Highlight:

6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur

BELAJAR bahasa Inggris sejak SMP, ada juga yang malah sejak SD, tapi sampai lulus kuliah tetap nggak bisa berbahasa Inggris? Ini masalah klasik di Indonesia. Bahkan sarjana Bahasa Inggris pun mengalaminya. Kalau begitu, cobalah metode 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur ini.

Desa Bahasa Borobudur memang bukan desa sebenar-benarnya. Kampung atau dusun pun bukan. Luasnya tak ada satu RT malahan. Ini merupakan tempat kursus bahasa Inggris yang secara administratif terletak di Dusun Parakan, Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kalau Anda pernah ke Pare, Kediri, di sana terdapat satu wilayah yang disebut Kampung Inggris. Sama-sama mengajarkan bahasa Inggris, tapi dua tempat ini berbeda jauh dalam hal konsep. Dan mungkin juga metode pembelajaran.

Di Kampung Inggris Pare terdapat ratusan tempat kursus, tentu saja dengan ratusan metoda pembelajaran. Di Desa Bahasa Borobudur kita hanya akan menemui satu tempat kursus, yaitu yang diselenggarakan oleh Mr. Hani Sutrisno, founder lembaga pendidikan revolusioner ini.

Desa Bahasa Borobudur terletak tak jauh dari kawasan Candi Borobudur. Mr. Hani yang asli orang Magelang sendiri pada masa kecilnya berjualan kartu pos pada wisatawan asing di area candi. Dalam menawarkan dagangannya, Mr. Hani kecil menggunakan Bahasa Inggris yang jauh dari kata baik dan benar, berantakan sekali.

Ketika mendekati turis, Mr. Hani menawarkan dagangannya dengan mengatakan, “Buy me, Sir.” Maksudnya, sih, “Belilah dagangan (kartu pos) saya.” Cuma Mr. Hani kecil hanya tahu kata buy yang berarti “beli” dan me yang berarti saya. Toh, bermodal dua kata asing yang dipadukan secara serampangan ini Mr. Hani berani berinteraksi dengan bule.

Karenanya, ketika menyambut rombongan blogger Gandjel Rel dan penulis Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) dari Semarang pada 24 September 2016 lalu, Mr. Hani menekankan pentingnya keberanian berbicara sebagai modal utama menguasai Bahasa Inggris.

Latar belakang Mr. Hani, serta pengalamannya dalam mempelajari Bahasa Inggris secara otodidak inilah yang kemudian melahirkan sebuah metode pembelajaran unik dan menarik. Metode pembelajaran revolusioner yang membantu kita menguasai Bahasa Inggris lebih cepat secara menyenangkan.

Melibatkan Anggota Badan
Tidak berlebihan jika metode pembelajaran Bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur ini dikatakan revolusioner. Berbeda dengan sekolah-sekolah formal, pembelajaran bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur lebih menekankan pada praktik. Materi disampaikan secara menyenangkan dengan melibatkan semua anggota tubuh untuk memaksimalkan daya ingat.

Sebagai contoh, untuk menunjukkan “I” (saya) diperagakan dengan menunjuk ke diri sendiri. Lalu “You” (Anda) diperagakan dengan menunjuk ke depan, “We” dengan membentangkan kedua telapak tangan ke depan, “They” dengan membuat lingkaran besar menggunakan kedua tangan, “He” (dia laki-laki) menunjuk ke samping kanan, dan “She” (dia perempuan) menunjuk ke kiri.

Ada pula gerakan-gerakan untuk menghapal 16 tenses. Digunakan gerakan-gerakan tertentu yang masing-masing menggambarkan keterangan waktu (time) dan kejadian (event). Kedua tangan dipergunakan secara aktif, dikombinasikan, membentuk paduan gerakan yang mewakili ke-16 tenses dalam bahasa Inggris.

Ada empat pembagian waktu, yakni present (sekarang), past (lampau), future (yang akan datang), dan past-future (membicarakan masa depan dari perspektif masa lalu). Sedangkan kejadian ada tiga, yakni simple (sederhana), continous (berkelanjutan), dan perfect (sempurna).

Present time diperagakan dengan jari telunjuk yang menunjuk ke bawah di depan dada. Lalu past time diperagakan dengan menunjuk ke belakang, future time menunjuk ke depan, dan past-future time menunjuk ke belakang lalu ke depan.

Untuk simple diperagakan dengan membentuk lingkaran menggunakan jari telunjuk dan jempol, seperti bahasa tubuh “oke.” Sedangkan continous diperagakan dengan menggerakkan telapak tangan di depan dada, dan perfect diperagakan dengan dua jempol ke depan.

Jadi, untuk Simple Present Tense diperagakan dengan membentuk lingkaran menggunakan jari telunjuk dan jempol, lalu dilanjutkan dengan menunjuk ke bawah di depan dada. Lebih lengkapnya bisa dilihat dalam video di bawah (ini.

Saya bersama teman-teman blogger Gandjel Rel dan komunitas IIDN mendapat kesempatan mempraktikkan cara ini. Awalnya membingungkan, tapi setelah beberapa kali dicoba cara ini terbukti membuat kami yang rata-rata sudah berumur lebih mudah mengingat-ingat ke-16 tenses.

Luar biasa!

Jadi Destinasi Liburan Edukatif
Metoda belajar Bahasa Inggris nan unik dan menyenangkan menarik minat banyak orang untuk datang ke Desa Bahasa Borobudur. Mulai dari perorangan sampai instansi, semuanya ingin merasakan keampuhan cara belajar yang diterapkan Mr. Hani. Dan, sebagian besar dari mereka merasa puas akan hasil yang dicapai.

Mr. Hani bercerita, ada salah satu siswa yang awalnya mengambil paket 6 hari. Namun saking senangnya dengan metoda pembelajaran dan suasana yang ada di Desa Bahasa Borobudur, siswa tersebut menambah waktu belajarnya.

Lain lagi cerita salah satu instruktur yang mengantar kami berkeliling Desa Bahasa Borobudur. Menurut mas-mas yang juga anggota kelompok musik angklung ini, ada siswa yang karena terlalu asyiknya sampai tak sadar waktu belajarnya sudah habis dan ia harus pulang.

Secara umum, siswa-siswi Mr. Hani merasa enjoy melahap materi demi materi yang disampaikan setiap hari. Metode pembelajaran yang lebih mengedepankan fun dan dibumbui permainan membuat Bahasa Inggris tak lagi sulit dicerna. Sebaliknya, menjadi sangat mudah dipelajari.

Oya, di Desa Bahasa Borobudur memang ada paket-paket pembelajaran dengan durasi selama 6 hari, 10 hari, dan sebulan. Paket-paket ini dikemas dalam bentuk kegiatan eduwisata, edukasi dan wisata. Sehingga tak hanya belajar, siswa juga akan dibawa berwisata ke beberapa titik menarik di seputaran Candi Borobudur.



Begini suasana pembelajaran di Desa Bahasa Borobudur. Kelas-kelas terbagi dalam kelompok kecil, belajar bersama secara aktif dengan penekanan pada praktik percakapan. FOTO: Eko Nurhuda/bungeko.com

Beberapa kegiatan dalam paket 6 hari misalnya adalah tour de village alias berkeliling desa. Kemudian siswa juga akan diajak hunting turis asing di sekitaran Candi Borobudur untuk praktik speaking. Selain di candi, praktik speaking biasa dilakukan di tempat-tempat penjualan cinderamata. Sebagai selingan, siswa diajak naik dokar, tur keliling kota, sampai rafting atau arung jeram di sungai.

Untuk menampung siswa-siswi yang berasal dari luar Magelang, Desa Bahasa Borobudur bekerja sama dengan penduduk setempat dalam menyediakan penginapan. Siswa-siswi diinapkan di rumah-rumah penduduk setempat dan berbaur dengan pemilik rumah.

6 Hari Lancar Cas Cis Cus
Nah, bagi kita yang belum bisa belajar langsung ke Desa Bahasa Borobudur, Mr. Hani baru saja meluncurkan buku terbaru berjudul 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Indonesia Tera dan beredar di toko-toko buku sejak Agustus 2016.

Saya dan teman-teman blogger yang ikut dalam kunjungan ke Desa Bahasa Borobudur ini beruntung sekali masing-masing mendapat satu eksemplar gratis untuk dibawa pulang. Lumayan untuk memperlancar cas cis cus sembari mengumpulkan biaya mengikuti program eduwisata enam hari. Hehehe…

Sesuai judulnya, buku ini berisi materi-materi yang diajarkan di Desa Bahasa Borobudur. Metode pembelajaran 6 hari dalam buku sudah teruji pada lebih dari 15.000 siswa yang pernah belajar langsung ke Magelang. Metode ini juga sudah dipatenkan di Kementerian Hukum dan HAM RI lho.

Mungkin banyak yang bertanya, benarkah kita bisa menguasai Bahasa Inggris hanya dalam 6 hari? Sedangkan mereka yang sudah belajar bertahun-tahun sekedar mengingat-ingat 16 bentuk tense pun kesulitan.

Mr. Hani punya jawabannya. Dalam buku ini beliau membeberkan tiga modal utama belajar Bahasa Inggris. Ketiganya adalah motivasi, metodologi, dan sistem.



Mr. Hani Sutrisno memberikan eksemplar pertama buku 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur kepada Mbak Dewi “Dedew” Rieka sebagai perwakilan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) sekaligus komunitas blogger Gandjel Rel. FOTO: Eko Nurhuda/bungeko.com

Di Desa Bahasa Borobudur, hal pertama yang dilakukan oleh instruktur adalah mengubah mind set peserta. Sebelum masuk ke sesi pelajaran selalu ditanamkan bahwa Bahasa Inggris itu mudah, cepat, dan menyenangkan. Inilah yang menjadi motivasi sehingga proses belajar terasa lebih mudah.

Untuk metodologi, Mr. Hani mengembangkan lebih dari 100 metode baru untuk menguasai Bahasa Inggris secara aktif. Hebatnya, semua metode tersebut suidah mendapatkan sertifikat dari Kemenkum HAM sehingga hanya bisa didapatkan di Desa Bahasa Borobudur. Tidak ada di tempat lain, eksklusif!

Mengenai sistem, Desa Bahasa Borobudur punya pola belajar tersistem yang mampu menjaga semangat peserta dari hari ke hari, dari level satu ke level berikutnya. Sehingga meskipun proses pembelajaran dilakukan full day, dari pagi hingga sore dengan jeda sejenak untuk makan dan beribadah, peserta tak merasa jenuh.

Bermodal tiga hal itulah belajar Bahasa Inggris selama 6 hari saja dapat meningkatkan kemampuan peserta secara signifikan. Setidaknya peserta dijamin berani praktik ngomong, tak lagi memikirkan benar-salah. Bercakap-cakap langsung dengan native speaker pun bukan lagi khayalan semata.

Idealnya sih memang belajar langsung di Desa Bahasa Borobudur ya. Tapi kalau karena satu dan lain hal kita belum bisa ke sana, baca saja dulu buku 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur karya Mr. Hani Sutrisno ini. Jangan lupa praktik, agar enam hari berikutnya kita bisa lancar cas cis cus berbahasa Inggris.

So, are you ready to cas cis cus fluently in English?

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (412 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

24 Comments on 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris a la Desa Bahasa Borobudur

  1. Makasih banyak, Mbak Archa 🙂
    Aku padamu, hahaha…

    Suka

  2. Selamat ya mas Eko…yihaaa…menanggg!

    Suka

  3. Lebih jauh dari Pekalongan, Mas. Pemalang, hehehe.
    Tapi worth it kok, menyenangkan sekali acaranya. Metode menghapal 16 tenses yg diajarkan Mas Abdul sampai sekarang masih saya ingat dengan jelas. Keren to? Dan buku yang dibawa pulang juga saya yakin bakal bermanfaat sampai ke anak saya nanti.

    Btw, makasih banyak ya Mas untuk tumpangannya dari Magelang sampai Jogja 🙂

    Suka

  4. Yep, learning foreign language is about practicing it regularly. I don't speak English anymore for about 11-12 years, since I left Prambanan Temple where I was a trainee in its guiding service.

    Suka

  5. Heehehe, ini bahas bukunya dulu sih, Mas. Nanti rencana mau masukin mangut beong pas nulis reportase kunjungannya. TUnggu ya 🙂

    Suka

  6. Iya, Mbak. Bener banget itu. Kalau cuma sendirian ya repot di prakteknya. Terus kalo pas lagi down nggak ada yang nyemangatin gitu.

    Suka

  7. Paket wisata satu hari belum ada, Teh. Paling sebentar 6 hari itu. Atau Teteh bisa usulkan ke Desa Bahasa-nya langsung biar diadain yang sehari. Sok atuh meluncur ke http://www.desa-bahasa.com 🙂

    Suka

  8. Salut dengan mas Eko yang mau jauh-jauh dari Pekalongan untuk gabung di acara ini, hehehehe…….Terima kasih untuk pasrtispasi dan cerita asyiknya mas. Semoga bermanfaat dan sampai ketemu di program menarik berikutnya. Salam hangat selalu.

    Suka

  9. Yup. I agree with Pak de Cholik. You have to speak regularly to enable to speak fluently. Uhuiiii… <--- iki opo in English ya? Xixixi...
    So, I love to speak in English, mainly inside my house with my daughter.
    And in comment's column like this.
    What about you, bro?

    Suka

  10. Penasaran dengan Desa Wisata dan rahasia 6 hari cas cis cus bahasa Inggris ini, Mas. Kok enggak ada foto mangut beongnya? Hehe..Senang banget bisa dapat ilmu baru nih. Kapan ya kopdar sama teman-teman narablog Semarang dan sekitarnya? Kreatif nih Mr. Hani bisa menggagas banyak cara belajar yang mudah. Salut. Semoga bukunya laris.

    Suka

  11. Menarik.
    Praktek berbahasa memang idealnya didukung oleh komunitas semacam kampung atau desa gitu lah.

    Pasti berkesan sekali kunjungan ke sana ya, mas.

    Suka

  12. Keren mas wisatanya … pengen ke sini sama anak2. Ngga ada yang paket edu wisata satu hari gitu yak buat anak-anak, untuk merubah mind set aja, bahwa english itu menyenangkan. Terus yang jauh-jauh juga bisa ikutan tuh jadi wisata sambil belajar gitu. Hehe. Maksa.

    Suka

  13. Asem ik, nek iki jan ngueceee polll. Hahahaha…
    Kayanya perlu dibuat trip kedua nih, tapi cowoknya jangan cuma aku. Nggarai serba salah je 😀

    Suka

  14. Keren memang Desa Bahasa ini.
    Apalagi kalo lomba banyak2an coretan lipstik,saya ngaku kalah.

    Suka

  15. Seru banget, Mas 🙂
    Soal umur, kurang tahu juga gimana pengelompokan kelas-kelasnya kalo buat pendaftar perorangan. Tapi soal pengajaran, materinya sama untuk semua peserta, sebab yang masuk sana dianggap dari 0 agar seragam materinya.

    Kurang-lebih begitu, Mas Hanan. Coba kunjungi http://www.desa-bahasa.com untuk info lebih lengkap ya.

    Suka

  16. Ah, sayang banget Mbak Ika gak ikutan.
    Seru banget lho… 🙂

    Suka

  17. Iya, Mbak. Bukan buku pertama ya, ini sudah karya yang entah keberapa belas atau malah hitungan puluh dari Mr. Hani Sutrisno. Rata-rata penjualannya bagus pula. Tak heran kalau beliau jadi salah satu penulis kesayangan penerbit 😀

    Suka

  18. Kemarin sebenarnya pingin ikut kesini tapi karena ada acara kampus jadi gak ikutan.. seru ya mas.
    kalo ngambil kursus disana ada kelas umurnya gk mas? dan tiap kelas apakah materi yang diberikan berbeda berhubung tiap orang dasar berbahasa inggrisnya berbeda?

    Suka

  19. So..so, you speak English now?

    Suka

  20. Wah, ini mah dari pengalaman yg salah malah berhasil menelurkan buku ya. Penasaran sama reaksi bulenya pas denger kata buy me

    Suka

  21. Betul sekali, Pakde. Di Desa Bahasa Borobudur ini bahkan siswa-siswanya diajarkan untuk ngomong sendiri di depan cermin kalau tidak punya partner untuk praktik ngobrol. Terus rasa malu itu dikikis dengan metode sedemikian rupa yang membuat belajar terasa fun dan tidak membosankan.

    Terima kasih atas kunjungannya, Pakde 🙂

    Suka

  22. Belajar bahasa modalnya memang harus rajin bicara.
    Jika tidak akan blangkemen.
    Bagus jika semakin banyak metode yang menggampangkan belajar bahasa.
    Rasa malu ngomong juga harus dihilangkan ya Mas.
    Salam hangat dari Jombang

    Suka

  23. Kalau tak salah ingat biayanya yang program enam hari itu Rp 3,6 juta, sudah termasuk makan 3 kali sehari, wisata ke sana-sini, seluruh materi, penginapan, dll. Kalau tak salah ingat ya. Atau bisa juga kunjungi web Desa Bahasa Borobudur di http://www.desa-bahasa.com, Teh 🙂

    Suka

  24. Englishnya litle litle aih I can 😁

    Itu paket 6 hari budgetnya berapa Pak?

    Suka

Beri komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.