Highlight:

Tak Hanya Menahan Lapar dan Haus

Sir Edmund Hillary
Sir Edmund Hillary
PERNAH dengar nama Edmund Hillary? Bagi para pecinta alam, terlebih yang hobi mendaki gunung lewati lembah seperti Ninja Hattori, nama tersebut sudah tidak asing lagi.

Ya, sosok satu ini adalah pendaki gunung terpopuler sedunia. Ia adalah inspirasi bagi pendaki gunung lainnya. Memang ia belum pernah mendaki Gunung Salak atau Gunung Gamalama (maksud saya, memang ia tidak mendaki semua gunung di dunia), namun prestasinya dalam dunia pendakian benar-benar patut diacungi jempol. Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya dan puncak Gunung Everest adalah tempat-tempat tertinggi dunia yang pernah ditaklukkannya. Tidak hanya sekali, tapi berulang kali.

Apa rahasia Edmund Hillary sehingga mampu menaklukkan puncak-puncak tertinggi dunia? Dalam satu kesempatan ia berkata bahwa kuncinya terletak pada penguasaan diri sendiri. Katanya (kurang lebih), “Not the mountain that I conquered, but myself.” Sebuah ucapan yang sederhana namun tegas dan berisi. Kunci keberhasilannya menaklukkan gunung-gunung tertinggi di dunia ternyata adalah karena ia mampu menaklukkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Ia menegaskan bahwa ia tidak akan pernah bisa melakukannya kalau tidak dapat menaklukkan dirinya sendiri.

Mulai besok, umat Muslim Indonesia mulai melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Sebuah ibadah yang bertujuan mengasah jiwa manusia agar lebih bertaqwa kepada Tuhan-nya. Ibadah yang datang setahun sekali dan disambut dengan penuh suka cita karena datangnya Ramadhan menandakan lebaran sudah dekat. Namun sayangnya banyak yang terjebak pada rutinitas ibadah semata dan melupakan esensi puasa yang sebenarnya.

“Kalau kita lemah terhadap diri sendiri, kehidupan akan sangat keras kita rasakan. Tapi kalau kita keras terhadap diri sendiri, maka kehidupan akan terasa ringan.”
-Andrie Wongso-
Puasa adalah menahan diri dari segala hawa nafsu. Tidak hanya nafsu makan, minum, amarah dan syahwat saja, namun lebih dari itu. Hawa nafsu meliputi sikap sombong, tamak, kikir, dan termasuk juga malas. Intinya, hawa nafsu adalah segala sesuatu yang ingin kita lakukan hanya berdasarkan kepentingan kita semata. Oleh karena itu malas juga termasuk hawa nafsu karena orang yang malas pada hakikatnya hanya ingin enaknya saja. Tidak mau berusaha lebih keras lagi karena ia tidak ingin begitu.

Kalau kita bisa memaknai puasa dengan baik, maka kita akan tahu bahwa puasa ternyata juga melatih kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Bukan hanya lebih tahan lapar dan haus, tapi juga baik dari segi ibadah dan mental. Sekali lagi, masih banyak saudara kita yang terjebak pada rutinitas. Bagi mereka puasa tak lain hanyalah sekedar menahan lapar dan haus di siang hari. Selebihnya mereka tetap bersikap semaunya. Merugikan orang lain, bermalas-malasan, dan tindakan-tindakan yang hanya memuaskan hawa nafsu mereka saja.

Kembali kita ingat kunci keberhasilan Edmund Hillary menaklukkan gunung-gunung tertinggi dunia. Ia katakan bahwa kemampuan menaklukkan dan mengendalikan diri sendiri adalah modal awalnya dalam mencapai keberhasilan. Puasa hakikatnya adalah ajang untuk berlatih menaklukkan serta mengendalikan diri sendiri. Dan selepas Ramadhan bukan berarti selesai. Kita harus tetap berusaha menaklukkan dan mengendalikan diri sepanjang hidup agar dapat mencapai tujuan demi tujuan yang telah ditetapkan. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam kesenangan sesaat yang melenakan. Kita harus tegas pada diri sendiri.

Sebagai penutup, saya ingin kita merenungkan sebuah kalimat bijak dari Andrie Wongso (as seen on TV) berikut ini. “Kalau kita lemah terhadap diri sendiri, kehidupan akan sangat keras kita rasakan. Tapi kalau kita keras terhadap diri sendiri, maka kehidupan akan terasa ringan.” Anda setuju?

Marhaban ya Ramadhan…
Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (412 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

12 Comments on Tak Hanya Menahan Lapar dan Haus

  1. “Not the mountain that I conquered, but myself.”
    Luar biasa sekali maknanya.
    Meskipun saya bukan muslim, tetapi saya salut terhadap umat Islam yang taat menjalankan ibadah berpuasa.

    Benar kata Bung Eko, makna berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi lebih kepada bagaimana menaklukan diri sendiri.

    Selamat Berpuasa…

    Suka

  2. Postingan yang luar biasa mas quotenya juga hebat… selamat berpusa, mohon maaf lahir dan bathin

    Suka

  3. semoga Ramadhan kali ini semakin mendekatkan diri kita kepada Allah. mari isi bulan ini dengan melakukan banyak amal yang saleh, baik secara ritual maupun sosial.

    Suka

  4. Maaf bung boleh dijelaskan lebih detail lagi kata2 Andre Wonggso yang sampeyan kutip. Matur sembah nuwun 😛

    Suka

  5. Menaklukkan diri sendiri. Kata-kata ini yang perlu kita pegangi dlm menjalani hidup ini.
    Banyak jalan sukses terbuka, jika diri sudah bisa kita taklukkan, sehingga bisa diarahkan ke jalan yg sesuai fitrahnya.
    Sifat marah, salah satunya. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
    semoga kita termasuk dlm golongan orang yg sanggup menaklukkan dirinya.
    selamat menjalankan ibadah puasa, Bung Eko. mohon maaf lahir dan batin. salam hangat dari Jogja.

    Suka

  6. selamat berpuasa 🙂
    yok mari kita menguasai diri dari hawa nafsu 🙂

    Suka

  7. Bulan Ramadhan dapat pula dimaknai sebagai saat untuk menggembleng diri. Sedang lapar dan haus hanya bagian kecil dari tantangan yang harus ditaklukkan. Semoga kita dapat menjalaninya dengan lkhlas dan tuntas sehingga akan mengangkat diri kita ke derajat taqwa.

    OOT. Memandang wajah Sir Edmund Hillary saya membayangkan sosok yang keras namun ramah.

    Suka

  8. kalau ada salah-salah kata waktu komentar,,, mohon maaf lahir batin Bung,,,
    Mengenai postingan keras dan tegas pada diri sendiri sangat diperlukan Bung, tapi untuk pengaplikasiannya contohnya pada diri saya sendiri masih belum optimal.
    Selamat Berpuasa Bung,,,

    Suka

  9. Sebelum komentar mau Mohon maaf lahir dan batin dulu sama bung eko. Kalau smenjak pertama bertemu blog ini ada komentar yang kurang berkenan, saya mngucapkan mohon maaf lahir dan bathin.

    Oj iya mas eko, mengenai artikel kali ini. Memang cocok bnget buat motivasi dan penjelasan kepada kita (umat muslim khususnya) kalau puasa itu bukan lah tentang beratnya mengatasi cobaan seperti menahan lapar dan haus, melainkan proses untuk mengalahkan hawa nafsu diri sendiri. Saya suka Quote dari Sir Edmund, bkan gunung yg dia taklukan melainkan rasa tajut dan kelemahan dirinya sendiri. Semoga kita juga bisa sperti sir Edmund dalam menghadapi bulan puasa ini.

    Suka

  10. terima kasih saya sudah membaca,tidak hanya kata2nya bijak tapi wajahnya juga cerah berwibawa karena sudah melaluinya.

    Suka

  11. wilujeng shaum bung..
    semoga kita dapat menjadi alumni madrasah ramadhan dengan predikat 'sangat bertakwa'
    dan somga kita tidak digolongkan pada orang yang hanya bisa menahan lapar dan dahaga semata. seperti pernah disabdakan Nabi SAW, “rubba sha'imin laysa lahuu min shiyaamihi illal-juu' wal athsy (banyak orang berpuasa yang hanya mendapat lapar dan haus saja)”
    salam

    Suka

  12. keren yah quote dari mbah edmund.. walaupun saya sudah sering dengar.. tp klo dengar quote dari orang yang sudah mengamalkannya memang kerasa beda.. 🙂

    Thank you.. inspiratif post mas.. 🙂

    met menjalankan ibadah puasa mas..
    maaf lahir dan batin.. 🙂

    Suka

Beri komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.