Ternyata kita bisa berbahasa Belanda lho …
BUNG mungkin tidak percaya membaca judul posting ini. Ah, orang kita ini asli Indonesia dan sama sekali tidak pernah belajar bahasa Belanda kok bisa-bisanya berbahasa Belanda. Mungkin begitu pikir Bung.
Eits, tunggu dulu, saya tidak cakap bohong ini. Biarpun Bung asli Indonesia, biarpun Bung tidak pernah ke Belanda, dan biarpun Bung tidak pernah kursus bahasa Belanda, ternyata kita sudah sering bercakap-cakap dengan kata-kata berbahasa Belanda dalam keseharian lho…
Ya, menjadi negara jajahan Belanda selama 300 tahun lebih, tentunya ada banyak pengaruh kebudayaan Belanda terhadap Indonesia. Salah satu pengaruh budaya itu adalah bahasa, di mana ada banyak sekali kata-kata Belanda yang terserap dan menyatu sebagai bahasa Indonesia.
Jumlahnya ada banyak sekali, tapi saya cuma bisa menyuplik sekitar 100 kata yang paling sering kita jumpai dalam keseharian.
Let’s check it out!
|
|
|
|
Banyak sekali, bukan? Tak hanya bahasa Indonesia, ternyata bahasa daerah juga sempat menyerap kata-kata dalam bahasa Belanda. Generasi yang lahir setelah era penjajahan tak banyak yang tahu kalau kata-kata yang mereka gunakan ternyata bukan bahasa daerah asli, melainkan serapan dari bahasa Belanda. Sebagai contoh bahasa Jawa. Siapapun yang berbahasa Jawa pasti sudah akrab dengan kata “pit”, “bal”, “plesir”, “sadel”, “sepur”, “serbet”, “tegel”, “setrap”, atau “potlot” (artinya secara berurutan adalah “sepeda”, “bola”, “liburan”, “dudukan sepeda”, “kereta api”, “lap meja/tangan”, “marmer”, “hukuman”, dan “pena”).
Dulu, saya sangka kata-kata tersebut adalah bahasa Jawa asli. Eh, setelah sekolah baru saya tahu kalau kata-kata itu diserap dari bahasa Belanda. Kata “bal” dan “tegel” diserap mentah-mentah dari bahasa Belanda, sedangkan kata yang lain hanya beda ejaan dari kata aslinya: “pit” dari kata “fiets”, “setrap” dari kata “straf”, “plesir” dari kata “plezier”, “sadel” dari kata “zadel”, “sepur” dari kata “spoor”, “serbet” dari kata “servet”, dan “potlot” dari kata “potlood”.
Nah, dengan sedemikian banyak kata-kata serapan dari bahasa Belanda ini dalam bahasa Indonesia (dan juga Jawa), rasanya tidak berlebihan kan kalau saya bilang kita bisa berbahasa Belanda?
|
|
Wah, Cepu tempat asal-ulu nenek moyang saya.
Makasih tambahannya, Mas. Hidup bersama Belanda sekian ratus tahun gak heran kalau banyak kosakatanya yang akhirnya terserap dalam bahasa Jawa.
SukaSuka
tak tambahi om:
(jawa,indonesia,belanda)
– bruk,jembatan,brog
– kulkas,lemari es,koelkast
ni di daerah saya om (CEPU JAWA TENGAH)
SukaSuka
apikmen!! lagek roh aku…
berarti masih ada kata yang lain dong!
SukaSuka
sayangnya Belanda kalah di final 2010….
SukaSuka
saya kemarin baca dokumen tetangga sebelah…
jebule teken / tanda tangan juga berbau belanda, Mas…. di sana, di kolom tanda tangan ada tulisan handtekening…
SukaSuka
wah benar sekali bung eko, tanpa kita sadari rupanya bahasa belanda sudah sedikit tertananm di bangsa kita,,, makasih sharingnya bung eko
SukaSuka
waktu makan di angkringan bunderan UGM -kala itu- teman saya yang orang Klaten minjem garpu ke bos angkringan. “mas, nyileh forok-nya”. ternyata ini jg kata serapan dari 2 bahasa, inggris (fork) dan belanda (vork). kosakata serapan ternyata jg memperkaya khasanah bahasa kita.
SukaSuka
mungkin saking lamanya bangsa landa menjajah negeri ini, bung, sampai2 ndak terasa kalau banyak kosakata yang terkesan asli bahasa indonesia, tetapi sesungguhnya serapan dari basa landa itu. sebuah proses akulturasi alamiah.
SukaSuka
buset, mungkin ini efek kita terjajah selama 3,5 abad itu ya bung? bisa jadi. sama seperti bangsa Inggris dan Portugis yang bahasanya banyak menjadi catutan bagi daerah2 jajahannya 🙂
selain bahasa Belanda, kosakata bahasa kita juga banyak terpengaruh dari Arab dan Cina.
tapi kita ngga perlu malu berbahasa Indonesia, karena itulah identitas kita sebenarnya. tak masalah itu berakar darimana, betul?
SukaSuka
Hahaha, saya baru tahu bung. Kalau gak diposting kayak gini selamanya gak bakal tahu.
Betul sekali sih, setelah dijajah begitu lama secara tidak langsung orang Indonesia pada waktu itu pasti mengikuti kebudayaan orang Belanda. Akhirnya melekat deh sampai ke cucu dan cicit.
SukaSuka
analisa yg keren 😀
SukaSuka
hahahaha, lidah orang indonesia banget tu bung eko, apalagi kalau lidah orang jawa, beda² tipis,
kalau misal indonesia tidak dijajah, bagaimana dengan bahasa yang di ambil, karena masih banyak ejaan bahasa indonesia yang menggunakan atau sedikit mengadopsi dari bahasa belanda, bahasa arab, dsb
SukaSuka
Iya yah,,, ternyata kita bisa berbahasa Belanda,,,
Selain ejaan di atas yang sering dipergunakan dalam bahasa sehari-hari, istilah-istilah juga Bung, paling banyak adalah istilah-istilah hukum, sebagian besar mungkin dari Bahasa Belanda, salah satunya Locus Delichti (ada di postingan saya),, Yah akibat kita di jajah Belanda ratusan tahun,,
ngomong-ngomong, apakah postingan ini menunjukkan bahwa Bung Eko mendukung Tim Belanda pada Piala Dunia? he he he
SukaSuka
Bismillah,
weleh-weleh …postingan kreatif
Nambah pengetahuan kita semua. Cuma yang jadi masalah ternyata mental “dijajah” dan mental “menjajah” juga ikut sampai kurun waktu kini. Dan sepertinya ini tidak sekedar diserap tapi lebih dari itu yaitu “diresapi”.Sehingga yang demikian susah sekali dihilangkan.
Mari kita bersama-sama membuang jauh-jauh mental dijajah maupun mental menjajah agar Indonesia menjadi dirinya sendiri.
MERDEKA !!!
SukaSuka