Highlight:

Resolusi 2020: baca satu buku sebulan, tulis 10 posting sebulan, dan berat badan turun 30kg

Resolusi 2020

SORE ini, sewaktu mengawali rutinitas buka laptop dengan mengecek email, satu pesan dari Airy begitu menohok perhatian saya. Judulnya, “Udah 2020, Nih. Apa Aja Resolusimu?Well, 2020 sudah berjalan empat hari dan saya memang belum menyusun resolusi apapun untuk tahun ini!

Resolusi bagi sebagian orang adalah rencana. Yaitu apa-apa yang ingin dicapai di waktu tertentu. Dalam hal ini resolusi tahunan berarti apa-apa yang ingin dicapai dalam suatu tahun, misalnya di 2020. Karenanya orang yang telah memiliki resolusi akan menyusulnya dengan menyusun sebuah rencana agar resolusi tersebut tercapai.

Siapa yang gagal menyusun rencana sama artinya merencanakan sebuah kegagalan. “He who fails to plan is planning to fail,” demikian ucapan tersohor eks Perdana Menteri Inggris, Sir Winston Leonard Spencer-Churchill.

Saya bukannya tak punya resolusi. Setiap orang tentunya memiliki keinginan untuk lebih baik, bukan? Hanya saja, saya terlalu malu untuk menuliskannya di tempat-tempat yang dapat dibaca orang lain. Di blog ini, misalnya, maupun di media sosial. Saya hanya akan menyimpan target-target tersebut di dalam hati, serta mengulangnya dalam setiap sujud terakhir.

Karenanya di blog ini saya lebih senang menuliskan semacam renungan, apa saja yang telah saya dapatkan atau pelajaran terbaik apa yang saya peroleh di tahun yang baru saja berlalu, alih-alih menuliskan apa yang ingin saya capai di tahun mendatang. Misalnya tulisan ini: Hal yang paling saya syukuri di tahun 2019.

Namun, tahun ini saya ingin mencoba melanggar kebiasaan tersebut. Untuk pertama kalinya sepanjang ngeblog di blog ini, saya ingin menuliskan Resolusi 2020 versi saya. Nggak banyak kok, dan sudah saya tuliskan pula di judul. Yaitu:

Baca satu buku satu bulan

1. Baca Satu Buku Sebulan

Sejak kecil saya hobi membaca. Saking sukanya saya akan membaca, bacaan apa saja saya lahap. Sampai-sampai di semasa masih SD di Palembang, saya betah berjam-jam ikut Simbah berjualan sayur di warungnya. Penyebabnya adalah tumpukan sobekan koran yang biasa Simbah gunakan untuk membungkus belanjaan pembeli.

Ya, saya baca-baca sobekan koran itu dengan tekun. Kalau beruntung, Simbah akan menyisihkan koran yang masih utuh agar saya baca terlebih dahulu sebelum disobek-sobek. Koran terbitan lama tentunya, tapi saya tak peduli. Selalu saja saya temukan hal-hal menarik untuk dibaca di lembaran-lembaran tersebut.

Hasrat membaca saya terus bertahan. Semasa SMP saya bahkan bisa membaca 3-4 judul cersil, sebagian besar serial Wiro Sableng, dalam sehari! Sedangkan selama SMA saya bisa membaca satu novel sastra–cerita kenangan NH Dini adalah favorit saya, dalam 1-2 hari saja.

Hingga kemudian merantau ke Jogja, baik semasa kuliah maupun bekerja, saya masih rutin membaca. Saking seringnya beli buku, seorang penjual di Shopping Center (kini jadi Taman Pintar) sampai hapal wajah saya dan sejak itu menjadi langganan. Demikian pula salah satu staf di Social Agency Jl. Laksda Adisucipto, yang saking akrabnya beberapa kali main ke kos.

Sayang, begitu menikah di tahun 2010 kebiasaan tersebut perlahan-lahan surut. Entahlah, sejak saat itu saya kesulitan menikmati buku-buku koleksi saya. Saya masih sering membeli buku, utamanya saat ada promo gratis ongkir di Bukalapak, namun tak semua buku yang saya beli tersebut kemudian dibaca (Beli Terus, Kapan Bacanya?).

Saya juga masih membaca setiap hari di gawai dan laptop, tapi hanya berita-berita ringan atau paling panjang feature di Tirto maupun detikX. Sejak pertengahan 2017 saya tak pernah tuntas saat membaca buku. Buku terakhir yang saya baca habis adalah Pemberontakan Nuku karya alm. Prof. Muridan Satrio Widjojo, yang saya habiskan dalam waktu lebih dari sepekan!

Setelahnya saya pernah berkali-kali mencoba menamatkan Polisi Zaman Hindia Belanda karya Marieke Bloombergen, tapi hingga saat ini belum tuntas juga. Buku Islamku, Islammu, Islam Kita karya Edi AH Iyubenu, alias Edi Mulyono bos besar Diva Group, juga belum selesai saya baca sejak dibeli pertengahan 2018 lalu.

Maka dari itu, tekat saya di tahun 2020 ini adalah kembali membaca buku. Jika tahun lalu nyaris tak ada buku yang saya baca habis, maka mulai tahun ini setidaknya saya harus membaca satu buku per bulan alias 12 buku setahun.

Sedikit? Ini jumlah rata-rata buku yang dibaca orang Amerika Serikat dalam setahun, berdasarkan studi yang dilakukan Pew Research Center pada 2015, jadi ini yang saya jadikan patokan. Kelak, ketika gairah membaca saya kembali normal, tentu saja jumlah ini bakal meningkat. Mungkin bisa menyamai Bill Gates yang membaca 50 buku setahun, bisa juga sampai 60 buku setahun seperti yang dilakukan kebanyakan CEO top dunia.

Bismillah!

10 Posting per bulan

Menulis 10 Posting Sebulan

Jangan ditanya berapa banyak tulisan yang saya publish di blog ini sepanjang 2019 lalu. Jelang pergantian tahun saya sempatkan waktu untuk mengecek apa saja yang pernah saya tulis selama ngeblog di bungeko.com ini. Hasilnya? Saya dibuat malu pada diri sendiri.

Sebagai gambaran, sepanjang 2019 hanya ada kurang dari 5 posting organik yang saya tulis. Malah jauh lebih banya jumlah draf posting yang hingga kini tak kunjung rampung. Sementara itu ada 10 posting komersial, plus 2 posting lomba. Artinya, tak sampai 20 artikel saya publikasikan di tahun lalu.

Ini tentu jumlah yang sangat sedikit sekali. Malah jika ditotal sejak saya membeli nama domain bungeko.com 10 tahun lalu, saya hanya menulis total 386 posting. Ini masih dengan catatan ada dua tahun, 2013 dan 2015, di mana saya sama sekali tidak menyentuh blog ini.

Ini sebab saya pernah menyebut diri sendiri sebagai blogger abal-abal di media sosial. Ya, blogger sejati tentunya rajin posting. Blogger papan atas bisa menulis sekali sehari, atau 2-3 kali sepekan. Sementara yang lain setidaknya mempublikasikan 10 posting sebulan. Saya?

Ada alasan sih kenapa saya masih begitu malas-malasan menulis. Salah satunya mengenai niche. Sudah sejak lama sekali saya ingin fokus ke satu niche tertentu untuk blog ini. Pilihannya antara buku, wisata, kuliner, atau sepakbola. Hingga kini saya masih belum mantap memilih salah satu dari keempat tema tersebut. Mungkin teman-teman dapat membantu memberi pandangan dan masukan.

Mengapa harus memilih niche terlebih dahulu? Tentu saja supaya blog ini lebih jelas identitasnya, tidak cuma “blognya Eko Nurhuda” atau “blog lifestyle” yang campur aduk. Niche tersebut adalah benang merah yang menyatukan seluruh konten dan membuat pembaca mengidentifikasi blog ini dengan mudah.

Saya sudah menyiapkan satu posting khusus membahas topik ini. Tapi yang jelas untuk saat ini saya harus kembali rajin posting. Sudah ataupun belum menetapkan niche, saya tetap harus rutin menulis. Toh, ada banyak sekali bahan yang dapat saya tuliskan. Di antaranya kisah perjalanan ke Tidore, Ternate, Halmahera, Makassar, juga Jambi, serta beberapa pengalaman menginap di hotel.

Jadi, per 2020 ini saya bertekat untuk rutin menulis setidaknya 10 posting per bulan. Tentu saja sangat boleh menulis lebih dari itu, tapi jangan sampai kurang. Dan saya sudah mengawalinya dengan baik dengan menulis 2 posting hingga 4 Januari 2020 ini 🙂

Bismillah!

obese scale

Turunkan Berat Badan

Ini sudah sejak tahun lalu saya canangkan, atau malah sejak awal 2018. Namun nyatanya saya masih belum juga tergerak untuk mengeksekusinya. Padahal jika memakai rumus indeks massa tubuh (body mass index, BMI), di mana berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat, hasilnya bobot saya sudah masuk kategori obesitas parah.

Menggunakan kalkuator BMI yang disediakan satu situs kesehatan, saya mendapatkan poin BMI 32,9. Ini masuk kategori merah, Obesitas Level II! Saya harus menurunkan bobot hingga setidaknya 29kg untuk mendapatkan poin BMI 22 dan masuk ke dalam kategori sehat.

Bobot saya naik drastis sejak mulai rutin bergadang pada medio 2013. Ketika itu saya merintis satu blog sepakbola, blog Liverpool FC. Saya jadi rajin mengikuti pertandingan-pertandingan Liverpool FC dan Liga Inggris yang kebanyakan berlangsung selewat dini hari. Sehabis menonton saya masih harus menulis reportase di blog pula.

Karena melek malam, saya juga jadi suka lapar malam-malam. Biasanya saya siapkan minuman hangat, teh atau kopi, beserta camilan. Sejak itu pula saya terbiasa makan tengah malam, bahkan pada pukul 2-3 pagi. Makanannya pun tidak sehat, yaitu mie instan dicampur telur karena menu itu yang paling mudah membuatnya.

Baca juga: Karena kesehatan adalah mahkota, aplikasi SehatQ jadi penjaganya

Mudah ditebak kebiasaan ini menggelembungkan bobot badan saya. Dari yang sebelumnya mentok di angka 70kg, perlahan-lahan naik hingga kini berada di angka 95kg. Celana yang pada 2013 lalu masih muat saya pakai, kini cuma bisa dikenakan sebatas paha. Ada juga yang bisa dipakai hingga atas, tapi pengait dan risletingnya tidak dapat dikancingkan karena terhalang pinggang dan perut yang begitu besar.

Menuruti standar BMI, bobot saya musti berada di angka 66kg untuk dapat disebut sehat. Itu artinya saya harus membuang sebanyak 29kg dari badan saya. Atau biar mudah menghitungnya kita bulatkan menjadi 30kg. Dibagi 12 bulan, bobot badan saya harus turun rata-rata 2,5kg sebulan.

Saya tahu ini tidak akan mudah, karena banyak sekali kebiasaan selama 5-6 tahun terakhir yang harus disesuaikan. Tapi saya yakin ini juga bukan tidak mungkin. Apakah target ini dapat tercapai dalam waktu setahun atau tidak, yang jelas saya akan memulai prosesnya sejak 2020 ini.

Sekali lagi, bismillah!

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (412 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

6 Comments on Resolusi 2020: baca satu buku sebulan, tulis 10 posting sebulan, dan berat badan turun 30kg

  1. Ahahaha…sekarang Saya jarang bikin resolusi Mas.La piye mesti raono singbkelakon, resolusi hanya sebuah catatan.2020, penginnya timbangan agak ke kirilah panahnya.Semakin tuo kepengin sehat dengan jogging dan mulai ngurangi nasi.( eh ini termasuk resolusi juga ding) 🙂

    Suka

    • Hihihi, sama sih jane, Mbak. Cuma ya biar kaya orang-orang, hahaha. Tapi, nggak ding. Yang tiga ini menurutku emang harus sih, soalnya terkait sama masa depan. Mau nggak mau. Meski nggak plek ketiplek sesuai target, seenggaknya sudah berusaha mencapai kemajuan ketimbang tahun lalu.

      Suka

  2. Semogaa tercapai, Mas. Untuk baca buku aku dah ga mau menarget. Pokoke baca sebisanya, ke mana pun hampir selalu baca buku, entah cuma dibaca sekian halaman. Banyak melesetnya. hehe. Semoga terwujud resolusinya, Mas, terutama rajin ngeblog lagi.

    Suka

5 Trackbacks / Pingbacks

  1. Menyusun program penurunan berat badan dengan SehatQ.com – bungeko.com
  2. 12 Buku yang akan saya baca tahun ini – bungeko.com
  3. Bisnis online makin berkembang dengan payment gateway Indonesia – bungeko.com
  4. Pengalaman beli buku di BookDepository – Harga murah, gratis ongkir pula – bungeko.com
  5. Yang gagal diraih dan yang tak terduga sepanjang 2020 – bungeko.com

Beri komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.