Ketika Oriorio Mengekor Oreo
Siapa tak kenal biskuit Oreo. Meski dari segi umur kalah jauh dari biskuir Marie Regal, nama Oreo langsung mendominasi sebagai biskuit favorit di Indonesia.
Meski tak semuanya pernah mencoba Oreo, tapi siapa yang tak tahu cara enak menikmati biskuit produksi PT Kraft Indonesia ini. Ya, “Diputar, dijilat, terus dicelupin.” Begitulah iklan mengajarkan kita cara asyik menyantap Oreo.
Kenapa tiba-tiba membicarakan Oreo? Well, entah kenapa anak sulung saya selalu diam tak berkedip saat iklan Oreo terbaru tayang di televisi. Anak saya ini biasanya tak bisa diam, bahkan ketika menonton film animasi Shaun The Sheep atau kartun Spongebob Squarepants kesukaannya. Tapi ketika si Afika dalam iklan Oreo yang “brrrr’ muncul, si sulung saya ini langsung diam mematung menatap ke layar kaca.
Saya dan istri lantas berpikir, jangan-jangan anak saya ini ingin makan biskuit Oreo. Maka pergilah kami bertiga berboncengan motor ke Pasar Banjardawa. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk membeli Oreo. Lho, kok tidak ke supermarket atau swalayan? Pertama, tempat tinggal kami jauh dari swalayan, sekitar 10-15 menit bermotor. Kedua, harga di pasar jauh lebih murah. Ketiga, saya dan istri tak perlu merias diri. Cukup ganti baju sepantasnya, langsung deh berangkat.
Nah, sesampainya di toko yang kondang sebagai grosir jajanan kami dibuat bingung. Bukan karena banyaknya pilihan jajanan di sana, tapi karena ternyata si Oreo ini ada kembarannya. Namanya Oriorio, produksi PT Siantar Top. Siapapun yang doyan jajan pasti tahu nama perusahaan makanan ringan terkemuka asal Sidoarjo ini.
Dari segi kemasan, Oriorio sangat mirip Oreo. Dengan bungkus dominan warna biru, lalu ada gambar biskuitnya, dan nama Oriorio dicetak dengan jenis huruf yang menyerupai jenis huruf pada nama Oreo. Ketika dibuka, ternyata bentuk biskuitnya pun sama persis! Pola pada permukaan biskuit memang berbeda, tapi dilihat sekilas amat mirip. Rasanya? Beda-beda tipislah kalau kata saya.
Harganya bagaimana? Nah, bagi penganut asas ekonomi seadanya seperti saya, Oriorio jelas jadi pilihan. Coba saja bandingkan. Sebungkus kecil Oriorio isinya 2 buah biskuit, beli 1 pak seharga Rp4.500 dapat 10 bungkus kecil. Sedangkan Oreo, memang satu bungkusnya berisi lebih banyak, yakni 3 biskuit. Namun 1 pak seharga sama, isinya hanya 5 bungkus. Artinya, dengan uang Rp4.500 kami bisa membeli 20 buah biskuit Oriorio, berbanding 15 buah biskuit Oreo.
Karena bingung–sekaligus ingin membedakan rasa keduanya, istri saya akhirnya membeli Oreo dan juga Oriorio. Ternyata anak saya suka dua-duanya. Syukurlah. Pertanyaan seriusnya, apakah PT Siantar Top selaku produsen Oriorio memang sengaja ‘menjiplak’ Oreo dengan harapan ikut laris? Wallahua’lam.
@Sarah: Yah, namanya juga lagi ngejar Oreo. Dan, strategi paling pas buat konsumen Indonesia ya harganya direndahin.
@Yuyut Wahyudi @ Berbagi itu Peduli: Hahaha, saya gak sabar nunggu si Afika gede. 😀
@Izandi @ Ngetik Dot Com:
Emang sih lebih enak Oreo, tapi dompet saya bilang lebih enak Oriorio. Hahahaha…
SukaSuka
Menurut saya lebih enak Oreo pak. Hehe bisa mirip gitu ya dari tipe font sampai warnanya 🙂
SukaSuka
halah Bung jadi ikutan ngomongin Afika Afikaa | iyaa | ada yang baru l nih | apa? | pake ini dulu yaa, udah siap? | udah | nanti dingin loh, ini dia oreo es krim rasa orange | hah jeruk?
SukaSuka
yg jadi pertanyaan lagi, knp oriorio bisa lebih murah ketimbang Oreo ya?
SukaSuka