Benarkah Rajin Menabung Pangkal Kaya?
“RAJIN menabung pangkal kaya.” Masih ingat dengan kalimat bijak yang diajarkan guru kita di Sekolah Dasar ini? Ada juga kalimat bijak lain yang masih berhubungan dengan tabung-menabung, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.”
Maksudnya, jangan pedulikan seberapa sedikit uang yang ditabung, yang penting teruslah menabung secara rutin. Lama-lama, uang di tabungan akan bertambah banyak.
Pertanyaan saya sederhana saja, benarkah dengan rajin menabung kita bakal kaya? Logika sederhana kita bakal langsung mengatakan “ya”.
Ilusi Bunga Bank
Celengan: Lebih aman daripada tabungan di bank?Kita tentu sama tahu kalau menabung di bank akan mendapat bunga. Saya tidak tahu berapa rate bunga tabungan ataupun deposito di bank dewasa ini, tapi yang jelas semua bentuk tabungan mendapat bunga sehingga bisa dipastikan jumlahnya bakal bertambah. Kalau tabungan tersebut tidak pernah diambil, tapi sebaliknya terus-menerus ditambah secara rutin, maka jumlah tabungan akan terus berlipat-ganda berkat sistem bunga berbunga.
Anggap saja Bung punya uang sebanyak Rp10.000.000 dan menabungnya di bank dalam bentuk deposito. Untuk deposito berjangka 1 tahun, Bung memperoleh bunga 8%. Memakai hitung-hitungan sederhana saja kita sudah tahu, setahun kemudian uang Bung akan bertambah menjadi Rp10.800.000. Pertanyaannya saya ulangi, apakah Bung bertambah kaya dibuatnya?
Kalau hanya melihat dari angka rupiah di tabungan yang semula Rp10.000.000 kemudian menjadi Rp10.800.000 setahun kemudian, memang Bung bertambah kaya. Tabungan Bung bertambah Rp800.000 dan itu berarti Bung bertambah kaya. Tapi coba lihat realita yang kita hadapi bersama, maka Bung akan tahu bahwa bertambahnya Rp800.000 ke dalam tabungan sama sekali tidak membuat Bung bertambah kaya. Kok bisa?
Nominal Bertambah, Tapi Nilai Berkurang
“…meskipun uang Bung bertambah Rp800.000 tapi Bung cuma bisa membeli bakso sebanyak 1.542 mangkuk atau 124 mangkuk lebih sedikit!”Saya beri contoh mudah. Kebetulan saya suka bakso, maka contohnya adalah harga semangkuk bakso yang dibandingkan dengan jumlah uang yang Bung punya.
Setahun lalu, pada saat menyetorkan tabungan ke bank, harga bakso masih Rp6.000/mangkuk. Dengan uang Rp10.000.000 Bung bisa membeli sekitar 1.666 mangkuk bakso. Setahun kemudian, pada saat tabungan bertambah menjadi Rp10.800.000 karena bunga, harga bakso sudah naik menjadi Rp7.000/mangkuk (cuma naik Rp1.000!). Sekarang coba hitung berapa banyak bakso yang bisa Bung beli dengan uang yang sudah bertambah banyak itu. Jangan kaget, meskipun uang Bung bertambah Rp800.000 tapi Bung cuma bisa membeli bakso sebanyak 1.542 mangkuk atau 124 mangkuk lebih sedikit!
Pertanyaannya saya ulangi sekali lagi, apakah Bung bertambah kaya? Kalau dihitung berdasarkan jumlah barang yang bisa Bung beli, menabung di bank rupanya tidak membuat Bung bertambah kaya. Benar tabungan Bung bertambah setahun kemudian, tapi jumlah barang yang bisa Bung beli dengan uang yang sudah bertambah itu malah semakin sedikit. Lucu, bukan?
Silakan disimpulkan sendiri-sendiri.
twrima kasih artikelnya.
ilustrasi bakso yang bagus.
izon tinggalin jejak,mampir balik yuk
SukaSuka
Mampir ke mana, Kak? 😀
SukaSuka
Iya, Mas. Saya hanya mengulangi yang pernah diajarkan pada saya, tapi memang yang lebih tepat adalah “hemat pangkal kaya” sih ya?
Riba haram itu sebuah hal mutlak, Mas. Ayo, join ke Paguyuban Hapus Riba 🙂
SukaSuka
salam kenal mas eko.
koreksi sedikit, pepatahnya “hemat pangkal kaya” bukan rajin menabung pangkal kaya.
hemat punya dimensi lebih luas dari rajin menabung. hemat artinya cermat dalam menggunakan uang. bukan pribadi saja yang harus hemat, perusahaan juga harus berhemat. makanya ada istilah efisiensi.
tapi ngomong-ngomong, terima kasih karena penjelasannya tentang bunga sangat masuk akal. makanya di dalam islam bunga itu haram.
salam,
Untung Kasirin
http://www.siuntung.com
SukaSuka
Kalau cuman menharapakan bunga sih memang gak bakalan bisa kaya! Harus ada sumber penghasilan rutin lainnya, yang bisa menambah tabungan kita tersebut.
SukaSuka
wah, sebuah info dan analisis yang menarik, mas eko. saya termasuk orang yang tdk suka menabung di bank, karena hampir tak punya sisa uang yang bisa dtabung, hehe ….
SukaSuka
semua jadi ragu untuk menabung di bank kalau kondisinya orang bank sendiri yang “malingin” duit nasabah… simpen dibawah bantal atau kasur aja deh 😉
SukaSuka
Sayangnya kata “kaya” itu relatif terhadap suatu titik acuan tertentu. bisa jadi acuannya bukan materi tetapi kebahagiaan
SukaSuka
salam bung, dah sangat lawas saya tidak singgah di sini, seiring dengan almarhumnya blog saya yang dulu, hiks
ikut urun pendapat, menabung di bank memang bisa dibilang merugikan nasabah kalau ditinjau dari sisi return dibanding laju inflasi. jangankan menabung yang suku bunganya sangat rendah, memiliki deposito dengan suku bunga agak bersaing pun masih belum bisa dikatakan pangkal kaya 😀
solusi termudah adalah dengan mulai mengkonversi aset kita ke dalam bentuk uang komoditas alias emas atau perak.
salam
SukaSuka
kalo nabung untuk akherat jd kaya gak mas…….. 🙂
SukaSuka
yg bener
hemat pangkal kaya kali ya Bung
SukaSuka
Menabung di celengan babi aja kayaknya.. :p
SukaSuka