnya membikin rugi. Untuk itu kita sebagai investor ritel musti rajin menambah ilmu dan pengetahuan. Jangan 100% percaya pada “kata teman”, apalagi sekedar ikut-ikutan rekomendasi akun media sosial atau grup tertentu.

Berbekal pemahaman ini, sebagai super duper newbie di dunia investasi saham saya begitu berhati-hati ketika kemudian memutuskan membeli saham pertama dalam portofolio. Benar-benar sangat hati-hati karena saya tidak ingin seperti beberapa member Stockbit yang uangnya amblas akibat saham yang diberi terus turun harganya, atau emitennya delisting.

Untuk itu tabel demi tabel dalam program Excel saya buat ketika melakukan screening. Laporan tahunan dan financial statement saya cek satu per satu. Berita dan sentimen di media juga saya googling. Eh, rupanya memilih saham yang baik saja tidak cukup untuk bertahan di kerasnya bursa efek! Butuh lebih dari itu agar dapat sekedar bertahan, apatah lagi menjadi investor sukses seperti Lo Kheng Hong.

Sebetulnya agak malu sih cerita begini. Selain modal saya betul-betul cekak, saya melakukan tiga kesalahan mendasar ketika mengambil keputusan terkait saham perdana saya di BEI ini. Tapi nggak apa-apalah ya. Hitung-hitung jadi catatan pribadi saya. Juga, mana tahu bermanfaat bagi yang membaca.

Fundamental analysis vs technical analysis

Kesalahan 1: Terlalu Berpegang pada Fundamental Analysis

Seperti saya singgung di atas, proses pembuatan rekening saham lumayan lama. Sembari menunggu, saya setiap hari “nongkrong” di Stockbit. Mengikuti pembicaraan member-member di sana, juga memantau statistik saham-saham yang menarik minat.

Baca juga: Pengalaman buka rekening saham Sinarmas Sekuritas lewat Stockbit

Dari hasil membaca, melihat, dan menelisik ke sana-sini, saya kemudian melihat ada satu saham yang menarik minat: PT Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk. Kode sahamnya di bursa adalah CEKA, akronim dari Cahaya Kalbar yang merupakan nama lama emiten ini.

Apa yang membuat saya tertarik pada CEKA?

Pemicu awalnya adalah status salah satu member Stockbit. “Wah, tahun depan dividen bakal lebih banyak nih,” ujar member tersebut, mengacu pada laba bersih perusahaan sesuai financial statement Semester I-2019 yang meningkat banyak dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Menurut hitung-hitungan kasar member lain, dividen CEKA tahun 2020 ini setidaknya berada di angka Rp150. Tahun lalu, CEKA membagikan dividen sebesar Rp100/saham. Artinya, ada peningkatan sebesar 50% yang mengindikasikan pertumbuhan earning per share (EPS).

Dengan harga saham (saat itu) Rp1.500-an, itu artinya dividen yield-nya 10%. Andaikan menginvestasikan Rp 10 juta pada saham ini, maka kita berhak mendapat dividen sebanyak Rp 1 juta. Ini menggiurkan sekali!

Bandingkan dengan obligasi SBR009 terbitan Kementerian Keuangan yang baru saja habis masa penawarannya. Surat utang negara ini menawarkan bunga, atau mereka menyebutnya sebagai kupon, sebesar 6,30%. Ditambah spread 1,30% sekalipun bunga maksimalnya mentok di angka 7,60%.

Dan, mohon maaf, ini adalah bunga. Bahasa syar’i-nya riba, yang dalam ajaran agama-agama samawi dilarang untuk memakannya. Sedangkan dividen merupakan hasil keuntungan usaha.

Saya segera mengecek laporan keuangan CEKA di Stockbit dan RTI Business. Memang meningkat banyak, meski pendapatannya justru menurun. Saya melangkah lebih jauh dengan mengunduh laporan keuangan PT Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk. dalam lima tahun terakhir. Saya perhatikan pergerakan laba-rugi dan omset perusahaan dari kuartal ke kuartal, semester ke semester, tahun ke tahun.

Saya juga memeriksa pergerakan harga saham CEKA dalam setahun, tiga tahun, lima tahun, dan 10 tahun ke belakang. Saya masukkan semua data yang didapat dalam satu tabel Excel. Saya ingin mendapatkan gambaran utuh mengenai valuasi serta prospek perusahaan ini.

Hasilnya? Kesimpulan saya, secara fundamental perusahaan ini amat sangat bagus sekali. Plus, dalam posisi harga saat itu PBV-nya masih 0,8 sehingga terhitung murah. Misalkan harganya naik jadi PBV 1 saja sudah lumayan capital gain yang didapat. Belum lagi potensi dividennya.

Berapa pun uang yang saya tanamkan, saya yakin bakal menghasilkan keuntungan.

Pabrik PT Wilmar Nabati Indoonesia

Seorang pekerja tengah mengecek kemasan kardus minyak goreng di pabrik PT Wilmar Nabati Indoonesia di Gresik, Jawa Timur. FOTO: ANTARA FOTO/Sahlan Kurniawan

Oya, satu faktor lain yang membuat saya menyukai CEKA adalah hutangnya kecil. Sebagai sebuah emiten, PT Wilmar Cahaya Indonesia juga terhitung kebal sentimen. Berita fluktuasi harga sawit atau aksi boikot CPO asal Indonesia oleh Uni Eropa, tak terlalu menggoyang harga sahamnya.

Alasan tambahan yang tidak relevan tapi cukup mempengaruhi, isteri saya sudah sejak lama memakai minyak goreng dengan logo Wilmar di kemasannya. Mulai dari Fortune, Sovia, hingga Sania, yang merupakan produk-produk perusahaan Wilmar Group.

Begitulah. Ketika akun Sinarmas dan rekening dana nasabah di BCA jadi, saya langsung mengisikan dana yang memang dipersiapkan untuk membeli saham. CEKA pun segera masuk dalam portofolio saya sebagai saham pertama pada 22 Agustus 2019. Saya betul-betul lugu sekali saat itu, tanpa pikir panjang membeli di harga yang berada pada tawaran (offer) tertinggi saat itu. Istilah kerennya, hajar kanan alias haka.

Dan, inilah kesalahan pertama saya di dunia saham: membeli tanpa memperhatikan pergerakan harga. Saya mengabaikan technical analysis. Hajar kanan itu saja sudah sebuah kesalahan, ditambah lagi saya tidak mengecek tren pergerakan harga yang rupanya tengah memasuki fase menurun (bearish).

Semua yang aktif di bursa saham tentunya tahu betul harga CEKA terus turun hingga pertengahan September 2019. Saya pun mengalami floating loss, kerugian yang belum terealisasi. Tidak banyak sih, tapi lihat porto merah tetap saja tidak menyenangkan.

Masih yakin ini perusahaan bagus dan menjanjikan, saya sempat menambah muatan di harga lebih rendah (average down) begitu dapat tambahan modal. Sempat beberapa kali saya menambah lot saham CEKA. Namun ketika harganya menyentuh Rp1400-an, saya menyerah.

Lesson learned number 1: Baik fundamental analysis maupun technical analysis itu sama-sama penting. Analisa fundamental diperlukan untuk mencari saham-saham berkualitas, sementara analisa teknikal berguna untuk menentukan waktu yang tepat untuk mulai masuk ke suatu saham.

Klik di sini untuk membaca bagian kedua

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (412 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

19 Comments on Saham pertama yang memberi tiga pelajaran penting pada saya

  1. CEKA menarik, seandainya profitabilitasnya lebih besar mungkin akan mulai saya akumulasi. Terimakasih informasinya pak.

    Suka

  2. Dear Mas Eko,

    Artikel nya sangat menginspirasi, terima kasih🙏.
    Saat ini sy jg lg tertarik invest di saham dan stlh membaca artikel Mas Eko ini jd pgn tahu lbh soal “mencatat”… Apa saja yg perlu di catat?
    Apa yg hrs di lakukan buat sy yg tdk tau membaca laporan keuangan?
    Mohon petunjuk nya lagi.
    Sembah suwun ya Mas

    Suka

    • Hai, Mas. Ini pandangan saya terkait investasi saham ya. Hal pertama yang harus ditentukan adalah target kita, mau jangka panjang atau jangka menengah. Jangka pendek juga bisa, namun saya pribadi lebih senang bermain di jangka menengah (hitungan 3-6 bulan sebelum realisasi profit) dan jangka panjang (khusus untuk saham yang saya yakin dapat disimpan lebih dari 5 tahun dengan cara mencicil). Untuk kedua target ini saya mengharapkan profit dari dua hal: capital gain (dengan target persentase di atas 25%) dan dividen (dengan yield bersih minimal 5%).

      Kedua, hal terpenting adalah memilih perusahaan yang akan kita beli sahamnya. Karena targetnya jangka menengah-panjang, maka harus pilih perusahaan sehat yang terus mencatatkan laba. Syukur-syukur terus meningkat labanya dari waktu ke waktu, sebab peningkatan laba berkorelasi dengan peningkatan EPS.. Dan ujung-ujungnya berarti peningkatan dividen.

      Selain perusahaan mencatatkan untung, saya juga sangat concern dengan hutang yang dimiliki perusahaan. Karenanya saya memilih perusahaan yang minim bahkan nol hutang berbunga. Hutang ini di masa normal tidak terlalu berdampak, terlebih bila dapat menjadi pendongkrak laba. Namun di masa pandemi seperti sekarang, hutang akan sangat membebani perusahaan. Karenanya saya cenderung menghindari perusahaan yang hutangnya besar.

      Ketiga, waktu masuk atau timing membeli saham. Karena kita bermain jangka menengah-panjang, maka masuknya tidak perlu buru-buru, Harga saham itu kalau nggak naik ya turun, hanya itu. Supaya untung maksimal, kita beli saat harganya turun lalu tunggu sampai naik. Karena kita tidak tahu kapan harga saham naik sesuai target, maka kita pilih saham-saham dengan dividen bagus. Jadi, anggap saja dividen itu sebagai uang tunggu sampai harga saham mencapai target yang diinginkan.

      Catatan saya hanya tiga itu saja, Mas. Saya juga masih harus banyak belajar. Yang penting jangan terlalu serakah dan buru-buru dalam mengambil keputusan. Semoga membantu. Terima kasih sudah membaca tulisan saya.

      Suka

  3. Kalau kata adek sepupu saya, Pilih yang jelas-jelas, kak. Tidak masalah dapatnya sedikit, tapi aman. ahahahhaha.
    Saya sendiri belum sama saekali ikutan beli

    Suka

    • Iya, Mas. Bener juga itu. Dulu sempat mikir, ambil untung 1-2% itu apa ya kerasa. Tapi ternyata 1-2% sehari, dikali 20 hari bursa sebulan, dikali 240 hari bursa setahun, ya gede juga. Apalagi kalau modal dan profit terus digulung.

      Suka

  4. Oh ini toh katanya aktivitas yang pernah Mas Eko sebut menguntungkan walau waktunya pendek. Keren ih mainannya sekarang, aku mah roaming haha.
    Benar dengar investasi saham pas acara financial planning dari Kominfo, tapi sebatas tahu aja. Di buku Millionaire Mind juga disebut sih ada tukang pos yang sukses dengan investasi saham.

    Suka

    • Wuih, baca buku Millionaire Mind ya, Mas? Udah ada terjemahannya belum sih itu? Aku udah lama masukin itu buku ke wishlist di BookDepository, tapi belum juga bisa eksekusi beli hehehe.

      Btw, buat freelancer kaya kita, kayanya perlu punya pengaman buat masa-masa tak terduga atau sesudah kita nggak bisa lagi berkarya/dapat job, Mas. Tadinya kupikir tabungan saja udah cukup, tapi kan bakal kalah sama inflasi to. Kalau diinvestasikan ke dalam saham, insya Allah uangnya berkembang biak. Beranak dan bercucu.

      Suka

4 Trackbacks / Pingbacks

  1. Pengalaman buka rekening saham Sinarmas Sekuritas lewat Stockbit – bungeko.com
  2. Belajar investasi saham di Sekolah Pasar Modal IDX Semarang – bungeko.com
  3. Saham third liner yang bikin saya merasakan bagger untuk pertama kali – bungeko.com
  4. Dollar cost averaging vs swing trading, manakah yang lebih menguntungkan dalam investasi saham? – bungeko.com

Beri komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.