Highlight:

Suatu Malam Bersama Audy…

Awal tahun 2002, tepatnya bulan Februari saya dan 2 teman dari Pendidikan Profesi Pariwisata YP UNY atau biasa disingkat Profeta (sudah bubar) magang kerja di Hotel Novotel Solo.

Saya magang di Front Office Department (FOD) sebagai bellboy, teman saya yang bernama Lubis Zakaria(ya, namanya memang begitu) di House Keeping Department, sedang yang bernama Areis di Food and Beverages Department.

Awalnya anak-anak Profeta yang berangkat mengikuti tes magang ada 20-an orang. Bareng-bareng kami naik KA Prambanan Ekspres dari Jogja. Turun di Stasiun Purwosari terus naik bis kota arah Gladak dan turun di Jl. Slamet Riyadi. Kebetulan sekali Hotel Novotel Solo terletak di sebelah jalan poros kota Solo itu. Setelah tes demi tes dijalani, akhirnya cuma tersisa kami bertiga: saya, Lubis, dan Areis. Tepat sejak tanggal 1 Februari 2002 kami mulai magang di hotel berbintang empat tersebut.

Waktu itu saya magang sebagai syarat kelulusan dari Profeta, di mana kami diharuskan magang kerja selama minimal 3 bulan. Tempatnya bebas, boleh di hotel, restoran, tempat-tempat wisata, atau travel agent. Karena saya pernah magang di tempat wisata (Candi Prambanan) pertengahan tahun 2001, maka kali itu saya ingin coba-coba cari pengalaman di hotel. Saya tidak mau tanggung-tanggung, makanya saya incar posisi favorit: bellboy! Bellboy menjadi favorit karena selain berada paling depan (tantangannya lebih besar), peluang mendapat tip dari tamu juga paling banyak.

Sesuai harapan saya, di posisi bellboy saya benar-benar memperoleh banyak pengalaman berharga. Hal pertama yang musti saya hadapi adalah sikap kurang bersahabat dari senior-senior bellboy . Mereka nampaknya tidak suka dengan kehadiran saya, mungkin karena saya dianggap ‘merebut’ lahan rejeki mereka. Paling tidak, dengan adanya saya peluang mereka untuk memperoleh tip jadi lebih kecil. Seorang senior bahkan tak malu-malu meminta separuh dari tip yang saya hasilkan setiap hendak berganti shift. Saya tak kalah cerdik. Sebelum dia minta, sebagian tip sudah saya ‘selamatkan’ terlebih dahulu di kantong yang lain. Hehehe…

Pengalaman tak kalah menarik adalah pertemuan dengan tamu-tamu hotel yang tingkahnya macam-macam. Saya sering dimintai tolong mencari ‘selimut’ atau ‘bantal yang bisa kentut’ oleh tamu-tamu nakal. Berhubung saya orang alim (huehehe…), permintaan mereka tidak pernah saya turuti. Eh, tapi pernah ding saya dengan seorang teman mengantar tamu hotel berkeliling tempat-tempat prostitusi di Solo dalam rangka mencari ‘kupu-kupu malam’. Mungkin karena kami masih disayang Allah (hoeks), malam itu tak satupun wanita penjaja seks yang nampak oleh kami. Pulanglah kami dengan tangan hampa.

Gadis Manis Itu Bernama Audy
Magang di hotel (waktu itu) terbesar di Solo juga membuat saya berkesempatan bertemu orang-orang terkenal. Mulai dari artis-artis ibukota sampai pejabat negara. Di antara para pejabat yang pernah saya temui adalah Sri Edi Swasono (ekonom sekaligus suami Ibu Meutia Hatta) dan Pak Nabiel Makarim (waktu itu masih menjabat menteri). Kalau artis jauh lebih banyak lagi. Mulai dari Audy, Krishna Mukti, Dorce Gamalama, Jamrud, Base Jam, Titik Puspa, Aa Gym, dan beberapa nama lagi yang tidak saya ingat betul. Sayangnya waktu itu saya tidak punya kamera, jadi tidak bisa mengabadikan momen-momen bersama orang-orang terkenal itu deh.

Oya, perjumpaan dengan Audy ini terbilang luncang bambang (= lucu banget). Waktu itu gadis pelantun tembang Menangis Semalam ini baru saja meluncurkan album pertamanya dan show ke Solo untuk promosi. Nah, malam saat dia mau show saya kebetulan dapat giliran masuk. Dasar rejeki, saya berkesempatan melihat artis tersebut dalam jarak sangat dekat. Ceritanya waktu itu Audy keluar dari kamar dengan beberapa orang menggunakan kaos seragam dan tanda pengenal. Setelah berbincang-bincang sebentar, orang-orang berseragam kaos itu pergi. Tinggallah Audy sendirian di teras lobi hotel, tepat di depan saya yang berada di belakang meja bellboy.

Waktu itu saya tidak tahu kalau si gadis manis tersebut Audy. Selain namanya baru mulai mengorbit waktu itu, saya juga tidak mengikuti perkembangan dunia musik. Iseng-iseng saya tanya saja dia, “Mau ke mana, Mbak?” Eh, kok dia tertawa kecil sambil tersipu. Waktu saya tanya lagi, “Temannya tadi ke mana, kok Mbak ditinggal sendiri?” Lagi-lagi dia cuma tersenyum. Saya jadi malu sendiri sambil garuk-garuk kepala. Gadis aneh, kata saya dalam hati. Tak lama sebuah mobil berhenti di depan lobi. Saya buru-buru mendekat dan membukakan pintu. Ternyata eh ternyata itu mobil jemputan Audy. Sambil tersenyum dia mengucapkan terima kasih dan masuk ke mobil.

Sampai keesokan harinya saya belum juga tahu kalau gadis manis yang saya ajak ngobrol malam itu adalah Audy, penyanyi yang segera terkenal dengan beberapa lagu hits. Ketika saya baca koran Solo Pos edisi hari itu, secara tidak sengaja mata saya membaca berita tentang konser Audy. Entah mengapa pikiran saya kok langsung terbayang pada gadis semalam. Reflek saya mengecek daftar tamu yang menginap, tapi ternyata tak ada yang bernama Audy. Didorong rasa penasaran sayapun bertanya ke resepsionis. Mbak resepsionis bilang Audy memang menginap di Novotel malam itu. “Lho, saya kok gak tahu ya?” tanya saya penasaran. Eh, lha koq si Mbak resepsionis itu bilang, “Lho, itu yang semalam kamu ajak ngobrol di depan pintu itu lho…” Oalah, saya jadi tertawa sendiri.

Saya hanya 5 bulan di Solo, dari 1 Februari sampai 30 Juni 2002. Tapi kenangan 5 bulan di kota bersejarah ini tak akan pernah saya lupakan. Kotanya yang asri, penduduknya yang bersahabat, malamnya yang tenang. Ah, kapan ya bisa main ke Solo lagi? Mumpung Bung Darin masih tinggal di sana nih. (^_^)

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (412 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

4 Comments on Suatu Malam Bersama Audy…

  1. wah, pengalaman yang pasti tak terlupakan. si audy yang terkenal itu ternyata pernah ngobrol dekat sama mas eko. hehe …. tapi pastinya dia bukan sang kupu2 malam yang diburu itu, kan, mas? hiks…

    Suka

  2. Oh hiya…
    Rumah saya Kendal lho Mas, sekota dengan Pak Sawali…
    Rumah saya dengan Pak Sawali jaraknya 3 kiloan.
    Jadi saya bukan orang mBatang

    Suka

  3. Hotel Novotel kok nggak ada yang kecil ya…
    Rata2 besar dan taripnya juga lumayan mahal… 😀

    Suka

  4. “Tapi kenangan 5 bulan di kota bersejarah ini tak akan pernah saya lupakan. Kotanya yang asri, penduduknya yang bersahabat, malamnya yang tenang” ….tambah lagi yang tak terlupakan : Audy …ha ha ha

    Suka

Beri komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.