Visit Tidore Island – Menelusuri jejak sejarah Pulau Rempah

Kadato Kie, istana tempat tinggal Sultan Tidore. FOTO: annienugraha.com/Annie Nugraha
Keberadaan Kadato Kie sebagai simbol kedaulatan Kesultanan Tidore rupanya membuat Belanda tidak senang. Setelah menahan diri di masa pemerintahan Sultan Ahmad Fatahuddin Nur Syah (Kaicil Jauhar Alam) yang hanya bertahta empat tahun, Belanda mulai berulah ketika Sultan Achmad Qawiyuddin Alting alias Sultan Syahjuan naik tahta.
Kekuasaan Sultan Qawiyuddin terus dirongrong oleh Belanda. Sampai pada puncaknya ketika Sultan mangkat di tahun 1905, Tidore diubah menjadi kota swapraja. Belanda tidak mengijinkan penobatan sultan baru, sehingga menyulut perebutan tahta di kalangan keluarga Kesultanan.
Konflik internal ini membuat posisi Sultan Tidore lowong selama kurang-lebih 42 tahun. Akibatnya, Kadato Kie terbengkalai dan rusak parah. Hancur total di tahun 1912. Kesultanan Tidore seolah menghilang dari muka bumi.
Tidore untuk Indonesia
Kesultanan Tidore baru memiliki pemimpin kembali setelah Republik Indonesia diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Hengkangnya Belanda dari Tidore membuat tidak ada lagi pihak asing yang campur tangan pada urusan internal Kesultanan. Sultan Zainal Abidin Syah kemudian dinobatkan sebagai pewaris tahta pada 15 Januari 1947.
Di Jakarta, Republik Indonesia membentuk delapan provinsi di eks wilayah Hindia Timur. Tidore digabungkan dalam Provinsi Maluku dengan gubernur pertama Johannes Latuharhary.
Soekarno lalu berjuang menyatukan Nieuw Guinea (Papua) ke dalam RI. Tidore dilibatkan dalam perjuangan integrasi ini mengingat Papua merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore sejak ratusan tahun lalu. Untuk keperluan ini Soekarno mengunjungi Tidore dan menanyakan sikap Kesultanan.

Pelantikan Sultan Zainal Abidin Syah sebagai Gubernur Papua Barat.
Namun, rasa senasib sepenanggungan sebagai sesama bekas koloni Belanda membuat Sultan memutuskan sebaliknya. Beliau menetapkan Kesultanan Tidore sebagai bagian dari Republik Indonesia. Soekarno merespon sikap tersebut dengan membentuk Provinsi Perjuangan Irian Barat dengan ibukota Soasio pada 16 Agustus 1956.
23 September 1956, Sultan Zainal Abidin Syah diangkat sebagai Gubernur Sementara Irian Barat berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 142/ Tahun 1956. Pelantikan dilakukan langsung oleh Presiden Soekarno di Bali.
Integrasi Papua berjalan sesuai rencana. Kerajaan Belanda mengakui wilayah Republik Indonesia meliputi Sabang di Aceh hingga Merauke di Papua, yang oleh Soekarno disebut Irian Barat. Sultan Zainal Abidin Syah kemudian ditetapkan sebagai gubernur pertama Provinsi Irian Barat pada 4 Mei 1962.
Sultan Zainal Abidin Syah mangkat di Ambon pada 4 Juli 1967. Kembali terjadi kekosongan kekuasaan di Kesultanan Tidore selama puluhan tahun. Sampai akhirnya Sultan Haji Djafar Syah dinobatkan pada tahun 1999, dan kini diteruskan oleh Sultan Haji Husain Syah.
Tidore Kini
Apa yang dilakukan Sultan Zainal Abidin Syah mengingatkan saya pada keputusan Sultan Hamengku Buwono IX. Begitu Republik Indonesia merdeka, Sultan HB IX lewat maklumatnya bertanggal 5 September 1945 menetapkan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai bagian dari RI.
Perbedaannya, Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat mendapat status Daerah Istimewa setingkat provinsi. Sempat berpuluh-puluh tahun mengambang, status tersebut akhirnya disahkan dalam bentuk Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Salah satu poin penting dalam UU tersebut adalah penetapan gubernur dan wakil gubernur DI Yogyakarta. Secara otomatis jabatan gubernur dan wakilnya diisi oleh Sultan Kraton Ngayogyakarta dan Adipati Pakualaman yang tengah bertahta.
Kesultanan Tidore sebaliknya. Dari berstatus ibukota Provinsi Irian Barat, Pemerintah RI menurunkan status Tidore menjadi kawedanan (setingkat kabupaten) dalam Provinsi Maluku. Lalu Tidore dimasukkan dalam Daerah Administratif Halmahera Tengah dengan ibukota Soasio. Undang-Undang No. 6 Tahun 1990 menetapkan Halmahera Tengah sebagai daerah otonom setingkat kabupaten.
Gairah pemekaran wilayah di awal 2000-an kembali mengubah status Tidore. Sultan Djafar Syah menjadi tokoh sentral dalam proses pembentukan provinsi baru, yakni Maluku Utara. Pembentukan Malut diresmikan lewat Undang-Undang Nomor 46 tahun 1999 dengan wilayah meliputi empat kesultanan Maluku Kie Raha.
Tahun 2003, lewat Undang-Undang No. 1 Tahun 2003 terbentuklah kotamadya baru bernama Kota Tidore Kepulauan. Wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Pulau Maitara, Pulau Mare, serta sisi timur Pulau Halmahera dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Selain berjasa besar dalam berdirinya Provinsi Maluku Utara, Sultan Djafar Syah juga berinisiatif membangun kembali Kadato Kie yang runtuh pada tahun 1912. Pembangunan ulang diawali pada 1997 oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Maluku. Sembilan tahun berselang renovasi dilanjutkan oleh Pemda Kabupaten Halmahera Tengah.
Kadato Kie selesai direnovasi pada tahun 2010 dan langsung ditempati sebagai kediaman sultan. Namun baru tiga tahun menempati istana baru, Sultan Djafar Syah mangkat di RS Husada, Jakarta, dalam usia 67 tahun. Penggantinya adalah Sultan Husein Syah yang dinobatkan pada 22 Oktober 2014.
Di bawah pemerintahan Sultan Husein Syah, Kesultanan Tidore mencoba membangkitkan kembali pengaruhnya di Indonesia Timur. Bukan lagi sebagai kekuatan politik tentu saja, melainkan dalam bidang pariwisata dengan kampanye Visit Tidore Island.
Keindahan alam dan keagungan sejarah Tidore nan memukau diharapkan menarik minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, seperti halnya bangsa-bangsa Eropa berdatangan ke sana di masa lalu. Keindahan alam yang membuat Juan Sebastian Elcano mengucapkan kalimat kekaguman.
“Tidore diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum.”
Artikel ini diikut-sertakan dalam Lomba Menulis Blog “Tidore Untuk Indonesia” yang diadakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan.
Foto dan Gambar:
Semua foto dan gambar yang saya pilih berada dalam public domain atau berlisensi Creative Commons. Selain itu adalah foto-foto yang penggunaannya telah mendapat ijin, baik secara langsung maupun tidak langsung, dari pemiliknya untuk kepentingan penulisan artikel mengenai Kesultanan Tidore ini.
Referensi
- alchetron.com/Tidore-10389-W
- annienugraha.com/tidore-dan-beberapa-wisata-sejarahnya/
- annienugraha.com/tidore-dalam-balutan-sejarah-pendahuluan/
- annienugraha.com/tidore-dalam-balutan-sejarah-kesultanan-tidore/
- annienugraha.com/tidore-dalam-balutan-sejarah-kesultanan-tidore/
- annienugraha.com/tidore-dalam-balutan-sejarah-gambaran-tentang-maluku-utara/
- Buku Explore the Enchanting Tidore
- colonialvoyage.com/portuguese-moluccas-ternate-tidore/
- colonialvoyage.com/forts-spice-islands-indonesia-today/
- colonialvoyage.com/spanish-presence-moluccas-ternate-tidore/
- deliknews.com/2014/10/23/sultan-tidore-dinobatkan-secara-syareat/
- en.wikipedia.org/wiki/Tidore
https://id.wikipedia.org/wiki/Maluku_Utara - en.wikipedia.org/wiki/Sultanate_of_Tidore
- en.wikipedia.org/wiki/Loa%C3%ADsa_expedition
- en.wikipedia.org/wiki/Nuku_Muhammad_Amiruddin
- en.wikipedia.org/wiki/Dutch_East_India_Company
- en.wikipedia.org/wiki/Anglo-Dutch_Treaty_of_1814
- en.wikipedia.org/wiki/Juan_Sebasti%C3%A1n_Elcano
- en.wikipedia.org/wiki/%C3%81lvaro_de_Saavedra_Cer%C3%B3n
- en.wikipedia.org/wiki/Portuguese_colonialism_in_Indonesia
- id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Tidore
- id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tidore_Kepulauan
- id.wikipedia.org/wiki/Djafar_Syah_dari_Tidore
- id.wikipedia.org/wiki/Nuku_Muhammad_Amiruddin
- id.wikipedia.org/wiki/Bayanullah_dari_Ternate
- id.wikipedia.org/wiki/Zainal_Abidin_Syah_dari_Tidore
- openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/12311/Appendices_Bibliography.pdf?sequence=7
- print.kompas.com/baca/2015/05/08/Joko-Widodo-Terima-Gelar-Biji-Nagara-Madafolo-dari
- profil.merdeka.com/indonesia/n/nuku-muhammad-amiruddin-kaicil-paparangan/
- sofyandaudgarasi.blogspot.co.id/2017/02/tidore-dan-hasanahnya_20.html
- tidore.besaba.com/default.php?page=Home
- travel.kompas.com/read/2013/05/14/16265915/Tips.Melancong.ke.Tidore
- travel.kompas.com/read/2015/01/27/131900527/Ternate.dan.Tidore.Pusat.Rempah.Dunia.
- travel.kompas.com/read/2012/05/23/16051369/.Sowohi.di.Balik.Kesultanan.Tidore
- wartaone.co.id/sejarah-dan-silsilah-kesultanan-tidore/
Cadasssss! Selamat ya Mas Eko, hehehehe π
Rapi, lengkap, runtut π
SukaSuka
Hahaha, matur nuwun banget, Mas.
See you in Tidore π
SukaSuka
selamat atas keberhasilannya, karena sangat pantas sekali, lengkap lengkip hehehe
SukaSuka
Makasih banyak, Mas. Semoga bisa ngetrip bareng lagi kita ya
SukaSuka
Terima kasih.
SukaSuka
Selamat ya Mas, have a nice trip. Tolong sebut nama Keluarga Biru di Tidore he3
SukaSuka
Matur nuwun, Mas Ihwan.
Insya Allah nanti ta absen ya π
SukaSuka
Selamat mas menang lomba blog visit Tidore
SukaSuka
Makasih banyak. Duh, kapan kita bisa ketemu lagi π
SukaSuka
menyimpan banyak sekali cerita sejarah
SukaSuka
Amat sangat banyak sekali
SukaSuka
Iya nih. Pasti nilai sejarahnya dapat nilai sempurna.
Kece tingkat dewa nih, artikelnya.
Makjleb!
SukaSuka
Alhamdulillah, dulu pas SMP-SMA suka banget sama pelajaran sejarah. Mustinya dulu kuliah jangan ambil jurnalistik ya, ambil sejarah aja π
SukaSuka
Wah.. Yang pada mau liburan ke Tidore. π
Semoga sukses ya, Mas. Kayaknay dari beberapa tulisan yang saya baca, Mas Eko paling banyak yang mengular sejarah. Keren.
Salam hangat dari Bondowoso..
SukaSuka
Yep, sejak awal emang sudah rencana nulis tentang sejarahnya. Dan ternyata begitu panjangnya sejarah Tidore, padahal saya cuma ambil sejak mendaratnya Juan Sebastian Elcano lho. Bayangin kalo nulisnya sejak jaman Kolano pertama π
SukaSuka
Mas eko sudah mirip sejarawan, ceritanya lengkaaaap banget. Semoga kita beruntung bisa berkunjung ke Tidore ya, mas
SukaSuka
Aahahaha, aku emang seneng banget sama sejarah, Mbak. Pelajaran favoritku semasa SMP dan SMA ini. Sayangnya dulu kok nggak kuliah jurusan sejarah ya π
SukaSuka
Ternyata Tidore punya sejarah panjang yang luar biasa ya. Jadi makin pingin kesana untuk melihat sendiri peninggalan2 bersejarah yang masih ada. Penerbangan panjang dari Medan tempat tinggalku bakal jadi perjalanan yang ngga terlupakan. Semoga satu saat bisa ke Tidore. Good luck untuk lombanya ya, mas :).
SukaSuka
Nggak kebayang kalo terbangnya dari Medan. Bakalan di udara berapa jam itu? Dari Pemalang tempatku sini pilihannya terbang dari Semarang, dan itu bukan direct flight ke Ternate. Transit Surabaya & Makassar. Mudah-mudahan aja suatu saat bisa ke sana π
SukaSuka
Semalam saudara datang dan bilang kalau Tidore memang keren, mas. Semoga kesampaian injak kota Tidore ya π
SukaSuka
Amin, amin, makasih doanya.
Sebelum nulis ini sempat iseng cek tiket ke sana, tiketnya sebenarnya masih terjangkau sih. Yah, meski bisa buat PP ke Singapura atau Kuala Lumpur sih. Cuma nggak tahu biaya makan plus akomodasi dan transport di sana seberapa. Insya Allah pengen ke sana suatu saat nanti.
SukaSuka
Mantaps ulasannya. Jadi pengin kesana….
SukaSuka
Wow, lengkap banget literatur sejarahnya ini, bs jadi referensi. Tidore memang istimewa ya mas, si kecil2 cabe rawit,aku pun menulis Tidore ni sambil membayangkan film sejarah, haha.
SukaSuka
Aku nulis ini sambil inget guru sejarah jaman SMP-SMA. Pas SMP gurunya gadis Batak nan manis, pas SMA sudah mbah-mbah dan sekarang almarhum. Btw, pesona Tidore emang luar biasa.
SukaSuka
Tidore emang kota yang sangat bersejarah. Umurnya pun fantastis, 900 tahun lebih. Moga bisa kesana, amin
SukaSuka
Tapi masih kalah tua dari Jakarta, apalagi Palembang, Mas. Kedua kota tadi sudah hampir 1500 tahun usianya. Cuma memang Tidore fenomenal karena sempat jadi pusat perhatian dunia.
SukaSuka