Belajar dari Doel dan Aakash
Menteri Komunikasi dan Informatika harus baca berita ini!
Begitu jerit saya dalam hati begitu membaca apa yang dikabarkan detikInet, Rabu (12/10) lalu. Situs berita online itu menurunkan laporan berjudul “Doel, Laptop Android Rp 1,1 Juta Diluncurkan“. Baru membaca judulnya saja saya sudah berkomentar, “Wow, kereeeen!”.
Doel, begitulah nama laptop android super murah tersebut. Harganya cuma US$130, sekitar Rp 1,1 juta. Bandingkan dengan harga laptop paling murah yang ada di pasaran Indonesia saat ini. Doel versi termurah menggunakan Android sebagai operating system, dan prosesor buatan Via. Sedangkan model yang lebih mahal memakai prosesor Intel. Yang membuat saya semakin takjub, Doel diproduksi sendiri oleh Bangladesh melalui sebuah perusahaan telekomunikasi nasional bernama Telephone Shilpa Sangstha (TSS).
Peluncuran Doel dilakukan langsung oleh Perdana Menteri Bangladesh, menunjukkan betapa pemerintah Bangladesh sangat mendukung upaya digitalisasi di negeri tersebut. Dan pembuatan Doel memang dimaksudkan untuk mendukung program Digital Bangladesh, sebuah target visioner yang dicanangkan pemerintah dengan tujuan membuat seluruh Bangladesh terkoneksi secara digital di tahun 2021. Sungguh sebuah target yang patut diacungi dua jempol.
Bangladesh Punya Doel, India Punya Aakash, Indonesia?
Bila Bangladesh patut berbangga hati dengan peluncuran Doel, orang India tak kalah bangga. Sebelum Bangladesh meluncurkan Doel, pemerintah India telah merilis tablet termurah di dunia bernama Aakash. Seberapa murah? Tablet yang diproduksi untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di India tersebut dibanderol dengan harga hanya Rp300.000! Sekali lagi, bandingkan dengan harga tablet paling murah yang ada di pasaran Indonesia.Aakash, made in India.
Senada dengan pemerintah negara tetangganya, pemerintah India punya target seluruh warga India yang berjumlah 1,2 milyar jiwa harus bisa terhubung dengan internet. Target ini menjadi realistis dengan dukungan infrastruktur komunikasi yang telah ada selama ini. Jika sebelumnya koneksi internet non-PC/laptop dilakukan dengan handphone, kehadiran Aakash bakal menjadi perangkat alternatif yang tak mungkin dilewatkan.
Ya, seperti kata ‘aakash’ yang berati ‘langit’, pemerintah India ingin kualitas bangsanya meningkat setinggi langit dengan bantuan teknologi. Setelah berhasil menelurkan tenaga-tenaga ahli IT tingkat dunia–di Google banyak karyawan dari India lho, kini saatnya bagi negara asal Kajol itu untuk memajukan rakyatnya. Memilih teknologi untuk memajukan bangsa dan negara memang sebuah pilihan tepat.
Pertanyaan yang langsung menggelayuti benak saya setelah membaca dua berita di detikInet tadi adalah, Indonesia punya apa? Atau haruskah saya bertanya langsung pada Menkominfo, apa target Indonesia di bidang telekomunikasi dan informatika? Tidakkah pernah terpikir oleh Pak Menteri untuk membuat smartphone sendiri alih-alih terus menjadi ‘budak’ Blackberry? Atau mungkin mengikuti jejak Bangladesh dan India, kenapa tidak kita produksi laptop dan tablet murah buatan sendiri?
Ah, tapi sepertinya Pak Menkominfo sedang sibuk menanggapi isu reshuffle kabinet deh.Boro-boro mikirin yang beginian…
Omoh: Ya, seharusnya sih begitu.
Gajah Pesing: Hehehe, kawan lama bersua kembali. Pangling, ya malah bagus itu. Brarti ada kemajuan, hehehe…
Suryokoco: Silakan, silakan, asal etika kopi-paste ditegakkan tak ada masalah kok.
SukaSuka
menarik…. boleh di copas untuk http://www.desamerdeka.com …?
SukaSuka
blognya kok uda berubah ya? maklum uda lama tidak bersua..
SukaSuka
Harusnya Indonesia juga bisa bikin, namun untuk pertama-tama harganya pasti lebih mahal, dan dengan seiring waktu saya yakin harganya bisa bersaing
SukaSuka