Highlight:

Pengalaman Serumah dengan Makhluk Halus

RASANYA tak ada manusia normal yang suka bertemu makhluk astral dari dunia lain. Tapi terkadang karena sesuatu hal kita dipertemukan. Saya sendiri sejauh ini belum pernah bertemu muka, ataupun sekedar melihat makhluk gaib. Mudah-mudahan jangan sampai deh. Cuma banyak kejadian terkait dengan hal-hal gaib yang masih saya ingat sampai sekarang.

Saya lahir di pinggiran kota Palembang, sebuah daerah yang dikenal sebagai Lebong Siareng di Kecamatan Sukarami. Dulu, di awal 1980-an, menurut cerita Bapak kawasan tersebut amat sangat sepi sekali. Sepanjang mata memandang hanya terlihat jajaran ketela pohon, diseling ilalang tinggi. Rumah masih sangat jarang, Bapak jadi salah satu penduduk awal di sana.

Kata Bapak, begitu saya lahir ada sesosok lelembut yang menunggui saya. Entah bagaimana atau dari siapa Bapak tahu, saya tak pernah bertanya. Makhluk tersebut seorang nenek-nenek yang konon makamnya terletak jauh dari rumah kami. Agak lama saya ditunggui oleh simbah ini, sampai kemudian Bapak didatangi lewat mimpi. Simbah tersebut minta makamnya dibersihkan.

Datanglah Bapak ke makam simbah itu, membersihkan makamnya seperti yang diminta dalam mimpi malam sebelumnya. Setelah itu saya tidak ditunggui lagi oleh beliau. Semoga simbah tersebut tenang di alam kubur dan mendapat tempat yang layak di sisi Allah setelah hisab nanti. Amin.

Seperti pernah saya ceritakan di beberapa posting terdahulu, Bapak kemudian merantau ke Jambi dan Ibu membawa kami ke Batumarta. Tepatnya Batumarta VIII Blok A. Di daerah transmigrasi ini kami (Ibu, saya dan dua adik) tinggal berpindah-pindah karena awalnya tak punya tempat tinggal.

Sebenarnya Ibu punya rumah, pemberian Simbah. Cuma rumah rumah Ibu tersebut sedang ditempati paman, dan Ibu tak mau membuat adiknya susah. Jadilah kami yang berpindah-pindah menumpang dari satu rumah kosong ke rumah kosong yang lain. Ada juga momen kami harus pindah tiba-tiba karena yang punya rumah tiba-tiba juga berubah pikiran. Lalu kami menumpang di rumah orang lain.

Nah, salah satu rumah tumpangan kami itu ternyata ada makhluk halusnya. Pemilik rumah tersebut masih saudara jauh, mereka memanggil Ibu saya bulik atau bibi. Sewaktu mereka masih tinggal di sana, istri saudara jauh tersebut hamil dan keguguran. Jenazah bayi belum sempurna tersebut dikubur tak jauh dari rumah itu.

Sejak itu pasangan muda ini kembali tinggal bersama orang tua mereka, agak jauh dari rumah tersebut. Konon, menurut orang-orang pintar di sana, arwah si bayi masih berkeliaran di sana. Dan kami pernah “diganggu” saat tinggal di sana, sekalipun seingat saya hanya sekali. Entah Ibu berapa kali mengalaminya saya tak pernah bertanya.

Ceritanya, suatu malam kami semua sudah tertidur. Suasana sangat sepi. Maklum, pemukiman kami berada di tengah-tengah hutan dan perkebunan. Jarak antartetangga paling dekat 50 meter. Listrik belum ada. Jadi suasana malam sangat sepi sekali. Kami bisa mendengar suara hewan-hewan malam, mulai dari kepak kelelawar, suara jangkrik, hingga deru burung hantu di kejauhan. Jelas sekali.

Tiba-tiba saya dan Ibu dibuat terkejut oleh suara seperti benda logam terjatuh. Keras sekali. Arahnya dari dapur yang bersebelahan dengan kamar kami — Ibu, saya dan adik-adik tidur sekamar. Ibu bertanya apakah saya mendengar suara tersebut, saya jawab iya. Saking kerasnya suara itu saya sampai terbangun, begitu juga dengan Ibu.

Sempat timbul pikiran ada orang jahat memasuki rumah tinggal kami dari dapur. Karena gelap ia tak sengaja menjatuhkan kuali atau panci yang digantung di dinding. Tapi setelah itu suasana kembali sepi sekali, seperti tak terjadi apa-apa. Kami lalu diam-diam melanjutkan tidur.

Pagi harinya Ibu yang penasaran dengan suara semalam langsung mengecek ke dapur. Percaya atau tidak, tak ada barang apapun yang tergeletak di lantai. Semua masih rapi di tempatnya, bergantungan di dinding dapur seperti saat ditata Ibu sebelumnya. Saya yang dikabari itu diam-diam merasa takut. Apalagi setelah itu kami dapat cerita tentang arwah bayi tadi. Hiiiyyyyy…


SD Negeri 01 Trans Batumarta VIII, Kec. Madang Suku III, Kab. OKU Timur, Sumatera Selatan. Di sekolah inilah saya menamatkan pendidikan dasar. FOTO: http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/

Tamu Misterius Tengah Malam
Itu belum seberapa. Saat saya menginap di rumah Bulik di Batumarta VI Blok I, ada cerita lebih seram. Kali itu membuat saya tidak bisa tidur semalaman, padahal saya hanya dengar cerita Bulik ke Ibu. Jadi yang mengalaminya Bulik, katanya tak cuma sekali tapi nyaris setiap malam. Tepatnya tengah malam.

Mengenai bulik saya yang seorang bidan, silakan baca posting “Karena Kesehatan adalah Mahkota

Sama seperti kami, waktu itu Bulik belum punya rumah sendiri dan menumpang di sebuah rumah. Rumahnya jauh lebih bagus dari yang kami tumpangi di Batumarta VIII Blok A. Sudah beton dan bergaya modern. Tapi letaknya di tengah-tengah kebun. Tetangga terdekat hanya ada satu di seberang jalan, kanan-kiri dan bagian belakangnya tegalan kosong sangat lebar, diseling sebuah sungai kecil di sisi barat.

Kami menumpang di rumah Bulik beberapa saat sewaktu saya dan adik-adik libur sekolah. Bulik sebenarnya tinggal bersama kakek saya, yang kami panggil Mbah Ri. Tapi Simbah senang berkeliling dari rumah anaknya yang satu ke rumah anak yang lain. Sehingga Bulik lebih sering sendirian di rumah tersebut.

Malam pertama kami di tempat Bulik, menjelang tidur terjadi percakapan yang kira-kira seperti ini. Percakapan yang membuat saya susah terlelap hingga jauh larut malam.

“Mbak, nanti malam kalau ada yang ketuk-ketuk pintu nggak usah dijawab,” kata Bulik dari dalam kamarnya pada Ibu.

Ibu yang bersama saya di ruang tengah tak langsung menjawab. Saya rasa Ibu bisa menangkap apa maksud Bulik. Toh, Ibu juga mengalami hal yang kurang-lebih sama di tempat kami tinggal.

Lalu Bulik bercerita, tanpa diminta.

“Dulu pertama kali tinggal di sini setiap ada yang ketuk-ketuk pintu malam-malam aku buka. Ternyata nggak ada orangnya,” kata Bulik. “Ta pikir orang iseng. Tapi lama-lama dikasih tahu Bapak (maksudnya simbah saya) nggak usah dibuka. Misal ada yang bilang ‘assalamu’alaikum‘ pun nggak usah dijawab.”

Eng ing eng! Saya langsung merinding mendengar cerita itu. Rumah yang ditempati Bulik bagian depannya merupakan jendela-jendela besar berkaca riben kotak-kotak. Pintunya juga berkaca model serupa. Jadi dari dalam rumah kita bisa melihat jika ada orang atau apapun berada di depan pintu atau bagian depan rumah.

Bayangkan kalau malam-malam ada suara ketukan pintu diiringi salam, tapi saat menuju pintu kita tidak melihat siapa-siapa di luar. Untungnya Bulik seorang wanita pemberani. Pernah lho Bulik menangkap tangan seorang pencopet di terminal lama Palembang yang terletak di bawah Jembatan Ampera. Dompetnya sudah berpindah tangan. Tapi karena yang merogoh kantongnya berhasil ditangkap, Bulik bisa mendapatkan dompetnya lagi.

Cerita tambahan dari Simbah tambah membuat saya mengkeret. Saya jadi tidak betah di rumah Bulik, padahal libur masih lama. Menurut Simbah, suatu malam beliau pernah melihat seorang wanita berambut panjang berjalan di samping rumah. Simbah tak kalah pemberani, bahkan beliau konon bisa berinteraksi dengan makhluk gaib, jadi Simbah mengikuti makhluk tersebut. Terus diikuti sampai kemudian si wanita gaib itu tiba-tiba menghilang di dekat sungai kecil.


Saya menggendong putera saya, Damar, di samping dapur rumah orang tua di Sungai Bahar, Jambi, saat mudik lebaran tahun 2011 lalu. Di dapur rumah papan ini konon dulu ada kakek-kakek gaib.

Kakek Penghuni Dapur
Pindah ke Jambi, cerita tentang makhluk dunia lain yang dekat dengan kami kembali saya dengar. Saat itu kami masih tinggal menumpang di sebuah rumah kosong yang lama tak ditinggali. Menurut cerita adik kedua saya, di dalam rumah tumbuh alang-alang dan rumput saat mereka pertama kali masuk ke rumah yang kelak dibeli Ibu tersebut.

Rumah papan beratap seng, rumah asli dari jaman pembukaan wilayah transmigrasi bernama Sungai Bahar. Di sebelah kanan kebun tetangga, di sebelah kiri tanah kosong yang berjejer dengan kebun karet kecil. Ada dua rumah lagi di sebelah dan seberang kebun karet, lalu agak ke sana sedikit mengalir sebuah sungai.

Saya dan adik perempuan saya baru ikut bergabung tinggal di sana pada medio 1995. Sebelumnya hanya Ibu dan adik laki-laki saya yang mengikuti Bapak. Saya dan adik perempuan ditinggal bersama Bulik di Batumarta karena harus menyelesaikan sekolah hingga kenaikan kelas.

Awalnya saya tidak tahu apa-apa soal makhluk halus di dalamnya. Cuma suatu kesempatan saya mendengar percakapan Ibu dengan Bapak soal “kakek-kakek di dapur.” Penasaran, saya lalu bertanya apa maksudnya. Karena kakek kami, Mbah Ri, waktu itu tinggal di Batumarta. Dan setahu saya tak ada kakek lain di rumah.

Ibu lalu bercerita beberapa kali pernah melihat seorang kakek-kakek di dapur saat tengah malam. Tanya ke sana-sini, termasuk pada Bapak yang sedikit punya kemampuan melihat hal-hal semacam itu, diketahui kalau di dapur kami memang tinggal seorang kakek makhluk gaib. Tapi beliau ini tidak suka mengganggu. Buktinya kami sekeluarga tak pernah mengalami kejadian aneh-aneh selama tinggal di sana.

Rupanya si kakek tak sendirian. Di sumur yang terletak tak jauh dari rumah juga ada kediaman makhluk halus. Adik perempuan saya yang kerap melihatnya. Adik saya dulu hobi sekali bermain bola voli sampai magrib, sehingga baru mandi saat hari telah gelap. Sewaktu mandi itulah ia sering melihat berbagai penampakan.

Di belakang rumah waktu itu juga banyak pokok bambu yang menimbulkan kesan angker. Lalu lebih jauh di belakang ada sebuah pohon besar yang menjulang tinggi–sudah lama mati, lagi-lagi memberi kesan seram. Saya jadi ingat isi buku Dialog dengan Jin Muslim tulisan Muhammad ‘Isa Dawwud yang sedang saya baca saat itu. Menurut Jin Muslim yang dijadikan “narasumber” si penulis, pohon-pohon yang rimbun dan tinggi adalah beberapa tempat tinggal favorit jin.

Suasana angker bin seram itu hilang begitu Simbah ikut tinggal bersama kami. Simbah rajin berkebun dan tak bisa melihat lahan menganggur meski hanya sejengkal. Karenanya beliau langsung bergerak, mengajak saya dan Bapak yang kebetulan sedang tak ada job menukang untuk membersihkan lahan di sekitar rumah. Pokok-pokok bambu tersebut dihilangkan, pohon mati yang tinggi menjulang tadi dibakar bagian bawahnya sehingga ambruk.

Lahan itu lalu ditanami padi, kemudian jagung. Terlihat menghijau sejuk di mata, jauh dari kesan seram. Hasil bersih-bersih lahan belakang membuat Bapak punya stok kayu berlimpah, yang lantas dipakai untuk memperlebar dapur. Cerita tentang kakek-kakek penunggu dapur pun menghilang dengan tampilan serta suasana dapur baru yang lebih luas.

Masuk ke tahun 2000-an, wilayah tempat kami tinggal kian ramai dengan tambahan 3-4 tetangga baru. Di sebelah kiri rumah ada dua tetangga, yang satu seorang janda pindahan dari RT lain dan satunya lagi keluarga kecil dari Lampung. Jarak antartetangga semakin merapat. Kesan menyeramkan semakin lama semakin menghilang. Apalagi kini sudah ada listrik yang menerangi malam hari.

Btw, menulis posting ODOP hari ke-13 ini membuat saya beberapa kali merinding. Terutama saat menceritakan makhluk halus di rumah Bulik dan arwah bayi di rumah yang kami tinggali di Batumarta VIII. Mudah-mudahan mereka semua hidup tenang di alam masing-masing dan mendapatkan ampunan Allah di hari perhitungan. Allahumma amin.

Foto paling atas adalah anak kedua saya, Diandra, saat tengah berada di dapur rumah eyangnya di Jambi, pada 2014 lalu. Di dapur inilah konon dulu ada kakek-kakek gaib.

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (410 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

14 Comments on Pengalaman Serumah dengan Makhluk Halus

  1. Hehehe, saya juga mintanya jangan sampai ketemu makhluk asing. 🙂

    Suka

  2. Saya belum pernah sih lihat yag gituan. mudah2an tdkk deh!

    Suka

  3. Saya habis nulis ini jadi nggak berani ke belakang sendirian malam-malam 🙂

    Suka

  4. Lihat sih belu, tapi kalau suara-suara misterius dan perasaan seperti ada yang nemenin atau ngawasin sih sering. 🙂

    Suka

  5. iih serem….paling ngeri baca yang horor2 gini 😦

    Suka

  6. serem juga ya mas… Alhamdulillah sampai skrng blm pernh melihat…

    Suka

  7. Mudah-mudahan jangan sampai ngelihat ya, karena manusia normal itu nggak bisa melihat makhluk gaib. Kalau sampai bisa ngelihat, justru sedang tidak normal. 🙂

    Suka

  8. Hehehe, aq juga nggak nyeritain yang di sini. Padahal jane ya pernah sih ada kesan begitu. Cuma memang kalo yang di tempat-tempat yang diceritain itu ada yg ngalamin sendiri atau cerita sumber pertama. 🙂

    Suka

  9. Kalo saya nggak pernah ditemui atau dikasih lihat, Pakde. Ya jangan sampailah, saya juga nggak mau. Hehehe…

    Salam kembali dari Pemalang.

    Suka

  10. Saya nulis ini sambil merinding-merinding aja semalam 🙂

    Suka

  11. Allhamdulilah saya blm pernh lihat dan gak akan mau ngelihat ,ngerii
    ohiya ka tolong bntu komen blog aku ya,buat penilaian di sklh. mksh:)

    Suka

  12. Sebenernya di rumah ada mas, tapi aku ga mau nulis. Ntar yang di rumah merasa terusik. Qkwkwk

    Suka

  13. Wah, ngeri2 sedap ya kalau ada kejadian seperti itu.
    Semoga mereka tak mengganggu ya Mas
    Salam hangat dari Jombang

    Suka

  14. Hiiy … selalu meriding kalo baca yg horor-horor….

    Suka

Beri komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: