Asal-usul Nama Kampung di Jogja
SUDAH pernah berkunjung ke Jogja? Saya yakin beberapa di antara Bung-bung sekalian ada yang sudah pernah ke Jogja. Di Jogja, nama-nama kampung–terutama yang berada di sekitar Keraton–sangat unik karena dibuat berdasarkan profesi yang banyak ditekuni warganya, jabatan atau posisi di Keraton, keahlian sebagai abdi dalem, atau nama kesatuan prajurit Keraton.
Sementara berdasarkan letaknya, kampung-kampung tersebut dibagi menjadi kampung jeron beteng alias kampung-kampung yang berada dalam kompleks Keraton yang dibatasi dengan benteng (beteng, Jawa), dan kampung jaba beteng atau yang terletak di luar benteng Keraton.
Beberapa kampung di kawasan jeron beteng umumnya dihuni para abdi dalem Keraton, sehingga penamaannya diambil dari keahlian atau tugas pokoknya sebagai abdi dalem. Misalnya saja kampung Mantrigawen yang diambil dari kata “mantri gawe”, yakni abdi dalem kepala pegawai. Kemudian ada kampung Gamelan. Tapi jangan sangka warganya adalah abdi dalem pembuat gamelan lho. Kampung Gamelan ini dihuni oleh para abdi dalem yang bermata-pencaharian sebagai pembuat tapal kuda.
Contoh kampung lainnya adalah Patehan, diambil dari kata “teh” karena ditinggali oleh para abdi dalem pembuat teh. Lalu kampung Siliran adalah kampungnya abdi dalem Silir yang bertugas menyalakan lampu penerangan di area Keraton. Untuk abdi dalem yang bertugas menabuh gamelan, ada kampung Namburan dan Nagan.
Melongok ke area jaba beteng, ada sejumlah kampung yang dinamai sesuai dengan jabatan/pekerjaan abdi dalem penghuninya atau nama kesatuan prajurit. Kampung-kampung yang dinamai sesuai jabatan/pekerjaan penghuninya misalnya kampung Pajeksan yang dulu banyak didiami jaksa. Lalu kampung Gowongan yang merupakan tempat tinggal tukang bangunan, sedangkan kampung Jlagran didiami oleh tukang batu.
Kampung-kampung yang disesuaikan dengan kesatuan prajurit antara lain kampung Prawirotaman, dihuni oleh prajurit-prajurit kesatuan Prawirotomo; kampung Wirobrajan, ditinggali para prajurit dari kesatuan Wirobrojo; kampung Patangpuluhan, tempat tinggalnya para prajurit kesatuan Patangpuluh; serta Jogokaryan, tempat kediaman prajurit pasukan Jogokaryo. Pasukan-pasukan ini dapat dilihat pada upacara Keraton seperti dalam grebeg Sekaten yang dilangsungkan setiap peringatan Maulid Nabi SAW.
Selain dua jenis kampung di atas, ada juga nama-nama kampung yang didasarkan pada etnis mayoritas penghuninya. Seperti kampung Pecinan untuk etnis Tionghoa, kampung Sayidan yang didiami etnis Arab, dan kampung Menduran yang merupakan kampungnya etnis Madura. Sedangkan orang-orang Eropa menghuni daerah seputaran Sagan, Kotabaru, dan Jl. Solo. Peninggalan mereka berupa rumah-rumah bergaya Eropa masih bisa dilihat di tiga kawasan tersebut.
Melihat sistem penamaan ini saya jadi ingat dengan nama-nama desa/kampung di Pemalang, tempat asal istri saya. Sebab, nama-nama desanya mempunyai pola yang seragam dengan awalan “pe” dan akhiran “an”. Misalnya Pegundan, Petarukan, dan beberapa lagi. Mungkin nanti akan saya tulis pula tentang penamaan kampung/desa di Pemalang ini jika Bung-bung sekalian berminat menyimak. 😀
Sekian. Terima kasih. Selamat berkomentar. Dan dapatkan souvenir dari saya. ^_^
Mampir lagi di dinihari
http://indaam.co.cc
SukaSuka
sudah lama gak negok jogja Mas….
mungkin nama-nama perkampungan di jogja sudah pada beubah, seperti metro-wirobrajan, metro-pakualaman, mega-banguntapan,
SukaSuka
Ngeposting ni yee: Sama-sama…
AL RIS: Wa alaika salam…
New Oes: Terima kasih kembali…
spydeeyk: Kebetulan saya dulu pertama dateng ke Jogja masuk pendidikan pariwisata, Bung. Jadi, ya lumayan ngerti deh asal-usul dan sedikit ttg sejarah Jogja. Kebetulan aja… ^_^
SukaSuka
Ngomong2in bang zalukhu disini saya sudah ketemu beberapa kali….
bahkan beliau pernah nganterin saya pulang gara2 ga tau jalan..heheh.
tapi klo ngomongin jogja ya sedikit banyaknya ya saya da pahamlah….
tapi lebih banyak sedikitnya 😀
SukaSuka
Astaga.. saya dua tahun tinggal dijogja ga perhatiin tentang ini *parah* 😦 , ga tau kapan bisa ke jogja lagi.., klo ke jogja kali aja bisa kopdar dengan bung eko.. he2.. 😀
SukaSuka
wah, saya baru tahu tu pak mengenai asal usul nama kampung di jogja. Makasih pak info menariknya…
SukaSuka
Baru tahu dari posting ini. Informatif.
Salam
SukaSuka
tHanks ya sOb,,
saya jadi tau bagaimana asal usul,.,.,..,
sALam kEnal sObat,,.,
SukaSuka
Gus Ikhwan: Om Agus sudah balik ke Kalimantan. Bang Zal malam ini sudah berangkat ke Bandung.
Belajar SEO Blogspot: Ah, ke Jogja itu tak butuh dana banyak kok, Bung.
indam: Salam kenal kembali…
trendy pasti datengnya karena plesir ya?
Blogger Terpanas: Paris = Pantai Parangtritis. 😀
SukaSuka
saya sudah pernah dengar tentang nama – nama ini, namun belum pernah mengunjungi hehe….paling banter cuma ke PARIS saja
SukaSuka
sudah lama nggak ke jogja, udah pada nggak tau yang tau cuma malioboro!
wekekekeekek!
SukaSuka
mampir dan salam
SukaSuka
wah..pingin ke jogja rasanya..tapi belum cukup dana bung,,hhe.. 😛
SukaSuka
Gus Ikhwan ke jogja cuman main aja, paling kumpul ma teman2 komunitas????
Bukane mas zalukhu, wahyu badoer aja lagi di jogja
ga tahu kalo om agus masih di jogja atau udah balik di kalimanta
SukaSuka
Mukhtaruddin: Walah, guide-nya lagi kasih penjelasan kok malah ditinggal tidur sih? 😀
annosmile: Lho, di Kauman to? Saya sering lho Jumatan di Masjid Agung. kadang kalo pas jalan juga mampir sholat di sana. Malah sempat ketipu 200rb juga ding… :))
Gus Ikhwan: Wah, hebat dong. Berarti tahu dong, Jl. Jenderal Besar Soeharto itu di daerah mana? Saya asli dari Jambi, kelahiran Palembang, tapi keturunan Jawa. Kalau Bang Zalukhu itu asli Medan, Bung. Jadi, kami tidak mungkin sering bertemu.
sewa mobil: Nama apa ya? Ya udah, salam tempel deh… Selamat menempel ya, semoga sukses usahanya…
SukaSuka
wah keren juga namanya mas
salam kenal
SukaSuka
Wah sering banged bung, sampe hapal jalan jogja ????
Asli jogja ya bung eko??
Jogjanya mana ??
sering kumpul dengan kang zaluku dong
SukaSuka
memang betul mas, nama kampung di area kraton memang erat dengan fungsi dan peranan di dalam pemerintahan kraton..
klo saya tinggal di kampung kauman, katanya dulu tempat para kaum (ulama)
SukaSuka
Alhamdulillah sudah pernah ke Jogja waktu Study tour SMA tahun 2009..sempet denger juga sih sejarah jogja dari Guide Pariwisata Kami..tapi ke enakan tidur di Mobil..wkwkk.. Kalau gak salah saya sempat denger dari guide bahwa orang jawa sendiri menyebut Jogja itu “Ngayugyokarto”..apa bener Mas Eko??
SukaSuka