Visit Tidore Island – Menelusuri jejak sejarah Pulau Rempah

Pulau Maitara (depan) dan Pulau Tidore dilihat dari Pulau Ternate. FOTO: Panoramio.com/Didik Heriyanto
TIDORE diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum. Demikian ungkapan kekaguman Juan Sebastian Elcano, kapten kapal Victoria asal Spanyol, saat mendarat di pulau yang kaya akan rempah-rempah tersebut. Hingga kini kalimat Elcano masih terus dikutip untuk menggambarkan keindahan alam Tidore nan mengagumkan.
Elcano adalah pelaut pertama, manusia pertama, yang berhasil mengelilingi dunia. Ia bergabung dalam ekspedisi Fernão de Magalhães (Fernando de Magallanes, Ferdinand Magellan) sebagai bentuk permohonan maaf pada Raja Charles V. Elcano melanggar hukum karena menyerahkan kapalnya untuk membayar hutang.
Tim ekspedisi Magalhães ke Islas de las Especias (Kepulauan Rempah-Rempah) terdiri dari lima kapal: Concepcion, San Antonio, Santiago, Trinidad, dan Victoria. Sebanyak 241 pelaut berpartisipasi dalam rombongan ini.
Berangkat dari Sevilla pada 10 Agustus 1519, tim ekspedisi Magalhães berlayar ke arah barat daya, melalui pantai barat dan selatan Amerika Selatan, mengarungi Samudera Pasifik, singgah di Guam, Kepulauan Filipina, Brunei, dan tiba di Tidore pada 8 November 1521.
Sebuah pelayaran panjang yang tak mudah. Kapal Santiago hancur dihantam badai di Samudera Atlantik. Lalu kru kapal San Antonio memberontak dan kembali ke Spanyol saat rombongan tiba di Argentina. Saat berada di Cebu, Filipina, tim ekspedisi terlibat konflik dengan penduduk setempat. Magalhães terbunuh pada 27 April 1521.
Kematian Magalhães membuat kepemimpinan ekspedisi terpecah. Duarte Barbosa dan João Serrão akhirnya disepakati sebagai duo pemimpin. Namun keduanya kemudian juga terbunuh dalam sebuah pertikaian melawan Rajah Humabon. João Lopes de Carvalho mengambil alih kepemimpinan dan membawa eskpedisi meninggalkan Kepulauan Filipina.

Juan Sebastian Elcano. FOTO: Wikipedia
Rivalitas Mertua-Menantu
Sultan Al Mansyur tengah bertahta di Kesultanan Tidore saat ekpedisi Elcano mendarat di Pelabuhan Rum. Kedatangan pelaut-pelaut Spanyol ini disambut baik oleh Sultan. Total rombongan ekspedisi tinggal tersisa sekitar 75 orang saat itu, sebagian besar merupakan kru kapal Trinidad yang dikapteni Carvalho.
Kedatangan Elcano dan ekspedisinya mengawali interaksi Tidore dengan bangsa Eropa. Pelaut-pelaut Spanyol itu merupakan armada Eropa kedua yang menginjakkan kaki di Kepulauan Maluku, setelah kedatangan bangsa Portugis di Hitu sembilan tahun sebelumnya.
Semakin memburuknya hubungan Tidore dengan Kesultanan Ternate membuat Sultan Al Mansyur merasa perlu menjalin kerja sama dengan Elcano. Ini sebagai balasan menyusul langkah Sultan Bayanullah yang menolong ekspedisi Francisco Serrão, kawan baik Magalhães, dan membangun aliansi Ternate-Portugis sejak 1512.
Hubungan mesra Ternate-Portugis diperkuat dengan pembangunan benteng di barat daya Ternate, Benteng São João Baptista de Ternate yang sekarang dikenal sebagai Benteng Kastella. Posisi benteng ini sangat strategis untuk mengawasi Kesultanan Tidore, dan jaraknya terhitung dekat dengan Pulau Maitara maupun Pelabuhan Rum sebagai pintu masuk Tidore.
Elcano sendiri hanya tinggal sebulan di Tidore. Setelah memenuhi kapal Victoria dengan cengkeh dan pala, ia kembali ke Spanyol bersama 21 kru. Namun keberadaan bangsa Spanyol di Tidore tetap bertahan setelah Carvalho dan 52 anak buahnya memilih tinggal. Kapal Trinidad miliknya bocor dan tak bisa diperbaiki sehingga Carvalho memilih menunggu.
1 Januari 1527, ekspedisi yang dipimpin Garcia Jofre de Loaísa mendarat di Tidore membawa sejumlah besar pasukan Spanyol. Setahun berselang, tepatnya 30 Maret 1528, satu ekspedisi Spanyol kembali mendarat di Tidore. Ekspedisi yang dipimpin Álvaro de Saavedra ini sengaja dikirim Kerajaan Spanyol untuk mencari kapal-kapal Ekspedisi Loaísa yang hilang.
Sebenarnya aliansi Tidore-Spanyol dipenuhi kecurigaan satu sama lain. Akan tetapi Tidore membutuhkan kehadiran Spanyol untuk menandingi kekuatan Ternate. Tidore sudah lama ingin keluar dari bayang-bayang Ternate sebagai produsen cengkeh terbesar di Kepulauan Maluku.

Cengkeh, rempah-rempah unggulan Kesultanan Tidore yang membuat bangsa Eropa berbondong-bondong datang ke Maluku Kie Raha. Gambar: ScentIndonesia.com
Persaingan kedua kesultanan bertetangga ini dituliskan sejarawan Universitas Hawaii Leonard Andaya sebagai tema utama sejarah Maluku. Sekalipun bertetangga dekat, relasi Ternate dan Tidore tak sepenuhnya baik terkait persaingan dagang rempah-rempah dengan bangsa asing (pedagang-pedagang Jawa, Melayu, dan Arab, sebelum kedatangan bangsa Eropa).
Di lain pihak, Spanyol harus bertahan di Tidore demi mengamankan suplai rempah-rempah ke Eropa. Spanyol bahkan memendam hasrat untuk merebut Ternate dari tangan Portugis. Selama bertahun-tahun kedua kekuatan saling intai, namun masih sama-sama menahan diri dari konflik bersenjata.
Yang menarik dari rivalitas Ternate-Tidore ini, Sultan Al Mansyur merupakan mertua Sultan Bayanullah. Permaisuri Kesultanan Ternate, Sultana Nukila atau yang lebih dikenal sebagai Boki Nukila, merupakan puteri Sultan Al Mansyur. Dari rahim sang permaisuri inilah kelak lahir penerus Sultan Bayanullah, Sultan Hidayatullah alias Sultan Dayalu.
Ditaklukkan Portugis
Wafatnya Sultan Bayanullah pada 1522 mengubah peta kekuatan. Sultan Hidayatullah masih terlalu muda saat diangkat sebagai penerus tahta Ternate. Usianya enam tahun, sehingga diangkatlah Wali Raja untuk menggantikan perannya sampai ia cukup umur. Pemerintahan Ternate kemudian dikendalikan oleh Boki Nukila dan Pangeran Taruwese, adik Sultan Bayanullah.
Kondisi ini dimanfaatkan baik-baik oleh Portugis untuk memecah Kesultanan Ternate. Tentu saja demi menguatkan pengaruhnya di Kepulauan Maluku. Selain mengadu domba Boki Nukila dengan Pangeran Taruwese, Portugis juga berhasil membujuk Ternate untuk menyerang Tidore pada 1524.
Sebanyak 600 tentara gabungan Ternate dan Portugis mendarat di Tidore dan masuk hingga ke Mareku, ibukota kesultanan. Namun serangan ini tidak mampu menaklukkan Tidore. Sebaliknya, Tidore dengan dukungan Spanyol berhasil memukul mundur pasukan Ternate-Portugis.
Kontak senjata antara Ternate dan Tidore kembali pecah tak lama setelah Sultan Al Mansyur mangkat tanpa meninggalkan penerus pada 1526. Satu-satunya keturunan yang berhak atas tahta Tidore adalah cucunya, Sultan Hidayatullah, yang sudah diangkat sebagai Sultan Ternate.
Boki Nukila melihat ini sebagai peluang untuk menyatukan Tidore dan Ternate di bawah kepemimpinan puteranya. Namun ide tersebut tentu saja ditolak Portugis. Portugis merapatkan hubungan dengan Pangeran Taruwese. Wali Raja ini dijanjikan dukungan penuh bila berhasil merebut tahta Ternate.

Peta Kepulauan Maluku yang dibuat oleh Pieter van der Aa (1707). GAMBAR: libweb5.princeton.edu
Perang saudara pun pecah. Kubu Pangeran Taruwese yang didukung Portugis berusaha merebut tahta Ternate dari tangan Sultan Hidayatullah yang didukung aliansi Tidore-Spanyol. Sultan Hidayatullah tewas. Pangeran Taruwese naik tahta, namun tak lama kemudian terbunuh dalam pemberontakan yang berujung naiknya Sultan Abu Hayat II, adik kandung Sultan Hidayatullah.
Perpecahan elite di Ternate membuat kekuatan Portugis semakin menancap dalam. Hal ini mengancam Kesultanan Tidore yang sebenarnya sudah lama masuk incaran Portugis. Perjanjian Zaragoza antara Raja Portugal John III dan Raja Spanyol Charles V pada tahun 1529 semakin mempertegas kedudukan Portugis di Maluku. Dalam perjanjian tersebut Raja Charles V bersedia menyerahkan Maluku pada Kerajaan Portugal.
Di tahun yang sama, putera bungsu Sultan Al Mansyur yang bernama Amiruddin Iskandar Zulkarnaen dilantik sebagai Sultan Tidore berikutnya. Di masa pemerintahannya Portugis kembali datang menyerang. Tidore berhasil ditaklukkan pada 21 Desember 1536, yang berujung pada hak monopoli perdagangan rempah sepenuhnya bagi Portugis.
Spanyol sempat berusaha mempertahankan Tidore, akan tetapi pasukan yang dibawa ekspedisi Ruy López de Villalobos menyerah pada tentara Portugis di tahun 1545. Dengan demikian Portugis menjadi penguasa tunggal di kawasan Maluku Kie Raha karena Kesultanan Bacan dan Jailolo juga sudah mereka taklukkan. Portugis memusatkan kekuatannya di Ternate.
Cadasssss! Selamat ya Mas Eko, hehehehe 🙂
Rapi, lengkap, runtut 🙂
SukaSuka
Hahaha, matur nuwun banget, Mas.
See you in Tidore 🙂
SukaSuka
selamat atas keberhasilannya, karena sangat pantas sekali, lengkap lengkip hehehe
SukaSuka
Makasih banyak, Mas. Semoga bisa ngetrip bareng lagi kita ya
SukaSuka
Terima kasih.
SukaSuka
Selamat ya Mas, have a nice trip. Tolong sebut nama Keluarga Biru di Tidore he3
SukaSuka
Matur nuwun, Mas Ihwan.
Insya Allah nanti ta absen ya 🙂
SukaSuka
Selamat mas menang lomba blog visit Tidore
SukaSuka
Makasih banyak. Duh, kapan kita bisa ketemu lagi 🙂
SukaSuka
menyimpan banyak sekali cerita sejarah
SukaSuka
Amat sangat banyak sekali
SukaSuka
Iya nih. Pasti nilai sejarahnya dapat nilai sempurna.
Kece tingkat dewa nih, artikelnya.
Makjleb!
SukaSuka
Alhamdulillah, dulu pas SMP-SMA suka banget sama pelajaran sejarah. Mustinya dulu kuliah jangan ambil jurnalistik ya, ambil sejarah aja 😀
SukaSuka
Wah.. Yang pada mau liburan ke Tidore. 😀
Semoga sukses ya, Mas. Kayaknay dari beberapa tulisan yang saya baca, Mas Eko paling banyak yang mengular sejarah. Keren.
Salam hangat dari Bondowoso..
SukaSuka
Yep, sejak awal emang sudah rencana nulis tentang sejarahnya. Dan ternyata begitu panjangnya sejarah Tidore, padahal saya cuma ambil sejak mendaratnya Juan Sebastian Elcano lho. Bayangin kalo nulisnya sejak jaman Kolano pertama 🙂
SukaSuka
Mas eko sudah mirip sejarawan, ceritanya lengkaaaap banget. Semoga kita beruntung bisa berkunjung ke Tidore ya, mas
SukaSuka
Aahahaha, aku emang seneng banget sama sejarah, Mbak. Pelajaran favoritku semasa SMP dan SMA ini. Sayangnya dulu kok nggak kuliah jurusan sejarah ya 😀
SukaSuka
Ternyata Tidore punya sejarah panjang yang luar biasa ya. Jadi makin pingin kesana untuk melihat sendiri peninggalan2 bersejarah yang masih ada. Penerbangan panjang dari Medan tempat tinggalku bakal jadi perjalanan yang ngga terlupakan. Semoga satu saat bisa ke Tidore. Good luck untuk lombanya ya, mas :).
SukaSuka
Nggak kebayang kalo terbangnya dari Medan. Bakalan di udara berapa jam itu? Dari Pemalang tempatku sini pilihannya terbang dari Semarang, dan itu bukan direct flight ke Ternate. Transit Surabaya & Makassar. Mudah-mudahan aja suatu saat bisa ke sana 🙂
SukaSuka
Semalam saudara datang dan bilang kalau Tidore memang keren, mas. Semoga kesampaian injak kota Tidore ya 🙂
SukaSuka
Amin, amin, makasih doanya.
Sebelum nulis ini sempat iseng cek tiket ke sana, tiketnya sebenarnya masih terjangkau sih. Yah, meski bisa buat PP ke Singapura atau Kuala Lumpur sih. Cuma nggak tahu biaya makan plus akomodasi dan transport di sana seberapa. Insya Allah pengen ke sana suatu saat nanti.
SukaSuka
Mantaps ulasannya. Jadi pengin kesana….
SukaSuka
Wow, lengkap banget literatur sejarahnya ini, bs jadi referensi. Tidore memang istimewa ya mas, si kecil2 cabe rawit,aku pun menulis Tidore ni sambil membayangkan film sejarah, haha.
SukaSuka
Aku nulis ini sambil inget guru sejarah jaman SMP-SMA. Pas SMP gurunya gadis Batak nan manis, pas SMA sudah mbah-mbah dan sekarang almarhum. Btw, pesona Tidore emang luar biasa.
SukaSuka
Tidore emang kota yang sangat bersejarah. Umurnya pun fantastis, 900 tahun lebih. Moga bisa kesana, amin
SukaSuka
Tapi masih kalah tua dari Jakarta, apalagi Palembang, Mas. Kedua kota tadi sudah hampir 1500 tahun usianya. Cuma memang Tidore fenomenal karena sempat jadi pusat perhatian dunia.
SukaSuka