Mega mendung di langit Ternate
“Ayo, ayo, ayo! Kita naik,” Ci Ita berseru dari kejauhan. Speed boat sudah siap menyeberangkan kami.
Saya berpamitan pada Bapak Pemancing dan berlalu mendekati speed boat. Ci Ita men-charter dua speed boat sekaligus. Pembagiannya menarik: satu untuk rombongan laki-laki, satunya lagi untuk rombongan perempuan.
Kami masuk ke speed boat dengan tertib. Karena letaknya di ujung, saya dan lain-lainnya harus melewati bagian atas kapal-kapal kayu untuk mencapai speed boat. Kami juga musti melompat dari satu kapal kayu ke kapal kayu lain. Tak terlalu jauh memang, tapi tetap saja perlu berhati-hati.
Tantangannya adalah kapal kayu bergoyang-goyang ketika kami melintas di atasnya. Goyangan lebih kencang tercipta ketika kami melompat dari satu ke lain kapal. Itu sebabnya musti berhati-hati kalau tidak mau terpeleset dan salah-salah tercebur ke laut.
Kami kaum laki-laki naik speed boat berwarna putih dengan kombinasi strip biru. Rombongan perempuan naik speed boat kuning. Di dalam, masing-masing mencari tempat yang dinilai paling strategis untuk mengabadikan perjalanan laut ini.
Saya memilih duduk di belakang. Bukan posisi ideal sebenarnya karena tepat di sebelah mesin tempel. Kalau dari kejauhan saja suaranya sedemikian nyaring, bagaimana sedekat ini? Belum lagi cipratan air laut yang berpotensi merusak kamera.

Tuas gas dipacu. Speed boat menderu meninggalkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate, menuju Tidore. FOTO: Eko Nurhuda
Namun saya ogah duduk di dalam. Sempat mencoba masuk, tapi sebentar kemudian saya langsung keluar. Pengap. Ditambah lagi karena saat masuk harus merunduk, kepala saya mendadak pusing dan perut mual. Sebelum terserang mabuk saya bergegas keluar.
Semua penumpang sudah duduk. Awak speed boat menghidupkan mesin. Sekali-dua tarik tidak berhasil. Baru pada tarikan ketiga mesin tempel bermerek Yamaha itu menyala. Suaranya nyaring memekakkan telinga. Ada dua mesin di tiap-tiap speed boat dan dua-duanya dihidupkan.
Dua orang kru menemani kami menyeberang. Keduanya bekerja sama mengemudikan speed boat dengan baik. Pengemudi pertama mendorong beton tepian dermaga sehingga kendaraannya meluncur lebih ke tengah. Di saat bersamaan pengemudi lainnya memuntir besi pendek serupa tongkat yang mencuat dari mesin tempel. Tuas gas.
Mesin tempel meraung. Semakin jauh pengemudi memuntir tuas gas, semakin nyaring suara mesin Yamaha berkekuatan 40 paar de kraft tersebut. Lalu perlahan speed boat melaju. Air laut bercipratan ke sana-sini akibat putaran baling-baling di bawah permukaan. Dermaga kian jauh, jauh, dan jauh dari pandangan.
Di depan, Tidore sudah menanti kedatangan kami.
*****
Tulisan ini merupakan seri kedua dari rangkaian reportase trip Blogger Goes to Tidore selama Festival Hari Jadi Tidore ke-909 pada 8-13 April 2017. Terima kasih banyak pada Ngofa Tidore Tour & Travel beserta segenap sponsor yang telah memfasilitasi perjalanan ini.
Catatan: Foto-foto dengan watermark bungeko.com adalah hasil jepretan saya sendiri. Foto lain yang diambil dari berbagai sumber, semua dicantumkan nama fotografer & pemilik hak ciptanya di dalam caption.
Vlognya keren, keindahan Ternate tersaji dalam video dan kata-kata.
Ternyata, rahasia perjalaman nyaman itu diawali dengan membenarkan celana untuk duduk pertama kali diangkutan pertama hehehe.
SukaSuka
Hahaha, bisa aja. Itu celana padahal udah dibuat pas pinggangnya, tapi masih aja suka melorot.
SukaDisukai oleh 1 orang
perjalanan yang panjang, semoga saja bisa terulang lagi buat jalan-jalan bareng.
SukaSuka
Amin, amin… Seru banget emang.
SukaSuka
Buahahaha, aku gak inget pakai kata, “sewenang-wenang” itu mas hahahaha, tapi emang, aku sendiri gak nyangka kalo di Ternate ada emol. “Ade alpa aja aye udah girang banget, bang!” *lol *ikut gaya mpok Tati kalo ngomong.
Ngebenerin celana sebelum naik mobil travel itu epik muahaha, aku sampe ngakak ketawa. Dan, I really enjoy liatnya. Jadi tahu perjalanan mas Eko dari Pemalang sampe ke Yogya. Melewati berbagai macam kota, termasuk kota Benartujuh itu LOL. Cuma jujur aku agak terganggu dengan video itu pas ada yang ngomong, “aku paling cantik sendiri.” *dilempar mutton biryani sama belio.
Ditunggu sambungannya mas. Aku suka tulisan panjang kayak gini, detil banget! 🙂
SukaSuka
Hahaha, aku terbantu banget sama rekaman-rekaman videoku pas rekonstruksi cerita ini. Memang nggak nyorot yang ngomong siapa, tapi kan suaranya hapal. Pas kita ngomongin mal itu aku lagi ngerekam tugu entah apa di tengah perempatan. Ada lagi beberapa percakapan konyol bin lucu begini. Di antaranya ya yang aku paling cantik sendiri itu. Hahaha. Thanks udah baca, Yan 🙂
SukaSuka
Hahaha iya, selain foto, ternyata rekaman video lebih otentik ya hwhwhw. sama-sama mas, ditunggu kelanjutannya.
SukaSuka
Hehehe, aku tak pandai menjepret foto, makanya mending ngerekam video. Lanjutannya segera ditulis.
SukaDisukai oleh 1 orang
huahahaha, lha iyo bener to? mosok rifky sama mas eko lebih cantik dari diriku ???
Iya, iku tas aku kenapa paling buncit, aku sempat mikir ilang.
tulisan iki detail banget ….jadi memori tersendiri.
SukaSuka
Padahal tas cilik yo, Mbak? Ora sak geden-geden kaya tase Mas Rifqy 😁
SukaSuka