Highlight:

Jennie S. Bev: Sukses Adalah Saya

UPDATE: Selepas bercerai dengan suaminya, Jennie memakai nama pena Jennie M. Xue. Saya tidak mengubah namanya di sini karena tulisan ini dibuat semasa ia masih memakai nama Jennie S. Bev.

MASIH ingat dengan Jennie S. Bev? Ya, penulis wanita asal Indonesia yang survive di tengah kerasnya persaingan di California, Amerika Serikat, itulah yang saya maksud.

Bukan cuma bertahan hidup, Jennie bahkan sukses menyeruak dari ketatnya persaingan dunia kepenulisan dan tampil sebagai sosok yang boleh dikatakan sukses besar. Tak heran jika profilnya kerap menghiasi media cetak, baik di AS maupun di Indonesia. Prestasinya menjadi motivasi bagi sebagian besar penulis, termasuk saya.

Nah, setelah sempat menampilkan ringkasan sekaligus rangkuman wawancaranya dengan sejumlah media massa pada posting bertanggal 21 April tahun lalu, tepat pada peringatan Hari Kartini, April tahun ini saya berkesempatan melakukan wawancara langsung via email dengan wanita yang telah menulis lebih dari 1.000 artikel dan 80 ebook dan print book ini.

Awalnya saya ragu ketika hendak mengajukan pertanyaan. Padahal draf pertanyaan sudah saya siapkan sejak pertengahan tahun lalu, tepatnya beberapa saat setelah posting di tanggal 21 April 2010. Namun kesibukan Mbak Jennie, demikian saya menyapanya, membuat saya ragu akankah pertanyaan-pertanyaan saya bakal dijawab.

Akhirnya, keberanian itu timbul di tahun 2011. Ya, pada 10 Februari lalu saya memberanikan diri mengirim draf pertanyaan ke Mbak Jennie via email. Setelah menunggu sebulan, 14 Maret jawabannya saya terima.

Oke, tanpa banyak basa-basi, berikut hasil wawancara saya dengan Jennie S. Bev. Semoga bermanfaat.

Selain krisis moneter, apa alasan Mbak Jennie merantau ke AS? Kenapa harus AS?
Melanjutkan studi pascasarjana tingkat Master dan Doktoral. Sejak usia 3 tahun, saya sudah bisa berbicara Bahasa Inggris dengan aksen Amerika, maka wajar kalau saya lebih tertarik ke AS daripada ke negara lain.

Saya baca dari beberapa referensi, Mbak Jennie sempat melakoni beberapa pekerjaan di AS sebelum akhirnya menekuni dunia tulis-menulis. Kalau boleh diceritakan, pekerjaan apa saja yang pernah Mbak Jennie jalani waktu itu?
Koki pembuat sushi, memandikan binatang piaraan, penjaga toko, asisten di law firm, analis di Depnaker California, antara lain.

Apa yang membuat Mbak Jennie akhirnya memutuskan total di dunia kepenulisan?
Perasaan nyaman dan menguasai ketrampilan tulis-menulis yang telah saya lakoni sejak di bangku kuliah di Universitas Indonesia dan menerbitkan artikel pertama di tahun 1994.

Persaingan di dunia kepenulisan di AS sedemikian ketat, bagaimana cara Mbak Jennie menembus ketatnya persaingan tersebut dan akhirnya menyeruak dari kerumunan?
Tidak kecil hati dan terus mengirimkan portfolio tulisan ke redaksi-redaksi dan penerbit-penerbit. Sesekali pasti ada editor yang tertarik, hubungan dibina dengan baik sejak itu sehingga pintu-pintu bisa terbuka lebih lebar di lain kali.

Berapa kali Mbak mengirim artikel ke media-media di AS sampai akhirnya dimuat untuk pertama kali? Boleh tahu judul artikel pertama Mbak Jennie yang dimuat di media AS dan (maaf) berapa honornya?
Sebenarnya saya hanya mengirimkan abstrak (pitch) dari artikel yang akan ditulis, dan ada editor yang tertarik. Saat itu saya baru memulai kegiatan fitnes, sehingga punya pengalaman-pengalaman menarik. Artikel pertama saya dimuat di sebuah majalah tentang kebugaran. Honornya $400.

Dari menulis di media cetak kemudian merambah dunia buku. Boleh diceritakan bagaimana awalnya sampai Mbak Jennie terjun ke dunia kepenulisan buku? Buku pertama yang ditulis/diterbitkan?
Buku pertama saya di mancanegara berbentuk ebook Guide to Become a Management Consultant diterbitkan oleh Fabjob, Inc. tahun 2002. Ini mendapatkan penghargaan finalis EPPIE Award for Excellence in Electronic Publishing tahun 2003.

Sejauh ini Mbak Jennie sudah menulis lebih dari 1000 artikel dan 70 judul buku, baik yang dicetak maupun dalam bentuk e-book. Apa rahasianya sehingga dapat sedemikian produktif?
80 lebih ebook dan print books (belum dihitung satu per satu) sejak 2002. Kerjakan saja apa yang perlu dikerjakan setiap hari. Tidak perlu menunggu sampai dapat inspirasi. Jangan memanjakan diri dengan menganggap menulis adalah suatu pekerjaan super istimewa yang hanya bisa dilakukan kalau sedang mendapatkan “wangsit” atau inspirasi atau motivasi tertentu.

Buku terbaru ditulis bersama suami Dr. Beni Bevly, berjudul Solusi Bisnis dari Seberang yang berisi strategi-strategi aplikatif yang diambil dari studi-studi kasus mancanegara, untuk memecahkan masalah-masalah bisnis sehingga bisa bersaing di era kompetitif ini.

Buku ini dikerjakan dengan kesadaran value added studi-studi kasus di AS untuk diaplikasikan di Indonesia. Jadi sering kali saya menulis karena melihat pentingnya memecahkan suatu masalah. Menulis sendiri adalah proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tertulis.

Rintangan apa saja yang pernah Mbak Jennie alami selama ini? Kalau boleh tahu, rintangan apa yang paling berat dirasakan yang mungkin sempat menghambat langkah Mbak Jennie?
Rintangan setiap hari pasti ada. Saya pernah ditolak menulis untuk suatu majalah karena tidak menguasai writing style tertentu. Untuk ini, saya kembali kuliah mengambil kelas-kelas jurnalisme dan creative writing, sehingga jelas apa bedanya dengan academic writing dan genre-genre lainnya.

Di Indonesia, sulit mengharapkan penghasilan berlimpah dari royalti buku. Apalagi penulis pemula yang naskahnya hanya dibeli dengan harga murah karena tidak memiliki nilai tawar di mata penerbit (contohnya saya yang hanya diberi Rp 2 juta/naskah). Penghasilan lebih besar justru didapatkan seorang penulis buku dari kegiatan-kegiatan di luar menulis, seperti menjadi pembicara seminar. Bagaimana pendapat Mbak Jennie mengenai kondisi ini? Apa yang harus dilakukan si penulis?
Saya pun tidak mengharapkan royalti dari beberapa buku berbahasa Indonesia yang diterbitkan di Indonesia. Juga karena kurang penghargaan, tidak transparansinya pembayaran royalti dan banyaknya pelanggaran hak cipta.

Untuk pasar Indonesia, memang buku-buku saya yang diterbitkan hanya berperan sebagai “kartu nama eksklusif” untuk sementara ini. Namun, bagi mereka yang berlatar belakang jurnalistik, ini sebenarnya sangat tidak menguntungkan.

Strateginya mungkin bisa membangun website atau blog yang bisa dipakai sebagai platform untuk membangun personal brand. Dengan mempunyai personal brand, maka kita terpacu untuk terus meningkatkan ilmu sesuai brand yang kita miliki, sehingga juga menjadi semakin produktif.

Saya percaya bahwa buku adalah jembatan antar umat manusia yang paling efektif. Semua pikiran besar dituangkan dalam bentuk buku. Buku-buku adalah pegangan hidup. Suatu saat pasti pikiran besar kita membawa hasil materil sesudah sedemikan banyak membawa hasil imateril.

Menurut Mbak Jennie, faktor apa sih yang paling memengaruhi kesuksesan seseorang?
Mindset. Sukses adalah saya. Saya adalah sukses. Default state saya adalah sukses, ketika jatuh, ini hanya untuk sementara dan tidak bisa mendefinisikan siapa saya.

Saya dengar Mbak Jennie begitu menekankan pentingnya konsep memberi dan berbagi pada sesama. Mengapa konsep ini penting? Dan apa pengaruhnya bagi perjalanan karir seseorang?
Ini sebenarnya hanya insting saja. Apalagi di rantau tidak kenal siapa pun. Bagaimana orang lain bisa mengenal isi hati dan pikiran kita jika kita tidak berbagi? Berbagilah, terutama informasi, kepada orang lain.

Ketulusan hati pasti terpancar dan suatu hari akan membawa hasil walaupun tidak seketika. Bantulah orang lain, apa saja, tidak perlu yang besar-besar dan muluk-muluk. Justru yang kecil-kecil inilah yang mengesankan dan membina persahabatan.

Banyak orang-orang sukses mengatakan bahwa kesuksesan mereka diawali oleh sebuah impian yang menuntun mereka untuk terus bekerja keras mewujudkan impian tersebut. Bagaimana pendapat Mbak Jennie mengenai impian ini? Apakah seseorang harus memiliki impian untuk mencapai sukses?
Impian adalah target. Sukses sendiri bukanlah impian karena ini adalah mindset. Dengan mindset sukses, impian pasti tercapai, apapun itu. Siapa dan apa saya ditentukan oleh mindset yang akan menuntun kita kepada target dengan keberanian dan kebesaran jiwa.

Adakah penulis lain, mungkin penulis idola, yang memberikan pengaruh pada Mbak Jennie dalam menulis?
Banyak sekali penulis yang saya kagumi, biasanya setiap buku yang saya baca pasti saya kagumi kelebihan-kelebihannya. Yang jelas, saya sangat mengagumi penulis-penulis paling produktif sejagad.

Barbara Cartland telah menerbitkan 732 buku dalam 60 tahun karirnya (kira-kira satu buku setiap dua minggu), Isaac Asimov telah menerbitkan 500-an buku, dan Jane Yolen 300 buku.

Mereka berhasil menuliskan buku secara kontinyu berpuluh-puluh tahun lamanya. Ini menunjukkan betapa kemampuan berpikir dan otak manusia adalah sumber mata air yang tiada pernah berhenti. Mereka adalah sumber inspirasi saya.

Punya kutipan favorit? Kenapa menyukainya?
“I attempted to fracture the totalizing logic of their representational practices by othering myself from the stereotypical consolidation of the rich, non-resident Indian subject.” (Gayatri Spivak)

“Let the dead have the immortality of fame, but the living the immortality of love.” (Rabindranath Tagore)

“Do not go where the path may lead, go instead where there is no path and leave a trail.” (Ralph Waldo Emerson)

Jelas kutipan-kutipan ini mencerminkan apa yang saya anggap paling penting di dalam hidup dan saya menerapkannya dalam kehidupan pribadi dan profesional.

Saya dengar sudah banyak tawaran menggiurkan untuk Mbak Jennie kalau mau pulang ke Indonesia. Adakah rencana pulang dan menetap di Indonesia?
Belum ada rencana pastinya karena sedang proses mengambil program doktoral satu lagi dibidang komunikasi psikologi.

Terima kasih banyak, Mbak. May God bless you… ^_^
Banyak terima kasih juga Eko. God bless you too.

Tertarik menyebar-luaskan wawancara ini? Silakan saja, asal jangan lupa menyebutkan alamat URL halaman ini sebagai referensinya.

Sekali lagi, semoga bermanfaat.

Menulis di GoodNovel dan raih penghasilan ratusan USD!
About Eko Nurhuda (412 Articles)
A happy father of three. Blogging and making video for fun. Love food, book, music, and sometime football #YNWA

6 Comments on Jennie S. Bev: Sukses Adalah Saya

  1. Sukses adalah jadi PNS kata orang tua di indonesia

    Suka

  2. Saya Masih ngga yakin klo saya bisa sukses

    Suka

  3. Satu kesimpulan yang bisa saya ambil mengenai bidang kepenulisan.

    “Kerjakan apa yang perlu di kerjakan setiap hari”

    Intinya konsistensi menulis. Di publish atau tidak di publish.

    Suka

  4. SANGAT BAGUS INI MAS WAWANCARANYA.

    Semoga menambah motivasi diri saya sendiri dan menjadi inspirasi buat lebih kreatif dalam berbisnis. amin

    Suka

  5. Wawancara yg sangat bagus bung Eko. Saya jadi semakin terinspirasi untuk terus dan terus belajar menulis. Thanks atas sharing wawancaranya ya bung.. 🙂

    Suka

  6. Sukses adalah saya setuju banget..

    Suka

Beri komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.